Tahun ini adalah tahun kedua saya menjadi pengajar honor untuk MKU (Mata Kuliah Umum) Bahasa Inggris di Universitas Tanjungpura. Seperti biasa, setiap akhir semester, setelah menginput nilai ke SIAKAD Untan, selalu ada cerita yang menarik untuk dituliskan.
Image from 123RF |
Sebetulnya sih setiap semester, jenis ceritanya ya sama saja. Mulai dari mengernyitkan dahi karena menghadapi mahasiswa tak tau diri yang telat ngumpulin tugas tapi maunya nilai bagus, tersenyum bahagia melihat antusiasme dan semangat mahasiswa untuk belajar Bahasa Inggris, hingga tertawa geli dengan ulah mahasiswa yang sembarangan menggunakan mesin penerjemah (biasanya Google Translate) tanpa mau mengecek ulang diksi yang dipilihkan oleh mesin.
Semester ini, saya menemukan beberapa terjemahan kaku alias frozen translation yang membuat saya merasa bahwa profesi yang saya tekuni ini tidak membuat saya seperti sedang bekerja, melainkan sedang berekreasi. Rekreasi kata.
- Ketika pedagang kaki lima diterjemahkan FIVE LEG SELLERS, I felt like, frowning - mengernyit sebentar, berusaha mencari tau maksudnya apa, barulah kemudian 'ngeh' bahwa maksudnya mungkin Street Vendors.
- Tahu putih, dituliskan KNOW WHITE. Duh, rasanya pengen nyanyi lagu LET IT GO.
- Tarik suara, diinggriskan secara sembarangan menjadi PULL THE SOUND. Saya langsung istighfar.
- Yang paling sering: Miss Dini menjadi Miss Early. Hai, nama saya Early Haiti Zulfany hahaha.
Berulang kali saya tegaskan pada mahasiswa saya, bahwa penggunaan Google Translate diizinkan namun bukan untuk menerjemahkan 1 paragraf atau 1 kalimat lengkap, tetapi untuk 1 atau 2 kata tertentu. Tapi yaa tidak semua mahasiswa dibekali kecerdasan Bahasa Inggris yang ideal dan 'betah' untuk mencerdaskan diri mereka dengan banyak berlatih ya kaan. Alasan seperti "Banyak tugas juga untuk mata kuliah lain", "praktikum dan menulis laporan ini dan itu" atau "Sibuk rapat organisasi" adalah varian alasan yang paling sering saya dengarkan.
Sebagai pengajar yang dulu juga pernah seaktif itu, bahkan mungkin jauh lebih aktif dari mereka, maka saya maklum-maklumi saja. Lagipula, tak ada gunanya kan ya memaksa orang lain untuk melakukan hal yang tak ingin mereka lakukan, meskipun hal tersebut berfaedah untuk mereka kelak.
Prinsip saya masih sama seperti semester-semester kemarin:
- Bahwa nilai hanyalah BONUS yang tercetak di selembar transkrip atas ikhtiar selama 1 semester. Hasil nyatanya dirasakan oleh masing-masing mahasiswa di kehidupan sehari-hari, baik pada saat masih kuliah maupun setelah lulus.
- Yang serius menjalani perkuliahan dengan saya, 'serius' juga nilainya. Sebaliknya, yang main-main dan nyantai, nilainya pun gampang lah 'dimain-mainin'. Yang pasti, saya menjamin, semua mahasiswa mendapatkan nilai yang pantas mereka dapatkan.
Setiap semester, saya selalu membuat komitmen baru untuk diri sendiri, terutama dalam menghadapi mahasiswa. Saya merasa terlalu banyak memberi excuse, terlalu tolerable, terlalu 'gampang' sebagai pengajar, hanya karena KASIHAN pada segelintir mahasiswa yang kurang pandai mengatur waktu, kurang disiplin mengumpulkan tugas, terlalu lalai dan suka menunda-nunda, dan masih saja mengandalkan SISTEM KEBUT SEMALAM. Padahal, jenis tugas yang saya berikan bukanlah tugas yang akan maksimal hasilnya dengan persiapan semalam saja, kecuali mungkin untuk mahasiswa tertentu yang Bahasa Inggrisnya sudah terwakili dengan skor TOEFL 600 haha.
Jika saya masih dipercaya dan masih punya energi untuk mengajar lagi di semester berikutnya, maka saya akan:
Lebih tegas pada mahasiswa. Dilarang ketinggalan DHK. Dilarang masuk kelas jika datang lebih lambat daripada saya. Telat mengumpulkan tugas = nilai tugas 0. Can I become that ASSERTIVE?
I have to try. Harus dicoba dulu. Karena, jika terus menerus dimanjakan, khawatirnya malah jadi penyakit.
Intinya, kenapa saya harus lebih tegas di semester berikutnya? Selain agar tidak merepotkan diri sendiri, juga tentunya agar saya tidak perlu membantu segelintir mahasiswa yang bahkan tak ingin 'menolong' diri mereka sendiri.
Demikian.
Demikian.
Mb gmn awalx jd pengajar honorer di Untan, info y Mb :) makasi
ReplyDeleteMasya Allah, komen ini baru kebaca sama saya di Desember taun 2018 😬😅
DeleteSaya menjadi pengajar honor di Untan, awalnya karena ditawari, mbak/mas. Setelah saya selesai S2, saha diajak mengajar di Amcor Untan, lalu bergabung juga dgn UPT Bahasa Untan. Intinya, the power of silaturrahim/networking, kira² begitu 😄
Lama gak maen kesini ...apa kabar mbk..
ReplyDelete