dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Wednesday 22 January 2014

Tanda Tanyanya Mana

"Yaaah, kok saya dicuekkin siiih?"
"Oh, kirain gak perlu dikomen. Soalnya gak ada tanda tanyanya hehehe"
"........."
Heuheu agak-agak speechless bercampur ingin mengomel kalo dicuekkin gara-gara tanda baca yang 1 ini. Anyway, saya jadi ingin sekali membahas tentang question mark, akibat dicuekkin karena statement yang saya tulis tidak mengandung tanda tanya. *Namanya juga pernyataan, mana pakai tanda tanya sih ah. Kalo pertanyaan, iya perlu tanda tanya :P *
Here's the Question Mark
Here's the Question Mark

Monday 20 January 2014

Postcard in the Digital Era

Baby I will soon be leaving
and I know that you are feeling down
But every week I'll send a letter
To let you know my love will never change
I promise you I always feel the same
Penggalan lirik lagunya A*Teens di atas sudah sulit sekali diterapkan di jaman sekarang. Sepucuk surat. Di era digital. Oh, tak terbayangkan.
Dengan pola hidup manusia yang kini sudah berubah pesat seiring pesatnya perkembangan teknologi, sepucuk surat yang dikirim lewat kantor pos menjadi kejadian langka. Keberadaan surel alias email, social media, dan berbagai chat messenger seperti telah menggantikan posisi sepucuk surat yang dulu diterima Vina Panduwinata hingga ia melangkah di udara saking gembiranya :lol:
Ada surat, biasanya ada prangko. Waktu saya SD, saya masih ingat punya teman yang hobi mengumpulkan prangko. Filateli ya istilahnya. Berbagai macam prangko dari berbagai kota dan negara, dengan gambar yang begitu menarik dikumpulkan. Apa kabarnya ya teman saya itu? Masihkah berfilateli di era digital ini?

Sunday 19 January 2014

Meaning and Gloss

"Okay students, what is the meaning of 'Book'?", tanya guru.
"Bukuuuu", siswa menjawab serempak.
Selama ini saya dan beberapa rekan pengajar sempat melakukan salah kaprah yang terlanjur menjadi kebiasaan, cukup sulit diubah, dan kian lama dianggap benar. *Ya, namanya juga salah kaprah hehe*. Rupanya, penggunaan kata 'meaning' pada contoh kalimat di atas kurang tepat. Dalam Bahasa Indonesia, kita terbiasa menerjemahkan kata 'meaning' di atas menjadi 'arti' sehingga ketika pertanyaan seperti What is the meaning of Book muncul, otomatis otak kita berpersepsi bahwa pertanyaan artinya: "Apa Bahasa Indonesianya 'book'?".
Menurut dosen linguistics saya, Meaning is not supposed to be used that way. Meaning isn't translation. Meaning is the concept behind the words. Kalau dialihbahasakan, bolehlah ya kita gunakan kata 'makna'. Beda kan, definisi 'arti' dan 'makna'? Beda deh beda, biar lanjut niih tulisannya :p
Her writing has a very deep meaning.
Itu contoh kalimat yang menggunakan kata meaning dengan lebih tepat. Tulisannya dalem banget.
Sedangkan What is the meaning of book?, lebih tepat jika diganti menjadi "What is the gloss of 'book'?", atau "What is 'Book' in Bahasa Indonesia?". Apa Bahasa Indonesianya book? Buku.
So, here we can conclude that "A gloss is a word or phrase in English that is associated with a word or phrase in another language. Somehow, the gloss does not define the original word, but the two words should share some overlap in their semantic domain." (Definisi ngutip dari sini).
Contoh lain, dalam dunia blogging, kita mengenal kata widget. Di Cambridge Dictionary, widget dimaknai sebagai any small device whose name you have forgotten or do not know atau an imagined small product made by a company. Tapi ketika sudah sampai ke sebuah web/blog, widget kita artikan sebagai aksesoris blog. Jadi boleh dibilang, kita menganggap bahwa widget itu glossnya di Bahasa Indonesia = aksesoris. Meskipun dalam Bahasa Indonesia, aksesoris pun bisa sangat beragam.
Malah tambah bingung? See the underlined sentences above: the gloss does not define the original word.
Atau contoh sederhananya gini deh. Butterfly, glossnya adalah kupu-kupu (Bahasa Indonesia), papillon (French), kelebek (Turkish), farasha (Arabic), Mariposa (Spanish), farfalla (Italy), and so on.
Contoh lainnya bisa lihat di sini nih :P

So, simply, when we'd love to find the meaning of certain words in English, what we're supposed to do is looking up our English-English dictionary. Or investigating the context behind the words. But when we take our English - Indonesian dictionary, it means we are searching the gloss of the word, not the meaning. Jadi, gloss ini mau dibilang translation yaiya, tapi tidak juga sepenuhnya, mengingat tidak semua gloss bisa mewakili kata aslinya.
Anyway, tampaknya cukup sulit ya mengubah kebiasaan untuk mengganti "What is the meaning of book" menjadi "What is the gloss of book". Pertama, karena sejak awal kita sudah terbiasa mendefinisikan meaning sebagai terjemahan. Kedua, kata 'gloss' masih terdengar asing di telinga kita :)
Aih aiih, belajar linguistics memang mengasyikkan ya :D

Friday 17 January 2014

Persepsi

image
Just Sharing, mudah2an  bermanfaat...
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Berbeda jauh dengan suasana kereta AC pada umumnya, kereta ekonomi non-AC Jabodetabek yang lumayan panas hawa dalamnya. Penumpang saling dempet berdempet. Kebanyakan berdiri. Saling berusaha menyeimbangkan tubuh agar tidak terbawa godaan gerbong yang kadang berguncang.
~
Seorang eksekutif muda, berdiri di antara mereka. Sesak-sesakan dengan penumpang lain. Pakaiannya adalah jas elegan. Keringat terlihat beberapa tetes. Cukup bersih. Setidaknya, beda jelas dengan lainnya.
~
Lalu, ia membuka HP Tablet Androidnya. Besar. Lebih besar tentu dibanding HP umumnya. Ia memang sedang ada chat penting dengan para donatur. Chat tentang dana untuk membantu orang-orang kebanjiran.
~
Semuanya menoleh padanya atau meliriknya. Apa batin mereka?
~
Di pintu, ada seorang pemuda lusuh membatin, 'Huh, pamer dia dengan barangnya. Sudah tahu di kereta Ekonomi.'
Di belakang pemuda lusuh itu, seorang pedagang membatin, 'Mentang-mentang sekali HP nya seperti itu dipamerkan. Sudah tahu di kereta Ekonomi.'
Seorang nenek-nenek membatin, 'Orang muda sekarang, kaya sedikit langsung pamer. Naik kereta Ekonomi, pamer-pameran.'
Seorang emak-emak membatin, 'Mudah-mudahan suami saya ga senorak dia. Norak di kereta Ekonomi bukanlah hal terpuji.'

Thursday 16 January 2014

Cross Post

Walaupun pindah rumah, bukan berarti rumah yang ini akan dianggurin. Teteup akan dirawat, tapi dirawat dengan postingan-postingan cross-post dan beberapa postingan informatif *tapi copy-paste* yang berguna minimal untuk saya sendiri ^^v



I decide to do this because I don't think I want to lose my www.dhzblog.com as easy as that. Kalo kata bang Dwi Wahyudi, dhzblog.com sudah cukup ngebranding diri saya hehehehe. And that's why, I think I will keep using the url for my identity. 

Maka dari itu, rasa-rasanya jelek juga ya blog ini dibiarkan kosong tanpa postingan sementara di mana-mana saya mengaku saya senang menulis dan punya passion di dunia blogging. Then I came to the decision :D

Jadi, jangan gundah gulana dan resah gelisah ya kawan-kawan bilamana komentar-komentar di blog ini munculnya lama, atau tak muncul-muncul. Itu bukan karena saya sengaja tidak memunculkan, melainkan karena saya yang memang kini jarang ngecek blog ini. Gitu.

Well then. Still see you with my cross-post, my own writing from my primary wordpress blog :)

Wednesday 1 January 2014

Pindah Rumah


Bismillaah...

Setelah sempat mengalami kegalauan yang fluktuatif sejak Agustus 2012, hari ini saya menetapkan hati untuk pindah rumah utama, dari Blogspot, ke Wordpress.

Blog ini, yang awalnya berurl wedonotgoblog.blogspot.com dan kemudian saya dotkomkan menjadi www.dhzblog.com tentu saja tidak akan saya hapus. There are a lot of memories I publish here. Saya masih berencana untuk menukar fungsi kedua blog ini. Jadi, blog yang ini untuk 'mengikat ilmu' hasil copy paste, dan blog Wordpress untuk menampung tulisan-tulisan saya.

*RASAIN LO REPOT KAN DIN PUNYA BANYAK BLOG :p*