dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Tuesday, 12 March 2013

Home is Where Your Husband is


Postingan ini bersifat curhat. Sudahlah curhat, panjang pula. Masih mau baca? Ya udah, lanjut kalo gitu :p


Beberapa bulan yang lalu, saya sempat curhat pada beberapa orang sahabat, menyampaikan keinginan saya untuk kembali menetap di Pontianak.

Alasan apa yang saya tidak punya untuk menetap di Pontianak? Nyaris semua cita-cita saya ada di sana. Semua sahabat terbaik saya ada di sana. Bahkan orang tua saya pun di sana. 

Maka saya pun mengajukan diri kepada suami agar diizinkan untuk pindah ke Pontianak. Suami saya awalnya berat untuk mengizinkan mengingat masih banyak amanah yang dititipkan di Sekadau. Terutama amanah dakwah. 

Tak segampang itu saya menyerah. Saya terus membujuk suami saya sampai bisa. Saya ajukan alternatif, agar yang pindah hanya saya, supaya saya bisa bekerja di Pontianak, sembari menabung untuk melanjutkan beberapa cita-cita saya. Toh di Pontianak saya juga sudah punya tempat tinggal. Tak harus menumpang dengan orang tua. Membayangkan akan hidup terpisah jarak Pontianak - Sekadau saja suami saya sudah resah gelisah, apalagi menjalaninya. Maka saya masih belum dapat izin juga.


Saya kembali meyakinkan, bahwa untuk meraih cita-cita, terkadang memang ada beberapa hal yang harus dikorbankan. Beberapa tahun LDR (Long Distance Relationship), gonna be worth one day. Ketemuan sepekan sekali, atau 2 pekan sekali, akan jadi hal yang seru. Kan jadi ada kangennya. Begitu saya meyakinkan suami saya.

Akhirnya suami saya mengalah. Akhir tahun lalu, saya sudah bersemangat dan mengambil ancang-ancang untuk pindah ke Pontianak. Bahagianya membayangkan bahwa saya akan kembali bekerja seperti ketika saya belum menikah, akan lebih mudah jika ingin berjumpa dengan orang tua dan para sahabat terbaik, dan yang jelas, akan menabung dengan uang sendiri demi menggapai cita-cita!

Seiring waktu berlalu, saya seolah mendapat 'peringatan' dari Allah. Sebuah peringatan tentang Mitsaqan Ghaliza, perjanjian amat berat yang diikrarkan suami saya 2 tahun lalu ini bukan perjanjian main-main. Ini adalah 'serah-terima' amanah dari bapak kepada lelaki yang kemudian berstatus suami. SUAMI. Suami, yang statusnya kini bahkan lebih tinggi daripada orang tua. 



"Tidak ada hak yang lebih wajib ditunaikan seorang wanita, setelah hak Allah daripada hak SUAMI" - Syaikhul Islam

"Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya" (HR. At Tirmidzi)

Saya pun terhenyak. Padahal saya sudah lama tau tentang hadits di atas, saya sudah sering membaca dan mendengar di kajian-kajian tentang kewajiban istri terhadap suami, tentang wajibnya istri taat pada suami, tentang tanggung jawab istri terhadap rumah tangganya.

Maka, jika nanti saya tinggal di Pontianak, suami tinggal di Sekadau, sementara saya berada dalam kondisi BISA memilih untuk tetap tinggal di Sekadau, bagaimana tanggung jawab saya di hadapan Allah kelak? Bagaimana jika nanti saya ditanya: "Mengapa kau biarkan suamimu pulang mencari nafkah tanpa ada dirimu menyambutnya di rumah?"

Ya, keinginan suami saya memang tidak muluk-muluk. Tak pernah sekalipun saya dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga seorang diri. Kami berusaha berta'awun untuk urusan rumah tangga. Keinginan suami saya hanyalah: Pulang ke rumah, disambut dengan senyuman istri. That's it. 

Dan dengan keinginan se-ringan itu, sungguh kejam rasanya jika saya masih menurutkan ego diri untuk 'cita-cita dunia' yang kapan-kapan bisa saya wujudkan. Bahkan bisa diwujudkan berdua bersama suami instead of berjuang sendiri di tempat yang berbeda. Ah, bahkan jika tidak terwujud pun sebetulnya tidak melanggar syari'at manapun :|

Ketika umroh kemarin pun, saya perbanyak istikharah, saya perbanyak munajat pada Allah untuk menetapkan hati saya agar kian yakin dengan pilihan yang saya ambil.

"Laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi keluarganya dan kelak ia akan ditanya (diminta pertanggungjawaban) tentang mereka (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)

Semoga pilihan untuk tetap menemani suami berdakwah di Kabupaten Sekadau ini akan membuat suami saya lebih mudah menjawab ketika kelak Allah mintai pertanggungjawaban :)

Last but not least, Home is where your husband is...


Curhat selesai :D

Curhat ini sudah saya publish di wedding blog kami sejak bulan lalu. Sengaja saya publish lagi di primary blog saya, dengan harapan, akan semakin banyak teman-teman yang bisa mengambil hikmahnya. Cikiciieew :p


103 comments:

  1. amankan dulu pintu depannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. aku dah liat gambar no 3,, itu artinya dah baca sampe selese...

      Delete
    3. sengaja dihapus memenasarankan adminnya yang belom sempet nyuguhin minum para tamunya

      Delete
    4. aku dah liat,,, ga penasaran.... cihuyyy...

      Delete
    5. mana pernah disuguhin di sini. huhh

      Delete
    6. disana, di dapur sebelah..

      Delete
    7. This comment has been removed by the author.

      Delete
    8. Tadinya saua cuma "blogwalking" aja tanpa meninggalkan komen apa apa karena badan saya cukup lelah setelah kemarin kami sekeluarga merayakan atau tepatnya sukuran HUT Abbie yang ke 5 tahun. Ceritanya mungkin diposting Insya Allah. Namun begitu saya mampir ke sini, artikel miss Syahdini sangat menarik dan sama persis dengan yang saya alami waktu pertama kali menikah.

      Saya menikah 11 Desember 2005 adalah buah manis lika liku perjuangan berat kami dari awal sampai akhir. Sudah saya tulis dengan panjang di bloh saya. Saya termasuk salah satu pelaku Long Distance Relationship. bahkan saat sudah menikah pun, saya di Pontianak, dan istti masih skripsi di IKIP PGRI Semarang. Bayangkan.

      Mirip dengan Miss Syahdini di artikel ini. Apa yang tidak diperoleh istri saya di Semarang?. Kepala Sekolah sebuah PAUD, Penulis novel, Pengarang Buku, Pengajar di sekolah swasta, punya komunitas kajian muslimah, dan bahkan orang tuanya pun di Jogjakarta. Dari kecil sampai besar dia dibesarkan di sana, dan tentu banyak orang yang dicintainya di sana, termasuk orang tuanya.

      Semua itu dia tinggalkan . Rela meningggalkan teman sepermainannya, sekolah PAUD nya, temen teman kajian muslim yang dia sayangi, anak anak PAUD yang di cintai, tetangga di desanya yang baik hati, bahkan kedua orangtuanya. Semuanya dia RELA tinggalkan dan BERANGKAT ke Pontianak hanya menyusul saya, Suaminya. Ikhlas memulai hidup dan merintis networknya mulai dari NOL lagi di Pontianak.

      Tidak terawasa memang waktu yang demikian cepatnya berlalu, dan apa yang dulu di tinggalkan, kini dia peroleh kembali. Ternyata semuanya masih lengkap, dan orang orang yang dicintainya masih ada dan selalu bersilaturahmi. Home sick adalah hal yang wajar.

      Delete
    9. *suguhin minum 1-1* :p

      kang hadi, selamat! dapat pertamax. Hadiahnya minuman paling gede dari yg laen yak.

      Delete
    10. :') terharu nyimak ceritanya kang asep.. keren pisan euy istrinyaaa.. jempoool

      Delete
  2. Wowww, emang lebih enak sama-sama dibanding LDR ya mbak
    Berarti aku belom punya Home nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. home yang ada di blog yang isinya "tentang saya", kan udah ada. repot amat Mbak Un.

      Delete
    2. home yang biasanya buat karaoke ya..?

      Delete
    3. Home itu beranda. Biasanya berguna buat navigasi di web atau blog biar nda tersesat

      Delete
    4. una, iya banget na..

      pak zach, nah usul yg mantap suratap pak!

      bli, nah yaa biasa karoke yaa

      kang asep, mirip sama pak zach, tapi oke lah..

      Delete
  3. Senyum senyum zie bacanya mbak :)
    Dapet pelajaran menarik dari sini yang bisa dibawa pulang dan bekal untuk kedepan.

    Apalah arti cita-cita sendiri jika pada akhirnya hanya sendirian yang bisa merasakan bahagianya, minimal ada sesuatu yang sedikit berat menerima hasilnya. Barulah cita-cita itu berhasil ketika sekeliling kita pun merasakan bahagianya. Insya Allah ada jalannya nanti mbak din untuk mengejar cita-citamu dengan tetap manut suami Aamiiin :)
    #eh maaf ya kalau kepanjangan dan jadi sok tau, ini buat note diri sendiri hehe semoga ada nilai baiknya *smile

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillaah :)

      betul sekali itu bang *btw zie ini bang uzay ya toh? hehe*

      apalah artinya cita-cita dunia tercapai, kalo di akhirat nanti malah jadi berat :)

      Delete
  4. yeeeaay.. samaa.. aku jg ngrasain kek gt jeng diniehz.. *toss dulu*
    tp skrg udah lbh bs nerima, ga mikir mo LDR ma suami demi cita2. Meski itu berarti aku hrs mengubur dalam2 ambisiku. Bersama2 itu jelas lbh baik drpd jauh2an.
    Semoga pengorbanan kita dibalas Allah dgn sesuatu yg lbh indah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pasti!!Allah SWT maha adil

      buktinya sekarang tambah mesra, kan?

      Delete
    2. yang pasti kalo pindah ke Pontianak, ntar rekening BRI-nya tetep tulisannya Sekadau kan? soalnya kita jadi repot ngeganti tulisan nomor rekening di ujung atas blog, wkwkwk

      Delete
    3. wkwkwkwk.. bisa aja Bang Zach

      Delete
    4. Apa sih yang tidak bisa sama bang Zachflazz, father of the year itu? Main drum bisa. Apalagi makan klepon.

      Delete
    5. mbak cova: kereeen d^.^b aamiin *hugs*

      kang hadi, alhamdulillaah ya :D

      pak zach, hihhhh *sundut pake ujung rekening*

      bli + kang asep, bisa semuaaa.. gambar kupu2 aja yang gak bisa kalo pak zach

      Delete
  5. Hehehehe curcol abies neh.. btw, klo pikiran sudah buntu, ikuti kata hati.. masalahnya kadang kata hati sering dipengaruhi nalar pikiran yg membuat bias jeritan di hati... weelleehhh

    ReplyDelete
  6. selain Hadist2nya juga menggaris bawahi "Mengapa kau biarkan suamimu pulang mencari nafkah tanpa ada dirimu menyambutnya di rumah?"...jembatan menuju surga telah dipilih, sebuah pilihan mulia tuh m'ba.
    lagian secara seru pulalah kalau suami pulang kerumah disambut dengan paras cantik yang penuh dengan senyum menggoda...hahay
    selamat bertempur selalu...halaaah, kenapa ujung komentarnya selalu jaka sembung sih?...maaf bawaan lahir, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukannya bawaan lahir kang Lembu langsung doyan makan Ubi kang?

      Delete
    2. kang hadi, alhamdulillah kang ^^ haiiik, xixixi.

      kang asep, kalo kang asep doyan nabuh panci?

      Delete
  7. aku juga sama mba, ortu, sodara, keluarga besar, semua ada di Garut. tp krn amanah dakwah dn ladang rizki suami ada d kuningan, kitapun mencoba meniti masa depan disini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. luar biasa ibu-ibu muda ini.

      saya juga muda dong, tapi bapak-bapak.

      Delete
    2. kalau pingin muda, ganti aja Bang nama profilnya. 'ABG Labil' wkwkwkwk..

      Delete
    3. kuningannya sebelah mana mbak?? :D .

      Delete
    4. ummu hilya, tooossss

      pak zach, iya deh pak muda

      bli, jangan.. kasian kang asep.

      miz tia, nah, ummu hilya ditanyain :D

      Delete
  8. the home is where your husband is...wah walau belum pernah juga tpi emang bener sih ya Kak Din...selagi bisa bersama, ya sudah bersama saja...
    terus baru tahu kalo udah bersuami tu tingkat suami di atas orang tua gitu ya Kak??
    Uhm...I see..berarti kalau menikah emang hrus sudah tidak hanya mengurusi diri sendiri dan kemana saja seenak kaki melangkah...
    jadi dapat sesuatu dari sini Kak..hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mei.. dalam Islam, setelah menikah, yg menjadi prioritas untuk istri adalah suami.. sedangkan suami, yg menjadi prioritas tetap ibunya.. makanya kalo ntar mau nikah, make sure the husband will be is the one who obeys his mother, and the one who's nice to his sister(s), gitu mey :)

      Delete
  9. berkumpul memang utama buat pasangan, Mbak. menjauhkan dari potensi fitnah, dan akan membawa dampak efisiensi yang mengesankan. teteplah mantap di Sekadau Mbak. Akan menjadikan point ibadah tersendiri untuk Mbak Dini.
    semoga tambah betah yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau nggak betah, betah-betahin mbak.

      Delete
    2. Kalau mau tau rasanya "sendirian" mengurus anak anak, belajar sama saya. Hiehiehihee. Kini saya harus menunggu 2 tahun lagi agar sang istri bisa "kumpul" bersama sama saya, dan anak anak. Menjadi keluarga utuh. Tidak terpisah pisah seperti sekarang ini. Semua itu ada hikmahnya. Dibalik "kesulitan" pasti ada kemudahan

      Delete
    3. pak zach, iya pak, itu dia, jauh dari fitnah :D aamiin, makasih pak :')

      bli, betaaah hihihi

      kang asep, nah ini dia, pamungkas banget.. fainnama'al usriyusroo..

      Delete
  10. lebih baik kumpul bersama mbak dari pada berpisah..xixixi

    *pakai nasehati segala..

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu benar sekali Bli Kstiawan. Bersama sama lebih baik daripada sendirian. Sama sama merasa bahagia, sama sama mengatasi kesulitan, dan sama sama memecahkan masalah. Jika ada suami atau istri di samping, tentu moral dan kekuatan akan semakin tangguh. Sendirian juga baik, karena bisa melatih hidup mandiri namun dalam arti dan makna serta kondisi tertentu.

      Persoalan akan semakin kompleks dengan hadirnya buah hati. Bagaimana dengan pengurusan anak anak jika salah satunya pergi?. Saya contohnya. Saya sudah terlatih mengurus anak anak "sendiri" dan menjadi "single parent".

      Saya dan istri berusaha mencari cara bagaimana agar bisa kumpul bersama sama. Dan itu istri harus menunggu 2 thn lagi untuk bisa pindah mengajar di Pontianak agar kumpul bersama saya dan anak anak. Jadi selagi ada kesempatan bersama bersama tetaplah bersama sama. Kompak.

      Kebersamaan sebuah keluarga adalah BARANG MAHAL yang masih selalu kami nantikan setiap hari. Saya dan anak anak selalu selalu sabar menanti bundanya pulang ke rumah, ke dalam hati, dan ke dalam mimpi anak anak di kala mereka terlelap. Pertimbangkanlah masak masak jika harus berpisah

      Delete
    2. BERSAMA KITA BISA!

      bapak2 harus belajar dari kang asep nih.. top pisaaan..

      Delete
  11. Curhatnya tentang kehidupan pribadi yah Mbak.Saya memperhatikan dan membaca saja Mbak.Trims atas curahannya Mbak :)

    ReplyDelete
  12. ...aku juga merasa bahwa kebersamaan dengan keluarga itu tak ternila dengan apapun setelah tuntutan pekerjaan menjauhkan dari keluarga.

    -jomblo geographic-

    ReplyDelete
  13. walaupun sudah lama tau, mungkin masih wajar saat itu kurang memahami kali ya mbak,
    tapi dari pada tidak sama sekali,
    yang penting sekarang mbak nya udah sadar, gak perlu jauh2 nyari bahagia..

    ReplyDelete
  14. Hummm...LDR itu memang nggak enak, Mbak. Tapi aku gak bisa memberi saran atu sejenisnya, maklum aku masih miskin pengalaman soal ini, kan aku masih kecil.

    Catatan: Aku membaca semua tulisan Mbah Dinie loh.

    #pamer

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya membaca twitnya mas Rudy Arra yang menanyakan kunci sukses Long Distance Relationship (LDR). Saya sendiri pelaku LDR yang sukses punya 2 anak hiehiheiheee. Kenal dari FORUM Kang Guru, lalu email emailan. Ketemuan di Pontianak, thn berikutnya Menikah. Wis plek hiheiheihiehiee.

      Mungkin kepercayaan dan saling percaya pasangan, dan juga TEKAD yang kuat. Jika Tekad tidak kuat untuk menuju pernikahan, mungkin LDR bisa gagal. Ehm ehm ehm

      Delete
    2. wahh saya aamiin. aamiin nih, semoga saya juga bisa ketularan suksesnya LDR huohuo.

      Delete
    3. mas rudy, oooh lagi LDR ya? *uhuk* sippooo.. pamer accepted.

      kang asep, nah itu.. kang asep emang punggawa LDR deh

      miztia, aamiin hihih

      Delete
  15. itu kan bagi perempuan yang udah punya suami, bagi laki-laki yang sudah punya istri... lha terus kalau untuk yang belum punya pasangan alias jomblo? wah... home is where eat, pray and love is

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang disebut terakhir mirip judul filmya Julia Roberts

      Delete
    2. azim, hmm ya deeeh eat pray loveee..

      kang asep, ciyeeh pemeran pendamping julia roberts xixixi

      Delete
  16. merinding bacanya mbak :)
    harus benar-benar bijaksana...

    ReplyDelete
  17. Mbak, hp koq susah dihubungi ya...
    cek transaksi pukul 08.10 deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. masa iya pak? nti kirim konfirmasi via e-mail boleh ya pak? ke hazelniez[at]gmail[dot]com

      miz tia ayok nyusul :p

      Delete
    2. OK Mbak. ke gtalk ya??

      Delete
  18. *mau nangis* Kita gak tau kapan sisa hidup untuk barengan sama suami. Mumpung masih dikasih kesempatan sama-sama berdua, alhamdulillah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. nyampe ke hati ya kak? :')

      benar kak, alhamdulillaah..

      btw, i missss kak diar so much in blog hehe

      Delete
    2. I'll be back on the blog on March 18, insya Allah :)

      Delete
  19. LDR membawa berkah ^_^ :D . *curcol .

    ReplyDelete
  20. Tinggal satu atap dengan suami adalah adalah hal yang lebih membahagiakan. Disanalah tempat kasih-sayang.

    ReplyDelete
  21. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. begitulah mbak..

      *pura2nya tau komennya apa wekekek

      Delete
  22. Merinding bacanya mba Dini :")

    subhanallah.. semoga Allah seantiasa memudahkan langkah mba dan suami....

    klo gt saya skrg belum tw 'home' nya nanti dimana hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin ya rabb, syukron katsir mbak monik :')

      hehehe semoga segera build home with the one yang terbaik menurut Allah :)

      Delete
  23. ya gitu emang mbak...
    saya aja udah siap kalo nantinya harus nggak kerja kalo udah nikah.
    saya udah nyiapin beberapa opsi nih biar kerjanya tetep di rumah aja..
    nggak lucu aja tetep LDRan ketika udah nikah

    ReplyDelete
    Replies
    1. mantap! beruntunglah yg menjadi suami permai nanti :)

      Delete
  24. Kenapa dakwahnya tidak di pontianak saja ?
    Salut dah buat Miss :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. di Pontianak udah banyak da'inya nak efnu.. di Sekadau masih dikit

      *nulis komen sambil garuk2 geram*

      Delete
  25. Semoga jadi pahala postingan ini, Aamiin :)

    ReplyDelete
  26. mantap sekali mbak..seperti kakak saya yg rela berhenti kerja demi ikut suaminya..walaupun penghasilan kakak saya sedikit lebih tinggi dibanding suaminya... :)
    saya juga ingin seperti itu kalo udah nikah nanti mbak..semoga..semoga semogaa... aamiin.. :D

    ini pilihan yang tepat ya mbak..semoga diridhoi Allah.. aamiin.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih Rita ^^

      iya, pilihan yg bagi sebagian wanita barangkali berat, tapi lebih memberi ketenangan saat dijalani :)

      aamiin ya rabb..

      Delete
  27. ngena banget tulisannya, wah semoga mba dan suami menjadi contoh keluarga yang sakinah aamiin ^^

    ReplyDelete
  28. Smoga bisa seperti itu juga nanti. Mengesampingkan ego karena sudah tak sendiri lagi. :))

    ReplyDelete
  29. kak Dinie.... suaminya istimewa
    benar2 ikhlas gitu ya
    aku terharu saat baca "keinginan suaminya kak Dini cuma sederhana, melihat senyum istrinya saat pulang kerja"
    so sweeeeetttt

    ReplyDelete
    Replies
    1. istimewa banget mei.. :')

      hehehe.. semoga nti suaminya mei lebih istimewa daripada suami kk ya ^^

      Delete
  30. Wah mbak dini top, hmm emang begitulah mbak. Eh emang beneran saumpama mbak dini LDR ama suami kuat?? hmm suami istri LDR itu kok aneh banget eaaaa, tapi sepertinya tulisan ini menginspirasi saya, namun sayangnya saya bukan calon istri hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayaknya gak kuat nem..

      *lostfocus* apa-apaan itu rinem mikha angelo? *pentung*

      Delete
  31. udah selesai bacanya. masih kurang ngerti yang kayak gituan hehehe masih bosah saya sih.
    punya blog weeding? kereeen eh. kreatif ahahaha

    ReplyDelete
  32. Wah mba, memang harus berkorban untuk beribadah kepada Allah. Saya paling suka dengan kata-kata ini 'Keinginan suami saya hanyalah: Pulang ke rumah, disambut dengan senyuman istri. That's it.'

    ReplyDelete