dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Wednesday, 2 January 2013

Sejarah Kabupaten Sekadau

Hampir 2 tahun lamanya berdomisili di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, dan tetap masih 1 tempat wisata yang saya kunjungi: Gunam Kurang Indah Sekadau. Tempat lainnya yang pernah saya kunjungi selain Gunam Indah untuk jalan-jalan adalah area Kantor Bupati Kabupaten Sekadau. 

Suatu sore di Kantor Bupati

Dengan berbagai suka duka yang saya alami selama tinggal di Sekadau, belum juga saya dapatkan sejarah kabupaten ini. Suami juga belum pernah cerita. Sampai akhirnya, saya iseng googling dengan keyword 'Sekadau', dan saya temukan deh sejarah Kabupaten Sekadau. Here it is buat yang mau baca:


Nama “SEKADAU” ter-asumsi menjadi dua versi, pertama. Terambil dari sejenis pohon kayu yang banyak tumbuh di muara sungai yang sekarang disebut SUNGAI SEKADAU. Oleh penduduk, pohon kayu ini disebut “BATANG ADAU”. Versi lain menyebutkan, masyarakat pedalaman pada zaman dahulu, jika melihat sesuatu yang asing, mereka menyebutnya “BARU ADAU” (Baru melihat). Dengan dua pernyataan yang masih kontroversi itu, lahirlah sebutan istilah Sungai Sekadau. 

Asal mula penduduk Sekadau, dikisahkan berasal dari pecahan rombongan Dara Nante. Rombongan ini masih ada lagi yang telah meneruskan perjalanannya ke Hulu Sungai Kapuas. Dibawah pimpinan SINGA PATIH BARDAT dan PATIH BANGI. Rombongan Singa Patih Bardat, telah berkembang biak dan menurunkan suku Kematu, Suku Benawas, Sekadau, Melawang dan Ketungau. Rombongan yang dipimpin oleh Patih Bangi, meneruskan perjalanannya ke daerah Belitang sekarang. Di daerah inilah berkembangnya keturunan Daya’ Melawang, Ketungau yang menurunkan raja-raja Sekadau.

Mula-mula kerajaan Sekadau berdomisili di daerah KEMATU. Kurang lebih 3 km sebelah hilir Rawak. Di daerah ini benyak terdapat makam raja-raja. Kemudian dipindahkan ke Sekadau tepatnya di sungai Bara’. Di sinilah ibu kota kerajaan Sekadau dibangun dengan keraton sebagai pusat pemerintahannya. Suku-suku tersebut di atas masing-masing dipimpin oleh Kepala Adat yang dipanggil Kiyai. Adapun gelar dari ke empat Kiyai tersebut adalah : Kiayi MAS TUMENGGUNG, Kiayi DIPA DIRAJA, Kiayi MAS SUTADILAGA dan Kiayi MAS SUTA NATA. 

Kedudukan Kiyai-kiyai ini amat kuat karena mereka turut menentukan pengangkatan seorang raja dan di samping itu merekalah yang bertanggung jawab atas soal ketentraman dan kelancaran pemungutan pajak. Gelar-gelar yang lebih tinggi sesudah Kiayi berturut-turut menurut tingkatannya adalah : Tumenggung, Patih, Demang dan Naga Lantai. Yang dapat diangkat menjadi Naga Lantai adalah yang mempunyai keahlian mengenai adat istiadat dan sudah berumur 70 tahun keatas. Menurut kisah nyata dari rakyat Sekadau, bahwa kerajaan Sekadau telah diperintahkan berturut-turut oleh keturunan PRABU JAYA dan keturunan RAJA-RAJA SIAK BULUN (Bahulun dari Sungai Keriau)

Raja turun temurun itu secara detail tak dapat lagi disebutkan, karena tak ada data-data yang didapatkan, baik cerita rakyat, apalagi penulisannya. Namun, berikut ini uraiainnya: 
Raja Sekadau pertama yang dapat disebutkan adalah PANGERAN ENGKONG. 
Pangeran Engkong dengan empat bersaudara : 
  1. PANGERAN AGONG PRABU JAYA 
  1. PANGERAN ENGKONG 
  1. PANGERAN SENARONG 
  1. RATU KUDONG 

Dari ke empat bersaudara tersebut, Pangeran Engkonglah yang telah terpilih menjadi raja Sekadau sesudah ayahnya wafat. Sedangkan Pangeran Senarong menurunkan raja-raja Belitang. Pangeran Engkong adalah putra dari kedua. Mereka terpilih berdasarkan penelitian terhadap kecakapan mereka masing-masing. 

Pangeran Engkong ternyata lebih bijaksana dari yang lainnya, ia tahu dan mengerti akan keadaan rakyat. Pangeran Agong sangat berkecil hati, karena tidak terpilih sebagai pengganti ayahandanya. Ia tak kurang akal juga untuk mengatasi perasaannya yang gundah dan tertekan itu. Ia mengajak dan mempengaruhi segala rakyat yang senang padanya, mereka berunding dan berangkat meninggalkan Sekadau menuju daerah Kuari, daerah ini masih meninggalkan bekasnya, walaupun kelihatan telah menghutan belukar saja. 



Hingga kini rakyat Sekadau menyebutnya “LAWANG KUARI” yang kini juga disebut sebagai simbol (khas) Sekadau, karena sudah menjadi kabupaten baru menjadi sebutan “SEKADAU KOTA LAWANG KUARI”. 


Banyak orang yang senang mendatangi Lawang Kuari untuk maksud-maksud tertentu. Untuk mendatangi daerah ini harus tahu syarat-syarat adatnya. Banyak keanehan yang dapat ditemukan di daerah Lawang Kuari itu. Oleh rakyat Sekadau daerah ini juga disebut “BATANG PANJANG MENGHILANG”. 


Perkembangan Kerajaan Sekadau selanjutnya, diawali dengan perjalanan Sultan Anum oleh orang tuanya untuk mendatangi Mempawah guna untuk memperdalam pengetahuannya, terutama dalam bidang agama Islam. Itulah sebabnya kerajaan Sekadau di kala pemerintahan agama Islam sangat pesat penyebarannya, sehingga Daya’ Kematu yang telah banyak masuk, memeluk agama Islam dikala itu. 


Karena ramainya pemeluk agama Islam, pindahlah ibu kota kerajaan kehilir Sungai Bara’ Sekadau. Dengan bantuan rakyat yang rela berkorban dan dengan kesadaran, kerajaan Sekadau telah membangun sebuah mesjid untuk mereka bersembahyang, masjid tersebut masih gagah hingga sekarang, cuma karena dipengaruhi renovasi oleh masyarakat setempat ciri khas keasliannya sudah tidak tampak lagi.


Pangeran Suma Negara meninggal dunia, telah digantikan oleh putra mahkota Abang Todong dengan gelar SULTAN ANUM. Setelah putra Mahkota dewasa, ia pun dinobatkan dan memerintah dengan gelar “SULTAN MANSUR” ( Putra Sultan Anum ). Waktu itu oleh Belanda, Sekadau dianjurkan menggunakan Penembahan di bawah kekuasaan Sultan Pontianak. Rakyat mendengar pernyataan tersebut langsung menolak dan tak terima, maka terjadilah konflik horizontal antar rakyat, sehingga menimbulkan Perang Basah (Perang Saudara). 

Kerajaan Sekadau kemudian dialihkan kepada Gusti Mekah sebagai pejabat, Gusti Mekah bernama Sultan Mansur memerintah dengan gelar PANEMBAHAN GUSTI MEKAH SRI NEGARA. Sesudah pemerintahan Panembahan Mekah Sri Negara dan saudaranya Gusti Isa, dengan gelar Pangeran Perdana Menteri berakhir, Maka Panembahan Gusti Akhmad Sri Negara dinobatkan naik tahta kerajaan. Tapi nasib malang bagi beliau dengan keluarganya, penjajah Belanda mengasingkannya ke Jawa, tepatnya di Kota Malang, dengan tuduhan palsu sebagai penghasut para tumenggung untuk melawan Belanda. Karena pengasingan Panembahan Gusti Akhmad Sri Negara tersebut maka, Panembahan Haji Gusti Abdullah diangkat dengan gelar Pangeran Mangku sebagai wakil Panembahan.

Ia pun dipersilahkan mendiami kraton di Sungai Bara’. Belum lama Pangeran Mangku dinobatkan sebagai wakil panembahan. Ia kemudian meninggal dunia. Kedudukannya diganti oleh Panembahan Gusti Akhmad, yang kemudian diganti lagi oleh Sri Utin (Istri dari Gusti Hamid), dengan gelar Sri Ratu Negara. Setelah beliau meninggal, digantilah Panembahan Gusti Kelip sebagai raja Sekadau. Gusti Kelip pun menjadi korban pembunuhan Jepang di Mandor pada tahun 1944. 

Untuk meneruskan pemerintahan kerajaan Sekadau, rakyat mengangkat Gusti Mohammad Kolen Sri Negara (Cucu Sultan Anum) sebagai pemegang pucuk pemerintahan kerajaan Sekadau. Ia telah memerintah sekitar tahun 1944-1952. Tahun 1946, Gusti Adnan diangkat memimpin kembali kerajaan Belitang. Pada bulan Juni 1952 Gusti Mohammad Kolen Sri Negara bersama Gusti Adnan, menyerahkan administrasi kerajaan langsung kepada pemerintah pusat di Jakarta. Pada waktu itu Mr.Mohammad Roem menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, yang disaksikan oleh Sayuti Malik (Pengetik Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI). Sekembalinya mereka dari Jakarta, Kerajaan Sekadau administrasinya diserahkan langsung kepada Swapraja. Setelah Sekadau menjadi Kewedanaan maka diangkatlah Gusti Adnan sebagai Wedana (pimpinan daerah) pertama di Sekadau.*

*Nara Sumber: 
1. Ab. Danis (Cucu dari Panembahan Gst. Akhmad) 
2. Ab. Komar Ali (Cucu dari Panembahan Gst Akhmad) 
3. Ab. Butoi (Keturunan dari Pangeran Mangku) 
4. Ab. Ali Udin (Keturunan dari Sultan Mansyur, sdh meninggal tahun 2008) 
5. Gst. M. Saleh, A.Ma.Pd (Cucu dari Panembahan Gst.Moh.Kolen) 
6. Ab. Nahar (Keturunan dari Sultan Mansyur)
Sumber asli: Wisata Sekadau.

Wah, saya senang sekali mendapatkan kisah sejarah Kabupaten Sekadau. Kelak, jika anak saya bertanya tentang kabupaten yang pernah saya diami ini, saya akan ceritakan sejarah ini pada mereka :)

Bagaimana dengan sejarah tempat tinggal teman-teman sekarang? Do you know it? :)


54 comments:

  1. ternyata historis-nya demikian ya, baru tau saya setelah membaca postingan ini :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama, saya juga baru tau saat menulis postingan ini :)

      Delete
    2. saya malah belum pernah nulis postingan ini. halahh

      Delete
    3. hahaha.. ayo pak, tulis postingan ini sekarang jugaa..

      Delete
  2. mbak, saya yakin heroismenya, kalo digali, nggak kalah sama Pangeran Diponegoro dkk kalo memang ada perlawanan terhadap penjajah, atau nggak kalah sama Sunan Gunung Jati kalo ternyata ada andil dalam pentyebaran Islam di Kalimantan. cuma koq ya nggak disosialisasikan ya... sayang banget. tapi OK-lah, saya jadi tau sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini lah pak saya sedang berusaha menjadi salah seorang penduduk setempat yang mengsosialisasikannya.. kalopun para pahlawan di sejarah ini tak masuk dalam kategori pahlawan nasional sekelas Pangeran Diponegoro, semoga saja di sekolah masing-masing, guru sejarah tak melupakan bagian dari sejarah lokal ini :)

      Delete
    2. iya, bener
      mulok di pelajaran Sd perlu tuh disisipkan

      Delete
    3. di SMP dan SMA juga perlu pak.. maklum, anak2 sekarang cepat lupanya..

      Delete
    4. @zachflazz : Perang Diponegoro ya. Wah saya sampai hafal luar kepala tahun berlangsungnya Perang Diponegorio yakni 1825-1830 kan ya. Soale sering diplesetkan sebagai waktu Magrib, Perang Diponegoro berlangsung di waktu Magrib

      Delete
    5. Waktu Maghrib, Pangeran Diponegoro cs pada shalat, Belandanya pada molor.

      Delete
    6. @Kang Asep, wihihii cara cerdas untuk menghafal sejarah kang :D

      @Pak zach, kalo di sini jam segitu waktunya makan malam pak, magrib udah molor banget jam 18.30

      Delete
  3. jadi tambah pengetahuan lg ne..kapan ya bs maen ksitu?

    ReplyDelete
  4. jadi pengen tahu asal muasal kota kelahiran ortu nih, btw asik kali ya kalo sejarah2 kota di Ind didokumentasikan dalam bentuk film or serial lah gitu, tapi bukan model sinetron ecek2 melainkan yg digodok secara khusus dan fokus dgn sutradara yg kueren, hmm pasti seru *ngayal*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Brilliant idea! Sutradara yg oke, dgn pemain yang menarik org utk nonton (kayak nicholas saputera sama fauzi baadilla misalnya :p), pasti oke dokeh tuh..

      Delete
    2. ada wonder woman kan?

      Delete
    3. "ah bapak bapak ini ngomongin Perempuan Lain di Blog Perempuan nda sopan tauuu" (Dini Haiti Zulfany)

      Delete
  5. sedemikian panjangnya hehe :D

    Jas Merah
    jangan melupakan sejarah hehe
    *great mam, fikri aja enda tau hehe :D
    thanks mam, kapan" boleh main kesana la mam yeyeye, cz iki enda pernah ke sekadau mam hehe paling liwat aja hehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi fikri. Ms dini juga baru tau nih sejarahnye.. Nanti kalo lewat lagi, nyinggah lah sejenak ki. Mampir di swalayan sebrang rumah ms yeh hihihi

      Delete
    2. hhe insyaallah mam :)

      Delete
  6. Baru dengar nama kabupaten Sekadau.. maklum anak rumahan.. hahhaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kabupaten Sekadau memang termasuk kabupaten baru kak :)

      Delete
  7. TFS mbak, jadi tambah pengetahuan tentang Sekadau ...
    Salam kenal :D

    ReplyDelete
  8. Tempat-tempat daerah yg menarik seperti Sekadau dan lainya memang harus kerap2 di publikasikan, agar supaya lebih di kenal banyak orang, dan saya senang dengan hal semacam ini karena kita bisa tau sejarah di tempat lain..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya cik, masih buanyaaak sekali nama tempat/daerah di Indonesia yang kaya ini, yang kita sbg penduduk Indonesia saja belum tau. Sbg blogger, kita bisa 'menugaskan' diri kita masing2 utk mengenalkan daerah2 kita ke seluruh dunia :)

      Delete
  9. wah kok paham banget ?? hehe jurusan ips ya ?? sama kyk ane berarti .hehe :D

    ReplyDelete
  10. Pangeran Engkong ? kayak betawi ya? apa memang ada hubunganya ya?

    ReplyDelete
  11. raja Engkong, hihi.. namanya keren. eh, itu nama atau julukan saja ya?

    ReplyDelete
  12. Sejarah yang lengkap dari Sumbernya. Pastinya tidak diragukan akan kebenarannya. Sekadau, lafal yang susah untuk orang jawa. Memang diakui, Belanda jago dalam mengadu domba kala itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh ya? weh weh weh ternyata ada juga beberapa kata yang susah dilafalkan orang jawa ya :)

      Delete
  13. ini mbak wawancara langsung gitu y mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. neeehi, kan di atas dah saya kasi link sumber aslinya ta :)

      Delete
  14. Miss Syahdini, saya sering tertukar dengan Kota Sekadau dengan Sanggau. Apakah keduanya sama kota besar di Kalimantan Barat? Ataukah Sekadau itu bagian dari kota Sanggau? Aseli saya masih suka tertukar tukar. Mohon penjelasan dan pencerahannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. gimana nih suhu, geografinya parah.
      emang yang bener apa Mbak? (halahh, sama aja, hehehe).

      Delete
    2. @Kang Asep, tadinya Sekadau itu kecamatan kang, masuk dalam pemerintahan Kabupaten Sanggau. Beberapa tahun yang lalu *pastinya saya ga tau berapa tahun hehe*, Sekadau memisahkan diri dari Sanggau, membentuk kabupaten baru, dan terbentuklah Kabupaten Sekadau, gitu kang :)

      Delete
    3. ketinggalan bales komen pak zach :p

      iya ih, wartawan apakah kang asep :p *terprovokasi pak zach lagi

      Delete
    4. @diniehz : Waktu saya bertugas di kota Sintang era taon 2001, saya sering melewati kota Sanggau. Karena untuk menuju Sintang kan biasanya melewati kota SaNGGAU.

      Ada biro Pontianak Post di Sanggau dan di biro itu saya mampir. Alamatnya lupa. Yang jelas di depann Biro kamii ada bangunan yang biasa digunakan untuk berbagai acara kawinan, workshop, dll. Ada patungnya juga kalaw nda salah

      Delete
    5. yoih kang, kecuali kalo ke Sintangnya pake pesawat, tak lewat Sanggau deh hehe..

      suami mungkin tau tuh bironya, karena dia asli Sanggau :)

      Delete
  15. tempatnya masih banyak lahan kosong yaa... kunjungan pertama ini.. mampir jg ditempatq yaa.. follow me

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak banget :D

      makasih yaa sudah berkunjung..

      Delete
  16. Batang panjang menghilang? #kemudian mikir ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayoloooo x_x

      maksudnya batang itu batang kayu adau bang hahaha :p

      Delete
  17. Terakhir ke Sekadau tahun 2007 lalu, kebetulan lagi ada kerjaan disana. Nginep di salah satu hotel, cuma saya lupa namanya (posisinya sebelah kanan jalan raya sintang depan pasar). Ternyata sejarahnya seperti itu ya? Jangan2 dini orang Sekadau juga nih? Trims...

    ReplyDelete
    Replies
    1. ooh, hotel miaga mungkin ya bang..

      bukan bang, Dini asli Pontianak, tinggal di Sekadau baru mau 2 tahun :)

      Delete
  18. Menarik banget mbak ulasan sejarah kota Sekadau, salam kenal dan salam ukhuwah yah :)

    ReplyDelete
  19. AnonymousJuly 21, 2013

    sejarahnya mendekati benar, waktu kecilku sering banget tidur2an di makan sultam anum dan suka mandi dikomplek meriam kerajaan sekadau,
    ada baiknya juga bertanya kesesepuh lain di kota sekadau, misalnya dari sesupuh desa mungguk (karejaan sekadau berada didesa mungguk), desa seberang kapuas, desa tanjung yang notebanenya berhadapan dengan kerajaan sekadau.

    salam untuk mbak dini,
    rgds
    adau putra

    ReplyDelete
  20. wah,,, bulan september ini saya akan bertugas di kabupaten ini,,, jadi penasaran dech...

    ReplyDelete