dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Thursday, 17 October 2013

We Stand with The Syrian People

Meskipun belum berkesempatan untuk merasakan langsung serunya dapat beasiswa di luar negeri dan stay di negara lain dalam waktu yang lama, namun berteman dengan orang-orang sukses yang berbaik hati untuk berbagi pengalaman mereka adalah sebuah hal mahal dan membahagiakan. Adalah Izhan Fakhruzie, yang beberapa hari belakangan namanya muncul di 3 postingan saya. 

Oji *nama panggilannya Izhan Fakhruzie* yang sekarang sedang di Turki, bercerita tentang obrolannya dengan seorang warga Suriah. Reading his conversation, I then come into a deep remorse :( A remorse that I've been wasting my time for not consistently praying for people in Syria in every single shalat I did, while I have noticed the situation there from many news I read. 




Assalamu’alaikum warahmatullah...” terdengar Sang Imam menutup tahiyat akhir sholat Magrib kami dengan salam.Tiba-tiba pria paruh baya disebelah kananku langsung menjulurkan tangannya untuk bersalaman. Kusambut tangannya sambil tersenyum. Ah tidak biasanya orang orang Turki bersalaman setelah sholat usai, mungkin karena aku orang asing dan ingin berkenalan batinku. 

Dalam keadaan masih menggenggam tanganku, ia berkata “Turkish people dont shake hands after praying... mereka akan merasa aneh apabila kita menawarkan salaman setelah sholat tapi berbeda dengan orang-orang Suriah kami biasanya bersalaman setelah sholat. Ya, seperti yang kau ketahui, bukankah bersalaman itu baik bagi Muslim!”.

Terjawab sudah pertanyaanku, “Oh ternyata anda bukan orang Turki, pantasan saya merasa aneh karena tidak biasanya orang turki menawarkan salaman setelah sholat. Saya dari Indonesia dan di Indonesia kami juga biasanya bersalaman setelah sholat”.

“Wah Indonesia! Jakarta?”

“Bukan, Bukan Jakarta. Saya dari pulau Kalimantan, satu pulau dengan Malaysia dan Brunei Darussalam”.

“Oh ya! saya tahu itu. Apa yang kamu lakukan di Turki?"

Dua orang anak laki-laki yang masih berumur sekitar 5 dan 7 tahun menghampiri dan menyimak percakapan kami. Sepertinya mereka anaknya.

Aku pun melanjutkan percakapan kami, “Saya kuliah disini dan sudah 3 minggu berada di Turki”

“Benarkah? Tentu kamu bisa bahasa turki?”

“Haha tidak, saya hanya tau beberapa kata saja dalam bahasa Turki, saya baru belajar bahas Turki 2 minggu di sini”

“Kamu akan mahir nanti. Tahukah kamu? Sebelum menggunakan huruf alfabet, bahasa turki dan indonesia dulunya menggunakan huruf-huruf arab?”

“Ya.. anda benar, anda tahu banyak juga tentang Indonesia”

“Indonesia! Negeri yang indah. Kami di Suriah sedang berperang, doakan kami penduduk Suriah ya”, sambil menepuk pundakku ia beranjak menuju pintu keluar yang diikuti kedua anaknya.

Sebelum ia terlalu jauh, aku pun berkata “Senang bertemu dengan anda”, dan kemudian tersadar aku lupa menanyakan namanya.

Aku lanjutkan sholat magribku dengan sholat sunnah ba’diyah. Selesai sholat, aku langsung menuju rak sepatu dan kudapati orang Suriah tadi mencari sepatunya bersama kedua anaknya. 

Aku sampaikan salam kepadanya, ia pun membalas “Wa’alaikumsalam my Indonesian’s brother”.

Kesempatan ini tak kusia-siakan untuk menanyakan namanya, “Pak, siapa nama anda? Saya Izhan”.

“Saya, Nasser, Abdul Nasser”.

“Senang bertemu denga anda Pak Abdul Nasser, dan apa yang anda lakukan di Turki?”

“We escaped from war” matanya pun berubah sendu menjawab pertanyaanku, aku merasa tak enak. 

“Saudara Indonesiaku, saya suka muslim Indonesia, Muslim Malaysia dan Muslim Filipina. Karena apa? Karena kalian adalah bukti bahwa Islam disebarkan dengan cara yang damai, dan akan mematahkan pendapat non-muslim bahwa Islam selalu disebarkan dengan perang dan pedang. Ya Izhan, kalian adalah cerminan Islam yang damai”. Ia menjelaskan.

Aku terkaget dengan pendapatnya, “Ya anda benar, sebelum Islam datang kami menganut agama Hindu dan Budha, kemudian Islam datang melalui perdagangan dan pernikahan dengan penduduk setempat, sejak saat itu hingga kini penganut Islam di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah penduduk Indonesia”.

“Benar... Indonesia merupakan penduduk dengan muslim terbesar di dunia. Baiklah Izhan, saya tinggal di dekat sini, insyaAllah kita akan bertemu lagi. Semoga kuliahmu lancar dan Jangan lupa doakan kami penduduk Suriah. Salam’alaikum...”

Kujawab salamnya dan tersadar aku lupa berdoa untuk Suriah saat permintaan sebelumnya. Aku pun langsung mendoakannya dan saudara-saudara di Suriah.

-----------------------

Ya. Salah seorang dari mereka meminta langsung kepada Oji, yang bagi saya adalah perwakilan muslim Indonesia, agar kita turut mendoakan Suriah. Lalu, apa alasan kita, yang tinggal di negeri dengan representasi Islam yang damai, untuk tidak ikut mendoakan Suriah? 

Maka mari selipkan doa untuk mereka di Suriah, di Mesir, di Gaza, di negeri manapun berada, agar semakin kokoh dengan kesabaran dan keikhlasan mereka, yang kelak insya Allah akan menjadi salah satu sebab kita saling berkumpul di JannahNya :)

5 comments:

  1. tuh kan postingan Mbak Dini nggak muncul di list saya.

    ReplyDelete
  2. terharu gue bacanya gan
    orang suriah membutuhkan kita, mari kita bantu doa muslim indonesia

    ReplyDelete
  3. Selamat merayakan Hari Raya Idul Adha, bila ada salah kata dan khilaf atas prilaku selama ini, serta bila ada salah baca atau salah dalam berkomentar, atau belum sempat membalas komentar, dari lubuk hati yang paling dalam saya mohon dimaafkan lahir dan batin...salam

    ReplyDelete
  4. "Karena kalian adalah bukti bahwa Islam disebarkan dengan cara yang damai, dan akan mematahkan pendapat non-muslim bahwa Islam selalu disebarkan dengan perang dan pedang." saya suka ini kak. :)


    ttd,

    pengkepo blog kak dini (ollid)

    ReplyDelete
    Replies
    1. me too, Olid! Makin bersyukur menjadi penduduk Indonesia, dengan plus minus yang negara kita miliki :)

      Btw, no you're not pengkepo lid. You are fans :p

      Delete