
Masa kampanye sudah lewat, sudah lama, dan malah sudah ada hasil pemilunya. Dan asal tau saja, kawan. Saya tidak sedang kampanye, kok. Saya sedang akan menghasilkan tulisan dari otak saya yang selalu ingin berotasi pada porosnya, sesuai porsi.
Judul postingan kali ini pasti deh menarik perhatian anda, iya kan kawan? Sudahlah, mengaku saja. Saya ga akan narsis lagi kok. Sekarang saya lebih mengedepankan fakta bahwa mendustai perasaan sendiri sama saja dengan membuat diri sendiri menjadi kelelahan memaksakan diri menunjukkan kesempurnaan. Lebih baik terus berjalan sambil tetap berusaha untuk dapatkan yang terbaik. Nah, sekarang pertanyaannya, apakah menjadi PNS adalah yang terbaik? Sebelumnya, izinkan saya kirimkan ucapan mohon maaf sebanyak 8 kontainer raksasa kepada temanteman yang sudah menjadi PNS.
Baiklah. Apa latar belakang munculnya postingan ini?
Latarnya sangat sederhana sekali, kawan. Hanya beberapa lembar kain iklan yang berjejer di tepi ruas Jalan Ahmad Yani, tepatnya di kawasan lampu merah bundara Universitas Tanjungpura. Sayang sekali sore itu, pas saya lewat situ saya ga bawa kamera digital saya, jadinya ga bisa ngasi gambar. Anyway, di lembaran kain yang dipasang pake kayu sekitar 3 meter itu *aih, heheh asal banget nebaknya*, ada tulisan begini: PNS gratis angsuran 1x. Iyak, itu adalah iklan kendaraan bermotor merek Jepang. Begitu mbaca bagian 'gratis angsuran buat PNS itu', saya langsung mikir, kok enak betul jadi PNS ya...
Kenapa saya bisa mikir begitu? Ya iyah, kawan. Coba deh, tiap bulan, kerja ga kerja dapet gaji. Libur juga dapet gaji. Cuti juga digaji. Tanggal merahnya banyak. Dapet duit tunjangan ini itu. Dan lain sebagainya, yang semuanya membuat beriburibu manusia berpola pikir sama di muka bumi ini pada berebutan buat jadi PNS. Apakah saya berpola pikir sama? Iya, saya juga pengen jadi PNS.
Tapi, jika boleh memilih *halah, kayak ada yang ngelarang milih aja*, saya sebetulnya ingin menjadi wanita yang nge-rumah, tapi ga melulu di rumah. Paham, kan? Artinya, saya ngerjain sesuatu di rumah, tapi teteup bisa menjalankan citacita saya yang muncul sejak saya kelas 3 SMP, yaitu menjadi seorang dosen *dan alhamdulillah citacita itu sudah dikabulkan Allah*. Nah, apakah bisa ya? Bisa dooonk. Saya buat kampus sendiri nanti ^_^.
Trus, hubungannya sama judul postingan kali ini, apah? Kenapa bawabawa PKS segala? Begini ceritanya, kawan. Saya ini, adalah seorang wanita pencinta tarbiyah, yang mencintai metode yang ditawarkan oleh tarbiyah. Termasuk juga di dalamnya, saya merupakan simpatisan sebuah partai, yeah dah pada tau kan ya, toh udah sering saya buat postingannya di blog saya ini. Simpatisan, sampai akhirnya diberi kepercayaan sebagai kader. Sebuah kepercayaan yang ingin saya jaga erat. Toh, saya juga suka ikutikutan beraktivitas di situ. Mulai dari curicuri waktu buat ikutan DS walikota, bertanyatanya tentang hal terkait sama seorang teman, trus malah pernah ikut sebar amunisi di wilayah yang di luar wilayah kekuasaan saya. Hehe, maksutnya begini, kawan. Saya ini kan hitungannya Kota, wilayah barat. Nah, penyebaran amunisi waktu itu terjadi di wilayah Kubu Raya. Jauh keluar batas wilayah tuh, hoho. Anyway, emangnya sebar amunisi (baca: DS, dakwah) terbatas tempat dan waktu? Sure, it is not.
Nah, my beloved father seringkali grecokin saya dengan berkata bahwa, "Susah loh ntar jadi PNS kalo maen partai". Walopun sebenernya bapak hanya guyon, tapi kok rasarasanya guyonan itu tertangkap serius di telinga saya. Aih, rupanya bapak belum tau lubuk hati anaknya ini berkata apa. Kemudian, kawan... hari itu, Kamis 9 April 2009, pagipagi sekali saya sudah bersiap untuk jadi saksi di tps duadelapan deket rumah. Lagilagi, bapak saya ngomong begitu, "Mau PNS atau PKS niy", dan betapa senangnya saya serta merta Ibu saya menjawab dengan diplomatis, "Biarin aja kenapa sih anaknya mengembangkan diri dulu di partai!". Aih, I do love my mother ^_^.
Well, well, people. Mau PNS atau PKS, lihat saja nanti. Saya belum bisa memberikan today's prediction meskipun diajukan sebuah IF Question. Untuk kasus ini, saya menanti today's prediction lain dari IF Question yang saya ajukan pada My Line in Sand. Intinya adalah: kita tak pernah tau apa yang akan terjadi setelah hari ini, sebergerak apapun kita. Final decision tak ditentukan dari seorang karyawan PNS maupun kader PKS. Final decision terbit dari pemilik sah garis dan pasir di belahan bumi manapun.
di Putussibau setahu saya orang PKS rata-rata PNS loh mbak... malah ada yang terang-terangan berpartai di kantor saya.... yang penting bagaimana kader itu bisa menjaga hubungan baik. Kalo aku pengen jadi pengusaha aja, tapi takdir mengatakan berbeda :)
ReplyDeletesama, di sini juga mbak hehehe.. saya juga ingiiin jadi pengusaha, tapi orang tua maunya saya jadi pns u,u
Deletetakdir :) dua-duanya aja :)
Delete