dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Thursday, 2 May 2013

Belum Paham Langsung Sentimen

This is, basically, an NTMS (note to my self) post. Tapi semoga bermanfaat juga untuk teman-teman deh ya.

Pernahkah teman-teman membaca sebuah judul yang bombastis, tendensius, cetar, menggelegar, dan menggemparkan dunia maya lalu langsung berkomentar *terutama komentar yang disertai dengan  kecenderungan shu'udzon* bahkan tanpa membaca isi berita atau tulisannya terlebih dahulu? Memahami suatu case sepotong-sepotong, trus pura-puranya ngerti.

Sumber Gambar: Muxlimo


"Pelaku Bom Boston Diduga Terkait Kelompok Teror Imarat Kavkaz"

Apakah ada hal yang terlintas di pikiran teman-teman ketika membaca 4 judul berita di atas? Kalau saya sih ada :)

Itu hanya 4 contoh judul berita yang menurut saya, cukup menarik minat para internet user, terutama yang aktif di media sosial, untuk ikut serta memberi komentar. Baik komentar yang diberikan sebelum maupun sesudah dibaca.

Orang-orang yang sedari awal memang sudah menaruh sentimen, benci, tak suka, tak kenal, eneg, empet sama FPI, sama PNS, dan sama 'teroris' plus kurang memaksimalkan fungsi otak untuk memahami suatu permasalahan secara menyeluruh, cukup berpotensi untuk langsung komentar semacam: "Dasar sok suci!" "Berlindung di balik jubah" and so bla bla blaaa. Atau, "Makanya jangan jadi PNS!", atau "Ckckck abdi negara kok kayak gitu" and so bla bla blaaa. Atau, "Tuh, janggutan sih, diduga teroris deh", dan lain sebagainya.

I am not part of FPI. None part of PNS. Bukan fans-nya Ayu Azhari. Apalagi teroris. Bukan. Saya bukan pembela mereka. Itu contoh doang yes. 4 komponen dari berita sehari-hari yang cukup sering dikomentari begitu saja, tanpa mikir bahwa tiap komentar yang kita berikan pada berita-berita tersebut pun, kelak akan ikut kita pertanggungjawabkan di akhirat. Baik itu kita berkomentar melalui identitas pribadi kita, maupun lewat identitas anonim. Di akhirat nanti, tak ada istilah hamba Allah 'anonymous' ya toh?

Kalau kata Sheila On 7: "Lihat, Dengar, Rasakan", bolehlah kita tambah menjadi: "Lihat, Dengar, Rasakan, dan Pahami".

Misalkan setelah kita baca judul berita, lalu membaca secara keseluruhan isi berita tersebut dan keukeuh ngasih komentar yang menurut kita layak disuguhi komentar demikian, yah itulah hak tiap orang, pilihan masing-masing individu. Komentar kita itu, bisa jadi benar, walaupun mungkin saja keliru. Dan yang patut kita ingat adalah bersama, kita bebas memilih dan berkomentar, namun tidak terbebas dari konsekuensi komentar dan pilihan yang kita. 

Oh iya, tadinya mau ngasih judul "Belum Paham Langsung Komen" untuk postingan ini. Tapi ntar khawatirnya malah jadi pada segan mau komenin tulisan ini hehehe. Walhasil, kata 'komen' saya ganti jadi 'sentimen', karena memang demikianlah inti dan maksud dari tulisan kali ini :)

Dan bicara tentang komentar dengan kecenderungan shu'udzon di awal tadi, saya pun tak ingin terjebak dalam kecenderungan tersebut. Oleh karena itulah tulisan ini saya publish. Husnudzon saya kepada orang-orang yang asal komen tanpa baca judul *or let's say they are Generasi Pembaca Judul* apalagi komentar dengan kata-kata kasar: mungkin mereka belum paham case-nya secara menyeluruh, atau jika mereka *katakanlah* sudah paham, bisa jadi mereka belum tau kalau komentar-komentar itu pun nanti dimintai pertanggungjawabannya, atau mereka belum pernah diajari bahwa di dunia maya pun perlu etika. Hihihi, mudah kaaan berbaik sangka :P

Bukankah husnudzon (berbaik sangka) itu jauh lebih menenangkan dan membahagiakan diri daripada shu'udzon (berburuk sangka)? Jadi, mari kita biasakan husnudzon, supaya otak kita tidak lelah, supaya tidak 'menyiksa' diri sendiri, minimal, supaya tidak menambah pundi-pundi kotoran di hati ^^


66 comments:

  1. njajal....pertama ora

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebanyakan kan gitu mbak, baru baca judul udah " Mengkafirkan" prang lain. padahal masih belum membaca isi beritanya. Hebatnya lagi...udah ndak baca langsung "Ngomel" apa ndak parah nih? Hahahah

      yah mungkin itu segelintir orang yg ingin mencari sensasi ajah...... maklumi ajah deh. saya seneng nonton sambil ngopi sama Mang ubi, yang lain lewat.

      Delete
    2. Mbak indah: naaah iya banget mbak indah.. apalagi kalo yang ngafirin sodara sendiri dan kitanya masih sholat 5 waktu, rasanya sediiih hiks hiks.. iya deh, maklum aja.. kopinya bagi 2 ya sama saya.. mang ubi suruh bikin sendiri lagi aja

      Mas hari: selanjutnya tidur mas :P

      Delete
    3. saya nonton sambil teriak-teriak aja...

      Delete
    4. Saya mantengin PECEH sambil liat pergerakan harga Forex Trading. Ealaaa

      Delete
    5. Wiiiih kang asep maenannya sekarang tingkat tinggi cuuuy

      Delete
    6. iya tuh cuy...maenan orang cerdas tuh...saya pernah maenin itu...nih jidatku tambah lebar..kalau ngga percaya sini deh deket deket...nih liatin deh..iya kan

      Delete
    7. @Cilembu Thea :oh ya bener bener. Jidatnya ada warna kebiru biruan. Itu kepentok pintu mestinya ya

      Delete
  2. iya bener teh saya pernah posting , terus promo ehh ada yang komen ga enak, dia cuma baca judulnya doang abis itu udah komen dan walhasil saya jadi empet bin sanusi ehh.. ya gitu lah pokoke makannya kita di kasih mata 2 hidung 2 dan kuping dua itu supaya ngomongnya ga sembarangan karena mulutnya cuma satu.. :) inspiratif teh

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo komen masih nyambung lumayan yee mas tofik.. kalo komen jualan obat, nah itu bikin empet hehehe

      Delete
    2. empet kalau dicilembu sama dengan rapet loh m'ba.

      Delete
    3. pintunya udah empet karena udah sore.

      Delete
    4. Empet kali empet enambelas

      Delete
  3. ah jadi malu..soale lebih sering baca judulnya doang, langsung liat komentar yang lain...langsung deh ikut komentar.

    udah ah malu sayah...pulang aja deh...hehehe

    intinya(ngope kebiasaannya kang rawin)
    "husnudzon (berbaik sangka) itu jauh lebih menenangkan dan membahagiakan diri daripada shu'udzon (berburuk sangka)"

    ReplyDelete
    Replies
    1. loh kok mirip lagunya obbie mesakh...malu aku malu, pada semut merah :-)

      Delete
    2. kang hadi, hehhhh ga boleh balik, belom komen! *tarik*

      mas hari, maklum mas.. penyanyi emang suka gitu.. *nuduh*

      Delete
    3. saya mau ngambek sama admin ah...bolak balik tiap hari kesini, tapi ngga pernah dapet peluk sayang...huh

      Delete
    4. udaaah.. peluknya diwakilin sama pak zach tauk.. masa gak berasa..

      Delete
    5. enake'...emangnya saya cowo apaan.

      Delete
    6. ya cowok idaman lah kang cilembu

      Delete
    7. hahh??? jadi idamannya Mas BG ya?

      Delete
    8. hah..?? mau anggar ya

      Delete
    9. AKu datang. Berpelukaannnnn

      Delete
    10. kang asep pelukannya sama saya ajah...maukan?

      wogah dengan kang BG mah...lebih parah dari kang zach...hihihihi

      Delete
    11. *nonton bapak2 rebutan pelukan*

      Delete
    12. kalo aku sih aman
      ga pernah baca judul apalagi isinya langsung komen...

      Delete
  4. kira-kira sama dengan menjudge buku dari covernya ya...,
    tapi memang begitulah manusia, ada yang asal koment saja tanpa membaca isi, mungkin karena mereka belum memahami tentang etika perkomenan, jadi kita berdoa saja semoga mereka yang sering asal koment mendapatkan pencerahan ... :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyup, mirip2 gitu deh mas hari :)

      aamiin aamiin.. bener mas, selain husnudzon sama mereka, doakan juga perlu ya..

      Delete
    2. saya berdo'a buat diri saya sendiri dulu..xixixi

      Delete
    3. nah itu dia
      pantesan aku banyak yang menjudge
      berarti gara gara aku mantap cover boy ya..?

      Delete
  5. ya itulah orang yang biasanya di otaknya sisinya rasa sentimen semua, denger dikit langsung di skak, padahal ga tahu maksudnya
    saya juga sering eneg alias mau muntah sama komen-komen di yahoo, kompasiana dan yang lainnya yang seringkali mendiskreditkan islam, partai islam dan yang berbau islam

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya banget bang muroi. tapi apapun kata orang, kerja lanjut teruuuus...

      Delete
    2. jangan lupa gerobak di tarik tuh...

      Delete
    3. Bantuin. Tarik sampe bali.

      Delete
  6. waduuhhh... nocommen deeh,,,
    hahahaha.....
    terkait benci atau tidaknya, mungkin itu menjadi privasi tersendiri bagi individu yang menjalankannya. Toh, yang baca artikel maupun yang tidak kan boleh menilai sendiri kan?

    dan kalau aku, aku harus mengakui memang ada (hampir lebih) kebencianku pada dua dari empat narasumber yang dijelaskan diatas.
    tapi aku enggan mengungkapkannya disini, takut terjadi perang dunia kesembilan.
    hihihihi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. nocomment tapi panjang nih :P

      yoi mas, as clearly stated above: "Misalkan setelah kita baca judul berita, lalu membaca secara keseluruhan isi berita tersebut dan keukeuh ngasih komentar yang menurut kita layak disuguhi komentar demikian, yah itulah hak tiap orang, pilihan masing-masing individu. Komentar kita itu, bisa jadi benar, walaupun mungkin saja keliru. Dan yang patut kita ingat adalah bersama, kita bebas memilih dan berkomentar, namun tidak terbebas dari konsekuensi komentar dan pilihan yang kita."

      :)

      membenci pun, hak asasi setiap orang.. yang penting jangan sampai berlaku tidak adil gara2 kebencian kita aja :) (QS AlMaidah ayat 8)

      Delete
    2. aku n'dodok bari sila

      Delete
  7. komen yang ngasal serta mendiskreditkan, layak dapat gugatan ya...
    hehe, kebayang dong kalo gugatan di pengadilan isinya gugatan tentang komen yang remuk, kayaknya asyik tuh, buat pelajaran para pengkomen yang rese.

    tapi kalo komen ala KPK masih boleh kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau ala KPK sah-sah saja Bang. yang komen sama yang di komen sama aliranya..wkwkwkwk

      *bukan aliran sesat loh...

      Delete
    2. Iya tuh pak, di twitter ada yg dilaporin gara2 komen tidak berdasar fakta hihihi.

      Wuiiih kalo buat teman2 KPK siiiik, bebas2 bergembira. Yang penting OOT dan tidak mengandung anak hasil zina, karena zina haram hukumnya. (contoh komen OOT :p)

      Delete
    3. terus mau apa lagi coba?

      Delete
    4. ahahahha...komen OOT itu asyik juga sebenarnya :D

      Delete
  8. saya komen dikit aja mbak.
    yang banyak saya titipkan di atas..xixixi

    *nggak nyambung, biarin aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apa siiih yg ga boleh buat bli setiawan? Semuanya gak boleh!

      Delete
    2. buat saya mbak?? ^_^

      Delete
  9. Hiheiheie. Kodok datang. Kali ini jurusnya nda dipake maklum celananya sedang dijait tetangganya si kodok.

    Ngomen memang hak yang bersangkutan, tetapi jika komennya sudah memasuki wilayah pribadi orang lain tentu tidak etis. Kurang santun barangkali layak disematkan.

    Tinggal sikap kita saja terhadap mereka mau diapakan. Jika substansinya benar namun penyampaiannya tidak santun juga kurang baik. Maksudnya baik tapi penyampaiannya tidak santun juga kurang etis.

    Beda tipis memang antara kritik membangun dengan bukan kritik. Laksana sepakbola itu ada dua macam : Permainan keras dan Permainan Kasar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Naaaah ini dia maksud saya hehehe.

      Kalau boleh ngutip kata2 dari Ustadz Rahmat Abdullah: "Jangan kritis meninggalkan etis", gitu ya kang :)

      Delete
  10. Hmmmm emang bgtu, apalagi komentar2 di kom*as, rata2 menjijikan kalau sy lihat, hehehehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hu umm. Salah 1 inspirasi nulis ini juga krn komen2 dgn bahasa kasarrrr di beberapa portal itu hehe

      Delete
  11. Bagus mba dini ~~

    tapi bingung, apakah sudah membaca atau belum membaca menjadi sebuah parameter yang menentukan sebuah komentar boleh menggunakan kata-kata kasar atau tidak?

    Tentu ada etika disana,tetapi etika apa yang tidak dipakai jikalau apa yang dikatakan benar meskipun menggunakan bahasa kasar?

    Kebenaran tetap ada kan meskipun diselimuti oleh sebuah kata - entah baik atau buruk sebuah kata, itu hanya tergantung pada subjektifitas si pendengarnya.

    Hormat saya,
    Egi Ryan
    Pengkomentar yang telah membaca isi bukan hanya judul,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagi saya, baik sudah atau belum membaca isi tulisan, kata2 kasar tetap tak elok dikeluarkan. Tidak ada parameter apapun, karena sebetulnya inti dari tulisan ini adalah: kalo tidak paham permasalahannya, alangkah baiknya memilih untuk diam, daripada komentar sembarangan. Apalagi komentar dgn kata2 kasar.

      Right, kebenaran itu mutlak. Tapi kebenaran yg disampaikan dgn bahasa kasar, bagi saya sih, telah menurunkan kualitas yang menyampaikan. Dalam agama saya (Islam), kebenaran dicontohkan oleh Baginda Rasulullah, disampaikan dgn cara yg benar, bahasa yg benar.

      Hmmm bisa jadi subjektif sih kalo untuk baik buruk sebuah kata. Bagi orang yang terbiasa dengan kata makian seperti 'anj**g', *breng**k', dan lainnya, mungkin kata2 tersebut tidak cukup buruk hehehe.

      Yah kalo kata aa gym mah, layaknya teko, isi kopi keliar kopi, isi teh keluar teh, jadi manusia itu mengeluarkan kata2 pun sesuai dgn apa yg ada dari dalam dirinya ^^

      maaciiw yah mas egy udah baca sampe selesai + kasih komen bermutu d^.^b

      Delete
  12. saya juga baca sampai selesai kok mbak...tapi berhubung lagi buru2 dan ngantuk , jadi komennya ini aja deh...wkwkw
    nggak masalahkan ? :P

    ReplyDelete
  13. kalo Hani sih daripade komennye asal mendingan kasih smile aja kayak gini


    :)

    hahahahahhaha tapi kamek bace sampe selesai kalo judulnye bombastis

    ReplyDelete
  14. Mbak dinies, Oliv kasih sedikit materi dari dosen yah :)
    kalimat2 diatas yang disebut hipno writing, dimana seseorang langsung berempati terhadap berita yang disampaikan dan mencoba mengetahui lebih dalam informasi didalamnya.
    Namun dalam kenyataanya sebagian trik yang digunakan menjadikan pembaca langsung berpendapat instant.
    Salam hangat.. :)

    ReplyDelete
  15. harusnya tetap menjadi gelas kosong sebagai pembaca
    -_-
    penulis juga tak terlalu terbaa suasana
    tetap pada idealis jurnalistiknya
    :3

    yang pasti kalau baca di selesaikan juga
    -_-

    #ah apa2an ini

    ReplyDelete
  16. Di blog saya itu mba... duuhh, banyak banget yang kayak gitu komennya, gak baca hanya judulnya aja, contohnya posting saya yang tentang "Westernisasi Siapa Yang Salah", adaaa aja yang ketara banget gak bacanya atau memang gak paham? Kalau saya jadi lucu aja, terus malah bahas hal lain yang dikiranya humanis, bagi saya malah terkesan retoris., malah ada yang nasihatin segala.... lah, bener-bener dah dia gak baca., ckckc (lah kok ini saya malah curhat yak) :D

    ReplyDelete