Postingan ini bersifat curhat. Sudahlah curhat, panjang pula. Masih mau baca? Ya udah, lanjut kalo gitu :p
Beberapa bulan yang lalu, saya sempat curhat pada beberapa orang sahabat, menyampaikan keinginan saya untuk kembali menetap di Pontianak.
Alasan apa yang saya tidak punya untuk menetap di Pontianak? Nyaris semua cita-cita saya ada di sana. Semua sahabat terbaik saya ada di sana. Bahkan orang tua saya pun di sana.
Maka saya pun mengajukan diri kepada suami agar diizinkan untuk pindah ke Pontianak. Suami saya awalnya berat untuk mengizinkan mengingat masih banyak amanah yang dititipkan di Sekadau. Terutama amanah dakwah.
Tak segampang itu saya menyerah. Saya terus membujuk suami saya sampai bisa. Saya ajukan alternatif, agar yang pindah hanya saya, supaya saya bisa bekerja di Pontianak, sembari menabung untuk melanjutkan beberapa cita-cita saya. Toh di Pontianak saya juga sudah punya tempat tinggal. Tak harus menumpang dengan orang tua. Membayangkan akan hidup terpisah jarak Pontianak - Sekadau saja suami saya sudah resah gelisah, apalagi menjalaninya. Maka saya masih belum dapat izin juga.
Saya kembali meyakinkan, bahwa untuk meraih cita-cita, terkadang memang ada beberapa hal yang harus dikorbankan. Beberapa tahun LDR (Long Distance Relationship), gonna be worth one day. Ketemuan sepekan sekali, atau 2 pekan sekali, akan jadi hal yang seru. Kan jadi ada kangennya. Begitu saya meyakinkan suami saya.
Akhirnya suami saya mengalah. Akhir tahun lalu, saya sudah bersemangat dan mengambil ancang-ancang untuk pindah ke Pontianak. Bahagianya membayangkan bahwa saya akan kembali bekerja seperti ketika saya belum menikah, akan lebih mudah jika ingin berjumpa dengan orang tua dan para sahabat terbaik, dan yang jelas, akan menabung dengan uang sendiri demi menggapai cita-cita!
Seiring waktu berlalu, saya seolah mendapat 'peringatan' dari Allah. Sebuah peringatan tentang Mitsaqan Ghaliza, perjanjian amat berat yang diikrarkan suami saya 2 tahun lalu ini bukan perjanjian main-main. Ini adalah 'serah-terima' amanah dari bapak kepada lelaki yang kemudian berstatus suami. SUAMI. Suami, yang statusnya kini bahkan lebih tinggi daripada orang tua.
"Tidak ada hak yang lebih wajib ditunaikan seorang wanita, setelah hak Allah daripada hak SUAMI" - Syaikhul Islam
"Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya" (HR. At Tirmidzi)
Saya pun terhenyak. Padahal saya sudah lama tau tentang hadits di atas, saya sudah sering membaca dan mendengar di kajian-kajian tentang kewajiban istri terhadap suami, tentang wajibnya istri taat pada suami, tentang tanggung jawab istri terhadap rumah tangganya.
Maka, jika nanti saya tinggal di Pontianak, suami tinggal di Sekadau, sementara saya berada dalam kondisi BISA memilih untuk tetap tinggal di Sekadau, bagaimana tanggung jawab saya di hadapan Allah kelak? Bagaimana jika nanti saya ditanya: "Mengapa kau biarkan suamimu pulang mencari nafkah tanpa ada dirimu menyambutnya di rumah?".
Ya, keinginan suami saya memang tidak muluk-muluk. Tak pernah sekalipun saya dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga seorang diri. Kami berusaha berta'awun untuk urusan rumah tangga. Keinginan suami saya hanyalah: Pulang ke rumah, disambut dengan senyuman istri. That's it.
Dan dengan keinginan se-ringan itu, sungguh kejam rasanya jika saya masih menurutkan ego diri untuk 'cita-cita dunia' yang kapan-kapan bisa saya wujudkan. Bahkan bisa diwujudkan berdua bersama suami instead of berjuang sendiri di tempat yang berbeda. Ah, bahkan jika tidak terwujud pun sebetulnya tidak melanggar syari'at manapun :|
Ketika umroh kemarin pun, saya perbanyak istikharah, saya perbanyak munajat pada Allah untuk menetapkan hati saya agar kian yakin dengan pilihan yang saya ambil.
"Laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi keluarganya dan kelak ia akan ditanya (diminta pertanggungjawaban) tentang mereka (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)
Semoga pilihan untuk tetap menemani suami berdakwah di Kabupaten Sekadau ini akan membuat suami saya lebih mudah menjawab ketika kelak Allah mintai pertanggungjawaban :)
Last but not least, Home is where your husband is...
Curhat selesai :D
Curhat ini sudah saya publish di wedding blog kami sejak bulan lalu. Sengaja saya publish lagi di primary blog saya, dengan harapan, akan semakin banyak teman-teman yang bisa mengambil hikmahnya. Cikiciieew :p
amankan dulu pintu depannya
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Deleteaku dah liat gambar no 3,, itu artinya dah baca sampe selese...
Deletesengaja dihapus memenasarankan adminnya yang belom sempet nyuguhin minum para tamunya
Deleteaku dah liat,,, ga penasaran.... cihuyyy...
Deletemana pernah disuguhin di sini. huhh
Deletedisana, di dapur sebelah..
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteTadinya saua cuma "blogwalking" aja tanpa meninggalkan komen apa apa karena badan saya cukup lelah setelah kemarin kami sekeluarga merayakan atau tepatnya sukuran HUT Abbie yang ke 5 tahun. Ceritanya mungkin diposting Insya Allah. Namun begitu saya mampir ke sini, artikel miss Syahdini sangat menarik dan sama persis dengan yang saya alami waktu pertama kali menikah.
DeleteSaya menikah 11 Desember 2005 adalah buah manis lika liku perjuangan berat kami dari awal sampai akhir. Sudah saya tulis dengan panjang di bloh saya. Saya termasuk salah satu pelaku Long Distance Relationship. bahkan saat sudah menikah pun, saya di Pontianak, dan istti masih skripsi di IKIP PGRI Semarang. Bayangkan.
Mirip dengan Miss Syahdini di artikel ini. Apa yang tidak diperoleh istri saya di Semarang?. Kepala Sekolah sebuah PAUD, Penulis novel, Pengarang Buku, Pengajar di sekolah swasta, punya komunitas kajian muslimah, dan bahkan orang tuanya pun di Jogjakarta. Dari kecil sampai besar dia dibesarkan di sana, dan tentu banyak orang yang dicintainya di sana, termasuk orang tuanya.
Semua itu dia tinggalkan . Rela meningggalkan teman sepermainannya, sekolah PAUD nya, temen teman kajian muslim yang dia sayangi, anak anak PAUD yang di cintai, tetangga di desanya yang baik hati, bahkan kedua orangtuanya. Semuanya dia RELA tinggalkan dan BERANGKAT ke Pontianak hanya menyusul saya, Suaminya. Ikhlas memulai hidup dan merintis networknya mulai dari NOL lagi di Pontianak.
Tidak terawasa memang waktu yang demikian cepatnya berlalu, dan apa yang dulu di tinggalkan, kini dia peroleh kembali. Ternyata semuanya masih lengkap, dan orang orang yang dicintainya masih ada dan selalu bersilaturahmi. Home sick adalah hal yang wajar.
*suguhin minum 1-1* :p
Deletekang hadi, selamat! dapat pertamax. Hadiahnya minuman paling gede dari yg laen yak.
:') terharu nyimak ceritanya kang asep.. keren pisan euy istrinyaaa.. jempoool
Deleteso sweet, hehe
DeleteWowww, emang lebih enak sama-sama dibanding LDR ya mbak
ReplyDeleteBerarti aku belom punya Home nih
home yang ada di blog yang isinya "tentang saya", kan udah ada. repot amat Mbak Un.
Deletehome yang biasanya buat karaoke ya..?
DeleteHome itu beranda. Biasanya berguna buat navigasi di web atau blog biar nda tersesat
Deleteuna, iya banget na..
Deletepak zach, nah usul yg mantap suratap pak!
bli, nah yaa biasa karoke yaa
kang asep, mirip sama pak zach, tapi oke lah..
Senyum senyum zie bacanya mbak :)
ReplyDeleteDapet pelajaran menarik dari sini yang bisa dibawa pulang dan bekal untuk kedepan.
Apalah arti cita-cita sendiri jika pada akhirnya hanya sendirian yang bisa merasakan bahagianya, minimal ada sesuatu yang sedikit berat menerima hasilnya. Barulah cita-cita itu berhasil ketika sekeliling kita pun merasakan bahagianya. Insya Allah ada jalannya nanti mbak din untuk mengejar cita-citamu dengan tetap manut suami Aamiiin :)
#eh maaf ya kalau kepanjangan dan jadi sok tau, ini buat note diri sendiri hehe semoga ada nilai baiknya *smile
alhamdulillaah :)
Deletebetul sekali itu bang *btw zie ini bang uzay ya toh? hehe*
apalah artinya cita-cita dunia tercapai, kalo di akhirat nanti malah jadi berat :)
yeeeaay.. samaa.. aku jg ngrasain kek gt jeng diniehz.. *toss dulu*
ReplyDeletetp skrg udah lbh bs nerima, ga mikir mo LDR ma suami demi cita2. Meski itu berarti aku hrs mengubur dalam2 ambisiku. Bersama2 itu jelas lbh baik drpd jauh2an.
Semoga pengorbanan kita dibalas Allah dgn sesuatu yg lbh indah.
pasti!!Allah SWT maha adil
Deletebuktinya sekarang tambah mesra, kan?
yang pasti kalo pindah ke Pontianak, ntar rekening BRI-nya tetep tulisannya Sekadau kan? soalnya kita jadi repot ngeganti tulisan nomor rekening di ujung atas blog, wkwkwk
Deletewkwkwkwk.. bisa aja Bang Zach
DeleteApa sih yang tidak bisa sama bang Zachflazz, father of the year itu? Main drum bisa. Apalagi makan klepon.
Deletembak cova: kereeen d^.^b aamiin *hugs*
Deletekang hadi, alhamdulillaah ya :D
pak zach, hihhhh *sundut pake ujung rekening*
bli + kang asep, bisa semuaaa.. gambar kupu2 aja yang gak bisa kalo pak zach
Hehehehe curcol abies neh.. btw, klo pikiran sudah buntu, ikuti kata hati.. masalahnya kadang kata hati sering dipengaruhi nalar pikiran yg membuat bias jeritan di hati... weelleehhh
ReplyDeleteNice
ReplyDeletehhiihihi
Deleteselain Hadist2nya juga menggaris bawahi "Mengapa kau biarkan suamimu pulang mencari nafkah tanpa ada dirimu menyambutnya di rumah?"...jembatan menuju surga telah dipilih, sebuah pilihan mulia tuh m'ba.
ReplyDeletelagian secara seru pulalah kalau suami pulang kerumah disambut dengan paras cantik yang penuh dengan senyum menggoda...hahay
selamat bertempur selalu...halaaah, kenapa ujung komentarnya selalu jaka sembung sih?...maaf bawaan lahir, hehehe
bukannya bawaan lahir kang Lembu langsung doyan makan Ubi kang?
Deletekang hadi, alhamdulillah kang ^^ haiiik, xixixi.
Deletekang asep, kalo kang asep doyan nabuh panci?
aku juga sama mba, ortu, sodara, keluarga besar, semua ada di Garut. tp krn amanah dakwah dn ladang rizki suami ada d kuningan, kitapun mencoba meniti masa depan disini.
ReplyDeleteluar biasa ibu-ibu muda ini.
Deletesaya juga muda dong, tapi bapak-bapak.
kalau pingin muda, ganti aja Bang nama profilnya. 'ABG Labil' wkwkwkwk..
Deletekuningannya sebelah mana mbak?? :D .
Deleteummu hilya, tooossss
Deletepak zach, iya deh pak muda
bli, jangan.. kasian kang asep.
miz tia, nah, ummu hilya ditanyain :D
the home is where your husband is...wah walau belum pernah juga tpi emang bener sih ya Kak Din...selagi bisa bersama, ya sudah bersama saja...
ReplyDeleteterus baru tahu kalo udah bersuami tu tingkat suami di atas orang tua gitu ya Kak??
Uhm...I see..berarti kalau menikah emang hrus sudah tidak hanya mengurusi diri sendiri dan kemana saja seenak kaki melangkah...
jadi dapat sesuatu dari sini Kak..hehehe
iya mei.. dalam Islam, setelah menikah, yg menjadi prioritas untuk istri adalah suami.. sedangkan suami, yg menjadi prioritas tetap ibunya.. makanya kalo ntar mau nikah, make sure the husband will be is the one who obeys his mother, and the one who's nice to his sister(s), gitu mey :)
Deleteberkumpul memang utama buat pasangan, Mbak. menjauhkan dari potensi fitnah, dan akan membawa dampak efisiensi yang mengesankan. teteplah mantap di Sekadau Mbak. Akan menjadikan point ibadah tersendiri untuk Mbak Dini.
ReplyDeletesemoga tambah betah yaa
kalau nggak betah, betah-betahin mbak.
DeleteKalau mau tau rasanya "sendirian" mengurus anak anak, belajar sama saya. Hiehiehihee. Kini saya harus menunggu 2 tahun lagi agar sang istri bisa "kumpul" bersama sama saya, dan anak anak. Menjadi keluarga utuh. Tidak terpisah pisah seperti sekarang ini. Semua itu ada hikmahnya. Dibalik "kesulitan" pasti ada kemudahan
Deletepak zach, iya pak, itu dia, jauh dari fitnah :D aamiin, makasih pak :')
Deletebli, betaaah hihihi
kang asep, nah ini dia, pamungkas banget.. fainnama'al usriyusroo..
lebih baik kumpul bersama mbak dari pada berpisah..xixixi
ReplyDelete*pakai nasehati segala..
itu benar sekali Bli Kstiawan. Bersama sama lebih baik daripada sendirian. Sama sama merasa bahagia, sama sama mengatasi kesulitan, dan sama sama memecahkan masalah. Jika ada suami atau istri di samping, tentu moral dan kekuatan akan semakin tangguh. Sendirian juga baik, karena bisa melatih hidup mandiri namun dalam arti dan makna serta kondisi tertentu.
DeletePersoalan akan semakin kompleks dengan hadirnya buah hati. Bagaimana dengan pengurusan anak anak jika salah satunya pergi?. Saya contohnya. Saya sudah terlatih mengurus anak anak "sendiri" dan menjadi "single parent".
Saya dan istri berusaha mencari cara bagaimana agar bisa kumpul bersama sama. Dan itu istri harus menunggu 2 thn lagi untuk bisa pindah mengajar di Pontianak agar kumpul bersama saya dan anak anak. Jadi selagi ada kesempatan bersama bersama tetaplah bersama sama. Kompak.
Kebersamaan sebuah keluarga adalah BARANG MAHAL yang masih selalu kami nantikan setiap hari. Saya dan anak anak selalu selalu sabar menanti bundanya pulang ke rumah, ke dalam hati, dan ke dalam mimpi anak anak di kala mereka terlelap. Pertimbangkanlah masak masak jika harus berpisah
setuju pak...:)
DeleteBERSAMA KITA BISA!
Deletebapak2 harus belajar dari kang asep nih.. top pisaaan..
Curhatnya tentang kehidupan pribadi yah Mbak.Saya memperhatikan dan membaca saja Mbak.Trims atas curahannya Mbak :)
ReplyDeletemakasih yak dah mampir.
Delete...aku juga merasa bahwa kebersamaan dengan keluarga itu tak ternila dengan apapun setelah tuntutan pekerjaan menjauhkan dari keluarga.
ReplyDelete-jomblo geographic-
SIP!
Deletewalaupun sudah lama tau, mungkin masih wajar saat itu kurang memahami kali ya mbak,
ReplyDeletetapi dari pada tidak sama sekali,
yang penting sekarang mbak nya udah sadar, gak perlu jauh2 nyari bahagia..
alhamdulillaah.
DeleteHummm...LDR itu memang nggak enak, Mbak. Tapi aku gak bisa memberi saran atu sejenisnya, maklum aku masih miskin pengalaman soal ini, kan aku masih kecil.
ReplyDeleteCatatan: Aku membaca semua tulisan Mbah Dinie loh.
#pamer
Saya membaca twitnya mas Rudy Arra yang menanyakan kunci sukses Long Distance Relationship (LDR). Saya sendiri pelaku LDR yang sukses punya 2 anak hiehiheiheee. Kenal dari FORUM Kang Guru, lalu email emailan. Ketemuan di Pontianak, thn berikutnya Menikah. Wis plek hiheiheihiehiee.
DeleteMungkin kepercayaan dan saling percaya pasangan, dan juga TEKAD yang kuat. Jika Tekad tidak kuat untuk menuju pernikahan, mungkin LDR bisa gagal. Ehm ehm ehm
wahh saya aamiin. aamiin nih, semoga saya juga bisa ketularan suksesnya LDR huohuo.
Deletemas rudy, oooh lagi LDR ya? *uhuk* sippooo.. pamer accepted.
Deletekang asep, nah itu.. kang asep emang punggawa LDR deh
miztia, aamiin hihih
itu kan bagi perempuan yang udah punya suami, bagi laki-laki yang sudah punya istri... lha terus kalau untuk yang belum punya pasangan alias jomblo? wah... home is where eat, pray and love is
ReplyDeleteYang disebut terakhir mirip judul filmya Julia Roberts
Deleteazim, hmm ya deeeh eat pray loveee..
Deletekang asep, ciyeeh pemeran pendamping julia roberts xixixi
Hanya Blogwalking + nyimak artikel ini..
ReplyDeletemonggo
Deletemerinding bacanya mbak :)
ReplyDeleteharus benar-benar bijaksana...
iyah.
DeleteMbak, hp koq susah dihubungi ya...
ReplyDeletecek transaksi pukul 08.10 deh
*paham.
Deletemasa iya pak? nti kirim konfirmasi via e-mail boleh ya pak? ke hazelniez[at]gmail[dot]com
Deletemiz tia ayok nyusul :p
OK Mbak. ke gtalk ya??
Deletesip pak..
Deletenyimak y mbak :)
ReplyDeleteduduk manis disitu ya.
Deleteoke.. duduk manis ya 2-2nya
Delete*mau nangis* Kita gak tau kapan sisa hidup untuk barengan sama suami. Mumpung masih dikasih kesempatan sama-sama berdua, alhamdulillah :)
ReplyDeletenyampe ke hati ya kak? :')
Deletebenar kak, alhamdulillaah..
btw, i missss kak diar so much in blog hehe
I'll be back on the blog on March 18, insya Allah :)
Deleteyeay!
DeleteLDR membawa berkah ^_^ :D . *curcol .
ReplyDeletehehe
DeleteTinggal satu atap dengan suami adalah adalah hal yang lebih membahagiakan. Disanalah tempat kasih-sayang.
ReplyDeleteseatap dan sekamar tepatnya ya sob
Deleteyah boleh lah.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletebegitulah mbak..
Delete*pura2nya tau komennya apa wekekek
Merinding bacanya mba Dini :")
ReplyDeletesubhanallah.. semoga Allah seantiasa memudahkan langkah mba dan suami....
klo gt saya skrg belum tw 'home' nya nanti dimana hihi
aamiin ya rabb, syukron katsir mbak monik :')
Deletehehehe semoga segera build home with the one yang terbaik menurut Allah :)
ya gitu emang mbak...
ReplyDeletesaya aja udah siap kalo nantinya harus nggak kerja kalo udah nikah.
saya udah nyiapin beberapa opsi nih biar kerjanya tetep di rumah aja..
nggak lucu aja tetep LDRan ketika udah nikah
mantap! beruntunglah yg menjadi suami permai nanti :)
DeleteKenapa dakwahnya tidak di pontianak saja ?
ReplyDeleteSalut dah buat Miss :)
di Pontianak udah banyak da'inya nak efnu.. di Sekadau masih dikit
Delete*nulis komen sambil garuk2 geram*
Semoga jadi pahala postingan ini, Aamiin :)
ReplyDeleteaamiin
Deletemantap sekali mbak..seperti kakak saya yg rela berhenti kerja demi ikut suaminya..walaupun penghasilan kakak saya sedikit lebih tinggi dibanding suaminya... :)
ReplyDeletesaya juga ingin seperti itu kalo udah nikah nanti mbak..semoga..semoga semogaa... aamiin.. :D
ini pilihan yang tepat ya mbak..semoga diridhoi Allah.. aamiin.. :)
terimakasih Rita ^^
Deleteiya, pilihan yg bagi sebagian wanita barangkali berat, tapi lebih memberi ketenangan saat dijalani :)
aamiin ya rabb..
ngena banget tulisannya, wah semoga mba dan suami menjadi contoh keluarga yang sakinah aamiin ^^
ReplyDeleteaamiin
DeleteSmoga bisa seperti itu juga nanti. Mengesampingkan ego karena sudah tak sendiri lagi. :))
ReplyDeletekak Dinie.... suaminya istimewa
ReplyDeletebenar2 ikhlas gitu ya
aku terharu saat baca "keinginan suaminya kak Dini cuma sederhana, melihat senyum istrinya saat pulang kerja"
so sweeeeetttt
istimewa banget mei.. :')
Deletehehehe.. semoga nti suaminya mei lebih istimewa daripada suami kk ya ^^
Wah mbak dini top, hmm emang begitulah mbak. Eh emang beneran saumpama mbak dini LDR ama suami kuat?? hmm suami istri LDR itu kok aneh banget eaaaa, tapi sepertinya tulisan ini menginspirasi saya, namun sayangnya saya bukan calon istri hahaha
ReplyDeletekayaknya gak kuat nem..
Delete*lostfocus* apa-apaan itu rinem mikha angelo? *pentung*
udah selesai bacanya. masih kurang ngerti yang kayak gituan hehehe masih bosah saya sih.
ReplyDeletepunya blog weeding? kereeen eh. kreatif ahahaha
bukan weeding, wedding hehehe..
DeleteWah mba, memang harus berkorban untuk beribadah kepada Allah. Saya paling suka dengan kata-kata ini 'Keinginan suami saya hanyalah: Pulang ke rumah, disambut dengan senyuman istri. That's it.'
ReplyDeleteyak, saya juga suka :)
Delete