Beberapa orang sempat tidak percaya jumlah dukungan untuk Pak Bibit Samad Rianto dan Pak Chandra M Hamzah bisa mencapai target sejuta sebagaimana judul grup tersebut. Tapi faktanya adalah: lebih dari sejuta facebookers mendukung. Sungguh fenomenal. People power by cyber world! Tak terbendung, beragam kemarahan rakyat Indonesia terhadap wajah hukum di negara ini. Kondisi keadilan yang juga bikin saya sangat amat gemes banget. Ga perlu lah saya paparkan lagi bagaimana hukum di Indonesia memang betulbetul seperti pisau dengan bagian bawahnya saja yang tumpul, sedangkan bagian bawahnya tajam banget.
Selesai cerita Bibit-Chandra melalui sebuah dukungan dunia maya, muncul lagi dukungan yang menurut saya jauh lebih fenomenal dari grup sejuta fesbuker itu. Grup facebook bernama KOIN PEDULI PRITA. Grup yang terbentuk atas dasar kepedulian terhadap keadilan. Berusaha menyampaikan luka hati terhadap pengkhianatan oknum-oknum tak bertanggung jawab yang mencincangcincang keadilan tanpa ampun! Direpresentasikan oleh banyak rakyat Indonesia melalui gemerincing koin untuk Prita Mulyasari.
Sebuah fenomena menarik. Mengingatkan saya pada pelajaran PMP *Pendidikan Moral Pancasila* yang kemudian berubah nama menjadi PPKn *Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan* ketika saya masih SD dulu. Materi toleransi dan tenggang rasa, serta materi persatuan dan kesatuan. Contoh kasusnya Ibu Prita ini, dengan bantuan dan inisiatif orang-orang yang bahkan sama sekali ga kenal dengan bu Prita ini, bolehlah dimasukkan ke dalam kurikulum baru untuk mata pelajaran serupa. Saya ga tau sekarang pelajaran kayak PMP dan PPKn itu namanya apa di sekolah-sekolah.
Toleransi, tenggang rasa. Saya bisa bayangkan bagaimana ratusan ribu bahkan barangkali jutaan rakyat Indonesia ikut merasakan kebingungan yang dirasakan Ibu Prita. Rp. 204 juta itu bukan angka yang sedikit. Kalo dipake buat bikin brownies cokelat kukus bisa dapet berapa cetak tuh? Weleh weleh. Malah bisa sekalian buka usaha rumah brownies hehe.
Maka, demi jumlah rupiah yang bagi banyak rakyat Indonesia bukanlah angka kecil itu, kemudian muncullah rasa toleransi dan tenggang rasa. Meskipun Ibu Prita masih akan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung untuk kasusnya, tapi sama sekali tak menyurutkan jiwa toleransi rakyat Indonesia *apalagi rakyat Indonesia yang punya rasa keadilan sangat tinggi* untuk ikut merasakan apa yang dirasakan Ibu Prita, lalu mengeluarkan sisi sosial paling peka untuk membantu Ibu Prita dengan bantuan sekecil apapun yang dimiliki.
Efek yang kemudian muncul, tentu saja persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia *terutama yang bertoleransi dan memiliki rasa keadilan tinggi tadi*. Sampai dengan jari saya mengetik tulisan ini, sudah ada 9 posko yang dengan sukarela membantu terkumpulnya koin-koin untuk Ibu Prita. Baru 2 hari, sudah 2 juta, di 1 posko saja. Belum lagi nanti inisiatif dari teman-teman lain di berbagi daerah yang pastinya akan dengan senang hati menolong sesama rakyat Indonesia seperti Ibu Prita. Sungguh persatuan dan kesatuan yang luar biasa. Wajarlah jika Mahfud MD pernah berkata: "Jangan sekali-sekali melawan arus suara rakyat/people power".
Fenomena ini juga mengingatkan saya pada penjelasan guru SD saya ketika pelajaran PMP atau PPKn yang kurang lebih begini bunyinya: "Anak-anak pernah liat sapu lidi ndak? Nah, coba ambil lidinya 1 batang, bisa ndak 1 lidi itu dipake untuk nyapu? **Ndak bisaaa buuuu** Ndak bisa kan.. Seperti itulah yang disebut persatuan dan kesatuan. Kalau bersatu padu, maka akan lebih kuat"
Well. Untuk para pengajar moral di sekolah-sekolah, barangkali analogi terbaru yang bisa dipake ketika menjelaskan tentang makna persatuan dan kesatuan yaitu dengan koin. "Anak-anak, punya uang sebuah koin? Coba dijatuhkan ke tangan, sakit gak? **Nggaaaak buuuuu** Ngga sakit kan? Nah, coba kumpulin koin sekarung, trus dijatuhkan ke punggungnya oknum penegak hukum, sakit gak?"
Heheh, contoh yang berbahaya ya. Don't try this at class, kalo gitu. Try this to irresponsible people who have lost their sense of justice!!
koin sekarung dijatuhin ke oknum penegak hukum? sepertinya jadi ide hukuman model baru ^_^
ReplyDeleteJangan sekali-kali melawan arus rakyat! Berlaku adillah wahai para pemimpin!
ReplyDelete@ newbie, hehe.. sekarung beras gede tapinya :D
ReplyDelete@ trustco, betul!! dengarlah suara kami wahay para pemimpin..
Begitulah jadinya jika para penegak hukum haus.... gak di kasih PMP, PPKn, belum lagi PSPB huh... bingung dah eyke
ReplyDeletewaaaa, iya ya dulu ada pelajaran PSPB. Singkatan dari apa ya pelajaran itu? udah lupa hehe..
ReplyDelete