Saya seringkali merasa kurang beruntung di bulan Desember. Kurang beruntung dalam suatu sisi kehidupan, yang sebenernya kalo saya pikir pake akal sehat dan mau sedikit memenangkan logika dari rasa, tidak harus saya bahas di sini. Tapi tetap aja, saya mengalami sebuah fakta bahwa di bulan ini, sejak tahun 2006 lalu, saya seakan berada di posisi kurang enak. Pyuwh. Memang siy, masa lalu itu ga boleh sering diungkit-ungkit. Dijadikan bahan refleksi. Ya, memang iya. Ini juga saya sedang merefleksi 3 kali bulan Desember yang membuat saya merasa sangat menyesal tidak kunjung benar-benar berhasil menekan emosi saya yang meluap-luap.
Saya dan Desember, rasanya tidak seindah saya dan Juli. Juli, sebuah bulan sangad indah, paling indah, malah.
Apakah saya tidak adil sama bulan-bulan itu ya? Ataukah saya yang sudah menghadirkan rasa takut saya terhadap bulan tertentu? Huh, padahal saya sendiri pernah menulis, bahwa ketakutan saya justru akan membawa manusia pada ketakutan tersebut. Trus, ngapain saya takut ya? Pyuwh... khawatir berlebihan nih.
Baiklah. Saya mau menanamkan pikiran yang bagus-bagus aja kalo gitu. Biarin deh, walopun mungkin faktanya nanti mungkin tak seindah yang saya pikirkan, paling tidak saya mulai menaati apa yang saya sendiri ucapkan dan tuliskan. Selama ini, kayaknya saya cuman pinter ngomong, bisa nulis, dan pas lagi sedih, lagi kecewa, lagi ngerasa tak diinginkan dan perasaan-perasaan serupa lain yang muncul membuat saya nangis-nangis mpe kecapean, kemudian saya baca tulisan-tulisan saya sendiri, baru deh saya terpana, bahwa "Oh, Gosh. Itu tulisan saya sendiri yang ketik! Dalam keadaan sadar, dalam keadaan stabil, sepertinya".
Hmmm, Desember semakin menunjukkan, cukup sering juga belakangan ini saya menjadi kekanak-kanakan akibat menyimpan perasaan bodoh yang sebetulnya sudah lama saya sadari kebodohannya. Saya mau bahagia, dengan menciptakan sendiri kebahagiaan itu. Tidak hanya di bulan Juli, lalu kehilangan rasa bahagia itu di bulan Desember. Saya ingin memiliki kebahagiaan itu di semua bulan. Saya pasti bisa menjalankan apa yang sering saya ungkapkan: memilih perasaan bahagia, bersama orang-orang yang saya cintai dan orang-orang yang sangat mencintai saya.
Saya dan Desember, rasanya tidak seindah saya dan Juli. Juli, sebuah bulan sangad indah, paling indah, malah.
Apakah saya tidak adil sama bulan-bulan itu ya? Ataukah saya yang sudah menghadirkan rasa takut saya terhadap bulan tertentu? Huh, padahal saya sendiri pernah menulis, bahwa ketakutan saya justru akan membawa manusia pada ketakutan tersebut. Trus, ngapain saya takut ya? Pyuwh... khawatir berlebihan nih.
Baiklah. Saya mau menanamkan pikiran yang bagus-bagus aja kalo gitu. Biarin deh, walopun mungkin faktanya nanti mungkin tak seindah yang saya pikirkan, paling tidak saya mulai menaati apa yang saya sendiri ucapkan dan tuliskan. Selama ini, kayaknya saya cuman pinter ngomong, bisa nulis, dan pas lagi sedih, lagi kecewa, lagi ngerasa tak diinginkan dan perasaan-perasaan serupa lain yang muncul membuat saya nangis-nangis mpe kecapean, kemudian saya baca tulisan-tulisan saya sendiri, baru deh saya terpana, bahwa "Oh, Gosh. Itu tulisan saya sendiri yang ketik! Dalam keadaan sadar, dalam keadaan stabil, sepertinya".
Hmmm, Desember semakin menunjukkan, cukup sering juga belakangan ini saya menjadi kekanak-kanakan akibat menyimpan perasaan bodoh yang sebetulnya sudah lama saya sadari kebodohannya. Saya mau bahagia, dengan menciptakan sendiri kebahagiaan itu. Tidak hanya di bulan Juli, lalu kehilangan rasa bahagia itu di bulan Desember. Saya ingin memiliki kebahagiaan itu di semua bulan. Saya pasti bisa menjalankan apa yang sering saya ungkapkan: memilih perasaan bahagia, bersama orang-orang yang saya cintai dan orang-orang yang sangat mencintai saya.
No comments:
Post a Comment