dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Tuesday 30 September 2008

Cuti ngeblog, Mudik

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Assalamu'alaykum wr wb

Dengan ini, saya mengucapkan selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1429 H. Semoga amal ibadah selama Ramadhan kali ini dirahmati Allah SWT. Mudah-mudahan diberikan kesempatan untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan agar bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita masing-masing.



Di sini juga izinkan saya mengucapkan mohon maaf lahir bathin untuk semua khilaf kata yang terketik sengaja atau tak sengaja di halaman blog, halaman friendster, halaman multiply, dan semua halaman-halaman lain yang barangkali menyakiti perasaan teman-teman sekalian.

Saya akan cuti dari dunia maya sekitar 4 hari ke depan, dalam rangka mudik lebaran.

Sampai jumpa teman-teman, Insya Allah.

Wassalamu'alaykum wr wb

Sunday 28 September 2008

thekupu and 10 facts bout her

Gara-gara ga sengaja baca blog nih orang, trus ngeliad nama saya sebagai salah satu orang yang dilemparin PR beginian *dih, padahal dah mo lebaran, ngapain lagi dikasi PR, kayak anak sekolahan aja diPRin hikz*. Sebenernya, niy PR agak-agak mirip sama PR saya yang satu ini. Bedanya, yang kemaren itu cuman 8, sedangkan yang sekarang diminta nulisin 10. Hmmm, let me review, apakah yang 8 kemarin itu masih terfaktakan dalam diri saya?

Beberapa iya rupanya. Mari copas beberapa hohoh. Tapi, beberapa itu juga saya tambahin loh. Here they are...



1. Seneng sama kupu-kupu
Yea, walopun blog ini ber-url wedonotgoblog.blogspot.com, dan sepertinya tidak mencerminkan kekupuan, tapi kesukaan saya terhadap kupu-kupu memang tidak ada hubungannya sama url blog saya ini *ehehe, makin ga nyambung deh*. Alasan sukanya saya sama kupu-kupu bisa di baca di sini.

2. Belum bisa -pandai- memasak
Iya, saya belum bisa masak. Paparannya tentang pendapat saya tentang masak memasak, semuanya ada di sini.

3. Sensitif, gampang nangis
Iya, coba aja kasi saya bacaan yang menyentuh kalbu seperti tulisan-tulisan yang ada di dudung.net misalnya, hmmm cepet deh melelehnya *hikz*. Sedikit menambahkan niy. Ga sekedar baca aja. Waktu saya ngetik juga yah, tadi siank, ngetikin khutbah Idul Fitri buat Bapak, weleh... meleleh leleh dah hikz hikz. Ngeliat bapak-bapak yang gerobak baksonya jatoh aja saya bisa nangis. Kasian, cengeng amat nih perempuan T_T

4. Penyiar Radio Volare
Saya siaran sejak kelas 2 SMA, dan bergabung dengan Radio Volare sejak lulus SMP. Seperti janji saya di postingan sebelumnya itu, sekarang saya akan sedikit ulas gimana ceritanya saya bisa jadi penyiar di Radio Volare. Orang-orang pada ngirain, masuknya saya sebagai karyawati di Radio Volare melibatkan 'tangan' Bapak saya. Padahal, sama sekali TIDAK. Kisahnya berawal dari kesenengan saya dengerin Volare dari pagi dini hari sampai tengah malem. Setaon penuh, ga pindah-pindah. Sampai-sampai saya hafal semua program Volare waktu itu, jadwal siaran penyiar-penyiarnya, koleksi lagu-lagu barunya, bahkan sampe detil detil acaranya saya hafal.

Lalu, muncul ide baru pada sebuah program bernama Volare Hotline Service, dimana pendengar bisa telpon ke studio dan pura-pura jadi penyiar. 1 kali ikut, ga menang. 2 kali ikut, menang. 3 kali ikut, menang lagi. 4 kali ikut, menang lagi. Ga boleh ikut lagi. Saya lantas direkrut untuk magang di Radio Volare, sebagai scriptwriter. 2 bulan magang, disuruh ngelamar sama Ibu Program Director. Awalnya, orang tua saya ga bolehin saya kerja, secara waktu itu beneran baru tamat SMP. Masuk SMA aja belon. Jadi, masih dalam rangka liburan jelang masuk SMA, begitu. Tapi, akhirnya saya dibolehin juga, dan melamarlah saya. Namanya juga orang disuruh ngelamar, masa ditolak, kan lucu hehe.

Singkat cerita, bekerjalah saya di sana suka-suka. 1,5 tahun sebagai scriptwriter, dan tepat tanggal 11 Maret 2004, saya on air pertama kali di Volare. Waktu itu saya kelas 2 SMA. Yeah, ngelamarnya pake ijazah SMP, iyes hehe. Alhamdulillah, sampe sekarang masih tercatat sebagai salah satu penyiar Radio Volare, walopun siarannya akhir-akhir ini sering bolong-bolong dan mulai sering telat. *rasabersalahmode: on*

5. Sedang belajar (dan masih ingin) jadi akhwat.
Niat sejak 2 tahun lalu yang seringkali terhalang oleh kilau dunia. Insya Allah, 2008 harus jadi lebih baik. Teman-teman, dan juga pak iman, doakan saya yaa... Saya ingin menjadi wanita baik yang mendapatkan pria baik juga :)

Skarang masih kepengen, walopun cukup sering bolak balik metamorphoself gak karuan. Yeah, seperti di postingan saya yang di bawah ini, saya tetap cinta Tarbiyah.

6. Fluktuatif.
Iya. Saya gampang banged turun naik, di masalah perasaan. Cepet berubah, seperti kupu-kupu aja. Matinya cepet, tapi idupnya lumayan lama. Kurang lebih kayak gitu lah saya. Mencari pengaitnya itu, kadang-kadang agak cukup makan waktu *hmmm, agak sedikit implisit gak ya bagian ini?*

7. Pengen nikah.
Haha. Emangnya siapa coba yang gak kepengen nikah? Cuman, ya itu dia. Ga mungkin sih kayaknya dalam waktu dekat ini. Saya masih merasa belum cukup baik menjadi wanita yang pantas ngedapetin pria baik-baik.

8. Suka warna pink.
Kata sahabat saya, saya mulai suka 'genit' sama warna pink sejak saya SMA. Cuman, masih kata Itsna, waktu SMA itu tidak terlalu terefleksi sama barang-barang atau pakaian. Sekarang ini aja, gara-gara sering dibeliin barang berwarna pink, akhirnya kamar saya, mau ga mau dan saya mau, saya rikwes cat pink hoho. Alasan lain knapa saya suka pink adalah karena kalo ultah, saya ga perlu bikin orang lain pusing cariin kado apa buat saya. Kan ada banyak toh barang warna pink di toko macam stroberi dan naughty gitu nyehehehe.

9. Love traveling, recently.
Sejak pulang jalan-jalan ke Jogja seminggu lalu, saya kayaknya jadi seneng jalan-jalan. Sebenernya, seneng jalan-jalan ini dah tertanam sejak masih dari kandungan *caelah, gimana cerita*. Yeah, saya dah suka jalan-jalan dari kecil. Hingga beranjak dewasa sekarang *masa iya dah dewasa?* sepertinya saya makin suka jalan-jalan. Saya pengen ke Bali, pengen ke Canada, pengen ke Malaysia, pengen ke Surabaya, pengen ke semua kota dan negara yang bisa dijalan-jalanin. Tapiiii, duitnya manaa? Nanti deh, tunggu dapet suami yang punya biro travel hehe ide gila yang ga usah ditanggepin mah ini.

10. Punya friendster 3, MP 1, wordpress 1, blogspot 1, tagged 1, facebook 1.


Yeah, sekian aja kayaknya. Makasih ya Pak Bujangan Janggotan yang dah murah hati ngasi saya PR. Dapet nilai brapa nih pak?

Keluar dari Tarbiyah


Bismillahirrahmanirrahiim.

Semoga pada ga salah paham sama judul postingan kali ini. Artikel ini saya dapetin dari salah satu grup friendster yang saya ikuti, diposting oleh salah seorang anggota di grup itu. Lupa juga friendsternya siapa yak itu. Insya Allah, artikel ini menginspirasi.

"Akh, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da'wah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh."Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada seorang murobbinya di suatu malam. Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad'unya. "lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu ? " sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. " Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan prilaku beberapa ikhwah yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang Ana geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja." Jawab mad'u itu.



Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman di wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal. " Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah sangat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?". Tanya sang murobbi dengan kiasan bermakna dalam. Sang mad'u terdiam dan berfikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. " Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?". Sang murobi mencoba memberi opsi. "Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasa kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba . tapi itu hanya sesaat.

Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan?. Bagaimana bila ikan hiu datang. Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimanan antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad'u. Tak ayal, sang mad'u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormati justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

"Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah? " Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak dijalan, atau mencoba memperbaikinya? . Tanya sang murobbi lagi.

Sang mad'u tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkattangannya:"Cukup akhi, cukup. Ana sadar.. maafkan Ana…. ana akan tetap Istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapatkan medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan… " .

Biarlah yang lain dengan urusan pribadinya masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji- Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan menjadi pelebur dosa-dosa ana". Sang mad'u berazzam dihadapan sang murobbi yang semakin dihormatinya.

Sang murobbi tersenyum "Akhi, jama'ah ini adalah jamaah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki . Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah." "Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta'ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka."

"Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu , maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?" sambungnya panjang lebar. "Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da'i. kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.

"Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil.tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!" "Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada isyu atau gosip tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya. " Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraaan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad'u bergegas mengambil wudhu untuk berqiyamu lail. Malam itu. Sang mad'u sibuk membangunkan mad'u yang lain dari asyik tidurnya. Malam itu sang mad'u menyadari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama'ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian yang kami harapkan dari antum sekalian…

Untuk semua teman yang membaca halaman blog saya, mulai dari postingan pertama saya tahun lalu, sampai dengan postingan hari ini dan mungkin hari berikutnya, yang fluktuasi motif tulisannya sefluktuatif emosi saya, saya hanya ingin bilang bahwa saya akan selalu mencintai Tarbiyah, bagaimanapun kondisi saya, seberubah apapun saya, sehabat apapun metamorphoself saya. Saya sangat mencintai Tarbiyah dan berkeinginan kuat untuk benar-benar bisa aplikasikan rasa cinta saya lewat refleksi sikap yang sedang saya cari penguatan kaitnya dalam diri saya.

Saturday 27 September 2008

Laskar Pelangi, Melayu


Barusan aja saya nonton trailer film Laskar Pelangi di situs resmi filmnya. Trus nyimak betul betul percakapan yang terjadi dalam film itu. Asli, MELAYU banget! Serasa nonton film orang-orang Pontianak aja.

"Kelakuan anak-anak kuli tu, kayak setan semwe"
"Ndak ngerti ko"

Walah, kalimat-kalimat itu, beneran memanjakan telinga orang-orang Melayu di mana saja mereka berada. Sebuah produk dalam negeri yang pastilah sangat dibangga-banggakan masyarakat Melayu, Belitong khususnya.



Waktu film Ipin dan Upin keluar aja, saya seneng banget nontonnya. Melayunya, amat sangat kentara. Saya sebagai native Melayu *caelah* ngerasa sangat dimanjakan dengan adanya film itu. Walopun mungkin menurut beberapa orang kalimat yang diproduksi oleh pemain dalam seri Upin Ipin itu kurang lucu, tapi tetep lucu aja di pendengaran saya secara saya dapet chemistry of language dalam tiap obrolan yang terjadi. Waduh, apa itu chemistry of language? Hehe, ga tau juga. Istilah saya aja siiih.

Trus, pas barusan ini nonton trailer laskar pelangi, dan dengerin bahasa Melayu itu, saya jadi semakin ga sabar untuk nonton filmnya. Di bioskop. Saya pengen nonton film itu di bioskop. Ga mau nungguin DVD. Bukan hanya karena ga sabar aja. Masalah sabar sih saya sebenernya bisa aja nahan-nahan nungguin DVDnya keluar trus baru nonton. Ketidaksabaran saya lebih kepada keinginan untuk melihat reaksi penonton lain yang notabene warga Pontianak dan berbahasa Melayu sehari-hari ketika menonton film Laskar Pelangi. Mau nontoooon..

Tapi, di Pontianak malah belon keluar tuh filmnya. Katanya sih abis lebaran. Kenapa sih, kalo film-film bagus kayak gitu keluarnya lama banget di sini yak? Sama kayak waktu nungguin film Ayat-Ayat Cinta, yang akhirnya sampe sekarang belom saya tonton juga sampe abis hoho. Kasiaaan *ipin mode: on*. Hmmm, ngantri sih dah pasti nih ntar buat nonton Laskar Pelangi. Tapi, percuma aja ada temen. Hehe. That's the time when I can say: that's what friend is for!

Thursday 25 September 2008

Diksi


Terinspirasi dari halaman ini, dan barusan saja saya nonton Ungu nyanyi lagu Para Pencari-Mu di TPI sambil nyeruput Milo panas. Ungu pun bernyayi, "Akulah para pencariMu ya Allah, akulah yang merindukanmu ya Rabbi", dst...

Setuju deh sama Mbak Dewi Kartika Teguh yang memang sangat berkompetensi membahas tentang lirik-lirik lagu Indonesia yang sepertinya mulai diperkosa. Kasian, masa Aku digandengin sama kata para! Dari jaman saya teka sampe dah kuliah sekarang, perasaan kalo kata AKU itu berarti orang pertama tunggal. Skali lagi, TUNGGAL loh, sendiri. Sedangkan para, berbentuk plural, alias jamak. Knapa gitu yak? Gimana sih sebenernya perasaan personil Ungu, especially yang ciptain tu lagu, waktu lagunya dah selese, trus direkam? Masa ga ngeh ada kesalahan fatal pada diksi yang mereka pake sih?



Diksi, oh diksi... Gara-gara diksi orang bisa jadi berantem. Gara-gara diksi saya suka kritik orang. Gara-gara diksi juga saya dikritik orang. Apaan sih diksi itu?

Well, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan definisi bahwa diksi adalah pemakaian kata yang terdapat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan agar diperoleh efek tertentu.

Pernah ya, waktu ikutan Musyawarah Tahunan atau disebut juga Mubes alias Musyawarah Bersama or Musyawarah Besar yang diadakan tiap tahun oleh organisasi himpunan jurusan di kampus tempat saya kuliah, yaitu English Student Association, ngebahas kata-kata aja perlu waktu yang panjaaaang banget. Cuman gara-gara kata 'dan' sama kata 'atau' serta kata 'dan/atau', ngabisin waktu 1 hari! Betapa sebuah diksi ngefek sebegitunya ya.

Sebagai anak bahasa *nah, ini diksinya aja salah, din!* hehe maksutnya sebagai mahasiswa dari jurusan Bahasa dan Seni, saya agak sedikit care juga kadang-kadang sama yang beginian. Ditambah lagi dengan hobi saya siaran, yeah sedikit banyak harus peduli juga ya sama pilihan kata yang akan saya keluarin. Salah keluar kata, ya salah arti. Salah satu dari duasahabatkurangwarastapibaikhati lumayan sering nyalah-nyalahin diksi saya. Padahal, secara syntax, walopun susunan kalimatnya agak-agak aneh, tapi semantically kan dia paham maksut saya tuh apa. Jadi, kalo oral speaking buat ngobrol biasa gitu sih, menurut saya ga usah dikritik juga gpp. *Hehe, ini ngeles karena keseringan salah pilih kata tiap kali ngomong dalam suasana santai*

Tadinya, dini hari ini saya mau mengulas beberapa lirik lagu seperti yang dilakukan Mbak Dewi Kartika yang dari Tempo itu. Tapi, kayaknya lehernya dah pegel nih. Nanti aja deh. Tunggu ada yang mau biayain saya penelitian untuk itu nyehehe...

Pesen trakhir sebelon saya tidur:
Hati-hati sama diksi! Jangan sampe gara-gara diksi, trus kita jadi kehilangan orang yang disayang!


Pelangi, Laskar

Lagunya Nidji, yang Laskar Pelangi, beneran bagus ya. Enak aja gitu dengerinnya. Pas banget dengan novelnya. Waktu saya nonton trailer Laskar Pelangi, jadi ga sabar banget buat nonton filmnya. Katanya sih keluarnya hari ini. Tapi ga tau juga, hari ini, sampai dengan jam segini *sekarang jam 3.15 sore* saya belum ada keluar rumah, belum lewat bioskop jadi ga tau apa tu film udah keluar ato belom. Baca koran juga belom ada. Males keluar kamar dah ni hari hehe.

Btw, ini saya ketik lirik lagunya Nidji yang Laskar Pelangi. Beneran ngetik sendiri loh. Ga copas dari situs manapun. Serieus... Skalian juga dah sama lagunya yah. Nah, kalo lagunya iya, saya ambil dari youtube.com. Monggo...






NIDJI – LASKAR PELANGI

Mimpi… adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya

Laskar pelangi… takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa…

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah syurga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia… selamanya…

Cinta… kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita

Laskar pelangi takkan terikat waktu
Jangan berhenti mewarnai
Jutaan mimpi di bumi

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah syurga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia… selamanya…

Wednesday 24 September 2008

Buat yang bingung

Duh, kayaknya pada bingung ya sama blogger award itu? Jujur, saya juga ga begitu paham sebenernya. Dapetnya dari temen saya, yah lanjutin aja.

Jadi begini loh *untuk yang masih bingung dan terheran-heran kenapa saya bisa pilih blognya temen-temen sebagai nominasi*, itu award diperuntukkan bagi blogger, sebagai sebuah penghargaan bahwa teman-teman sudah menjadi seorang blogger dari saya yang juga blogger, walo kata page rank blog kita sebenernya ga seberapa hebatnya seperti blog-blog laen yang sebenernya lebih pantes dikasi award semacam ini, begitu...

Intinya, ini sekedar motivasi aja kali ya, supaya kita-kita yang blognya masih berada di page rank tak begitu tinggi ini, untuk terus rajin ngeblog dan nulis serta menghidupkan suasana di blog kita masing-masing.



Saya sih, seneng-seneng aja dapet award itu, walopun sekedar nominasi. Saya aja sebenernya masih bingung, kenapa kok saya dan kalo dah selesai jadi nominasi, trus mo ngapain lagi? Hehe. Kemaren-kemaren sempet ikutan blog competition yang diadain sama speedy itu. Ga tau deh kabar beritanya kayak gimana. Suka-suka aja ikut-ikutan. Masih belum seserius Raditya Dika nih ngeblognya. Pernah terlintas keinginan, dan berkali-kali, untuk ngeblog sambil menghasilkan uang seperti yang dilakukan beberapa blogger. Keliatannya sih gampang. Tapi, kok di saya kayaknya rumit ya? Ada yang mau dengan ikhlas ngebantuin biar blog saya bisa menghasilkan duit? Lumayan, buat nambah-nambah gengsi ngeblog gitu, hehe

Jadi, untuk yang masih bingung, baik bingung dengan maksud dari blogger award, maupun bingung kenapa temen-temen yang saya pilih sebagai nominasi, sekarang jangan bingung lagi ya... Kalo masih bingung juga, telepon saya aja, okeh. Dah tau toh nomor hengpong saya?

Sunday 21 September 2008

Award buat blogger

The rules of accepting are as follows:

1) Put the logo on your blog.
2) Add a link to the person who awarded you.
3) Nominate at least 7 other blogs.
4) Add links to those blogs on yours.
5) Leave a message for your nominees on their blogs

Aturan itu saya copas gitu aja dari blog orang pertama yang ngejadiin saya sebagai salah satu dari 7 nominasi buat dapetin blogger award. Ga ngerti juga ini apa. Yang pasti, thanks a lot dah, makasih buanyak dah naruh saya di posisi nominasi.

Berikutnya, award ini saya nominasikan ke nama-nama di bawah ini:



1. Cyntia Ranjani
2. Risan Syakirin
3. Mimi Mujahidin FM
4. Mas Jarum
5. Dwija Mujahidin FM
6. Supriadi a.k.a Bang Ucup
7. Diar Adhihafsari a.k.a Kak Diar

Yeah, selamat ya dah jadi nominasi. Berikutnya, akan saya pilih deh siapa yang akan jadi pemenangnya.

*duh, esensi dari award kayak gini apa yak sebenernya? Biar semangat ngeblog kali ya?*

Sudah pulang

Alhamdulillah, akhirnya pulang juga...

Saya barusan nyampe kamar. Kamar saya masih pink. Masih sejuk. Masih menyenangkan dan semakin rapi saja. Ada barang baru di kamar, yaitu gitar. Ngapain tuh gitar nangkring di sini? Minta dimainin ya? Mana saya bisa maen gitar.

Senengnya nyampe rumah. Sedih juga, karena harus berpisah dengan kebersamaan. Tapi, kebersamaan itu, meskipun ia tak kan sama, saya yakini akan bisa saya dapatkan dengan usaha serius dan maksimal, tapi ga ngotot.

Dimanapun, entah itu di Jogja, di lokasi KKN, di kamar saya, di ruang kapal, di basement mall, nun jauh dari atas gunung, dari tepi pantai, atau bahkan dari tempat wudhu masjid sekalipun, kebersamaan tetap bisa saya dapatkan dengan sebuah syarat:



INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJI'UN

Just one key to be together, to feel the beauty of togetherness, no excuse for not being ikhlas.

Liburan yang saya ciptakan sendiri memang sepertinya sudah usai. Kebersamaan selama 24 jam itu tak lagi bisa saya dapatkan dalam waktu dekat ini. Tapi, again and again, who knows what could happen, huh? Dan tulisan kali ini ga ada hubungannya sama liburan yang sudah usai. Saya belum akan membahas kronologis keberangkatan saya dari pontianak-semarang-jogja sampai dengan jogja-semarang-pontianak. Belum sempat.

Saya sudah ga sabar untuk bernostalgila mengingat cerita-cerita cantik yang berbingkai dinamika unik luar biasa di sini. Saya bermetamorfosa, sekejap saja.

Sekarang mau istirahat dulu. Ga terlalu cape sih. Tapi kayaknya enak deh kalo istirahat. So, see ya.

Monday 15 September 2008

Creamy Yummy Love Laugh



So much so called creamy yummy so many love and laugh here :)

Jogjaaaa, jogjaaa... Bikin pusing aja. Maap nih temen-temen, saya masih belom bisa nyeritain gimana cantiknya dinamika yang saya alami dan rasakan langsung ke ubun-ubun kepala sampe ujung kaki tentang luar biasanya liburan *hah, liburan gitu ini? nyehehe* saya kali ini. Don't worry, saya menyimpan dengan baik segala macem dokumentasi selama perjalanan saya, mulai dari Pontianak sampe balik nanti, Insya Allah.

For a while, pasirnya parangtritis dah sempet saya injek lagi. Trus, uap air panas di goa cerme juga dah bilang 'hai' sama saya. Batu-batu borobudur, hmmmm dengan orang prancis yang ngirain saya sama temen saya penganten baru, wohoho dah gila tuw bule, ya batu bersejarah yang dulu saya naikin waktu masih teka enol besar juga sempet saya ajakin ngobrol *hoho, beneran gila dah ngobrol ma batu*.



Yang pasti, sementara ini saya bisa menyimpulkan bahwa Jogja punya banyak banget hotel, banyak banget warnet *dan warnet yang lagi saya tempati sekarang cenderung lebih mirip hotel karena terutuuuuup banget dah ruangannya*, trus banyak kos-kosan, banyak banget sekolah tinggi, universitas dan sejenisnya juga. Tempat makan, apalagi itu. Uncountable dah pokoknya. Untung aja siang puasa. Kalo ngga, mabok saya mah. Kebingungan. Bukan bingung mau makan dimana, tapi lebih pada bingung mau bayarnya gimana nyehehe *secara ke Jogja kan cuman modal nekat sama tiket doank, begitu. Nginepnya numpang hoho*

Anyway, sempat mengalami beberapa kegondokan juga pas di sini. Bukan karena kota Jogja. Ngga, sama sekali ngga. Jogja belum *dan semoga ngga* pernah mengecewakan saya. Gondoknya saya lebih karena saya kayaknya cukup banyak ngabisin waktu di pagi hari, jelang siang begitu. Kenapa? Yaiyalah. Soalnya, guide saya yang gelap *tapi saya sayang* itu, BELUM PERNAH BISA bangun pukul 7 atau 8 pagi. Hal yang menurut saya harus dilakukan kalo pengen beneran puas muterin Jogja. SEBEL!

Yeah yeah. Mau diapain lagi. Kasian juga ngeliat orang kurang tidur begitu. Untungnya aja, saya sempet minjem Harry Potter episode 7 punyanya icha. Jadi, setelah ngerendam ma nyuci *yang terpaksa harus saya lakukan sendiri secara Sundari ga saya ajak ke Jogja, begitu :p* maka saya pun merenteti kalimat-kalimat cantik yang dirangkai sama J.K Rowling. WAH, senengnya baca Harry Potter dan tenggelam dalam ceritanya *Diniii, harusnya kan bukan baca buku itu! merasabersalah mode: on*

Okeh. Sampe dengan malem hari ini, kalo bapak saya (lagilagi) nanyain kepastian saya balik ke Pontianak kapan, paling tidak saya dah punya jawaban. Tiketnya dah dapet horeee... So, see you in Pontianak ya. Soalnya, sepertinya setelah ini saya ga mampir lagi ke warnet buat posting. Postingnya di kamar aja ntar okeh. Luv u all *caelah, dah kayak artis ngeblog nyehehehe*

Monday 8 September 2008

Jogja, I'm in Love (again)


April 2007, saya ke Jogja, sekedar belanja. Agustus 2007, saya ke Jogja, jalan-jalan amat sangat sebentar, dan belanja. September 2008, saya tak tahan untuk menahan keinginan buat ke Jogja lagi, dan jatuh cinta lagi sama kota ini walopun sebelum-sebelumnya dah pernah mampir, menjejakkan kaki, mencetak kenangan, dan meninggalkan sedikit senyuman ke beberapa orang di kota cantik ini.

Sebuah keinginan waktu itu, ingin yang tak bisa saya dapatkan, karena barangkali saya memang belum memerlukannya. Saya teringat diary saya di rumah, yang di dalamnya saya tulis: Allah SWT tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi memberikan apa yang kita butuhkan. Dan waktu itu, saya memang tidak mendapatkannya karena saya rupanya tidak sebegitunya membutuhkannya. Sekarang, saya menyimpan amat banyak keinginan, dan saya sedang membiarkannya untuk menjadi sekedar keinginan saja, tanpa perlu memaksakan diri untuk mendapatkan, apalagi memiliki keinginan itu.



Saya yakin Allah Maha Adil. Dan bahkan, ketika saya baca lagi:

Then, when finally I stepped my foot step by step into the plane, I was gonna leave on the Jet Plane, without knowing when I’ll be back again, and although without those who accompanied me with so full cream nice memories, I cried on the window and swapped it out when my mother asked me something. I remembered all, all the things inside, things that I myself didn’t know how to tell.

Saya tersenyum penuh bahagia, menyadari bahwa saya sekarang sedang ada di kota yang selalu ingin saya kunjungi. Kota yang orang-orangnya tak mengenal saya, tapi kota yang beneran penuh cinta. Entah mengapa, tiap jejak yang saya langkahkan di sini, seakan tidak pernah bisa saya sesali. Dia mungkin memang tak nyata selamanya. Tapi imaji ini bukanlah kebahagiaan maya, melainkan rasa bahagia yang jika tiap waktu saya kenang, akan selalu menyentuh urat geli saya untuk kembali ke jogja lagi dan lagi *halah, emang dasar pengen lama-lama di sini haha*

Well yea, frankly aja nih temen-temen, betahnya saya di Jogja juga karena pelayanan yang disajikan ke saya betul-betul membuat saya seneng. Mabok laut dan darat terbayarkan dah. Mama sama kakaknya salah satu dari duasahabatkurangwarastapibaikhati betul-betul menjunjung tinggi sunnah Rasul SAW ketika menjamu tamu. Meskipun saya sebenernya ga terlalu ngarep sedemikian rupa sehingga buat dikasi pelayanan cantik macam begitu, tapi pelayanan itu malah buat saya tersanjung dan makin sayang sama.... mama dan kakak hoho.

Nah, belon tau deh kapan saya akan pulang ke Pontianak. Hari pertama, langsung bikin saya pengen lama-lama di sini hoho. So, see you next ya.

Friday 5 September 2008

Leave for Pontianak


Beberapa jam lagi, saya akan segera tinggalkan kota Pontianak tercinta. Masih belum tau akan berapa lama di Jogja. Perkiraan saya sih, saya akan betah di sana selama 2 minggu. Tergantung pelayanan juga toh ujung-ujungnya. Kalo ada yang ngelayanin, ya jelas aja saya betah. Secara dah bakalan ada 3 guide berbeda dan saya yakin para guide saya ini akan melayani saya secara maksimal, maka barangkali bisa jadi 2 minggu itu bukan sebuah wacana saja, tapi jadi suatu fakta dan realita nyata. Caelaaa...

Seperti yang sudah saya paparkan sebelumnya, bahwa keberangkatan saya menuju Jogja cukup meninggalkan banyak rejeki, meninggalkan banyak orang-orang yang saya sayangi, meninggalkan sebuah mata kuliah sebanyak 4 SKS, meninggalkan banyak jadwal siaran dan reportase, meninggalkan jadwal mengajar, meninggalkan kesempatan ifthar bareng si ini, itu, dan ini itu, dan yang pasti, meninggalkan kamar saya yang begitu nyaman dan menenangkan.

So, will those become my problem?



Frankly, those are, actually. Bayangin aja, sekitar jutaan rupiah saya tinggalkan. Kesempatan untuk goreskan kenangan indah di kota Pontianak juga saya lepaskan. THR, belon tentu dapet kalo sebulan trakhir saya ga nyangkutin diri di tempat kerja. Kuliah mah, hehe dah saya siasati. Ga begitu sayang ninggalinnya, secara ke Jogja juga ada keperluan buat melancarkan kuliahnya saya. Ifthar bareng ini itu dan itu ini, hikz hikz sedih sih sebenernya. Trus, kamar saya yang pink benderang, lappytawati digitalansari, hmmm, I will miz you *kok kedengerannya saya bakalan pergi ga balik-balik lagi ya ke Pontianak? Duwh, na'udzubillah min dzalik. Balik donk, Insya Allah*

Anyway, memang butuh pengorbanan untuk mencapai sebuah kebahagiaan. Semoga saja nanti di sana, akan ada berita gembira yang saya bawa. Semoga, tak sekedar sebuah liburan atau jalan-jalan kosong yang saya sesali. Saya yakin, ga bakalan kosong siy. Secara Icha, Raka, ato salah satu dari duasahabatkurangwarastapibaikhati akan setia nemenin saya selama di sana. Mau jadi apa kalo di sana sendirian? Kasiaaaaaan... *ipin mode: on*

Well, beberapa jam lagi saya akan beranjak tinggalkan Pontianak. Menuju sebuah keramaian dengan persiapan matang. Bersama sahabat yang saya sayangi, sahabat yang menyayangi saya, sahabat yang dipercayai orang tua saya untuk menjaga saya, sahabat yang saya sayangi keluarganya, sahabat yang menyayangi keluarga saya. Bersama sahabat, yang tak ingin saya akhiri sampai kapanpun kemesraan kami.

Thursday 4 September 2008

Mengenai sahabat


Saya pernah meluncurkan sebuah tulisan, yang di bagian terakhir tulisan itu, saya beritahukan juga bahwa sahabat terpaling sahabat yang banget-bangetan memahami saya apa adanya adalah Itsna Isyri Ramadhani. Lalu, siapa sih Itsna ini? Gimana juga hubungan saya sama dia? Apakah seheboh persahabatan antara saya dengan duasahabatkurangwarastapibaikhati?

Well, saya ceritain juga, sambil ungkapkan rasa kesal saya hari ini. Boleh ya? *ya silahkan toh din. Blognya juga punya siapa, gitu*



Itsna Isyri Ramadhani, berjenis kelamin perempuan. Sahabat yang paling mengerti betapa fluktuatifnya saya. Sahabat yang menerima saya dalam kondisi apapun. Sahabat yang sangat paham betapa ramenya saya. Dia tak pernah 'terpaksa' mengimbangi kehebohan saya dengan ikut-ikutan rame, secara dia orangnya memang terkesan pendiam. Semua temen saya yang tidak kenal betul dengan Itsna, pasti menganggap Itsna adalah wanita anggun kalem luar biasa dengan segala kelembutan yang dimiliki oleh semua wanita *caelaaah, kesannya ngga, gitu ya haha*.

Itsna, sahabat yang paling saya sayangi. Dia memang pendiam, tapi pasti rame kalo dah berdua aja sama saya. Itsna sahabat saya sejak duduk di bangku kelas 3 SMU, sampe dengan sekarang. Persahabatan saya dan Itsna dibatasi jarak. Saya di Pontianak, dia kuliah di ATKP (Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan) Surabaya. Sekarang, saat saya baru mau mulai pusing dan sedikit sibuk nyari-nyari buku buat persiapan skripsi, dia dah selese kuliah, malah udah diwisuda, bahkan dah siap-siapin berkas buat ngelamar jadi PNS. How about me? Do I intend to be civil servant? Kita bahas tentang itu di lain edisi aja ya. Lagi mau fokus marah sama Itsna *hehe, gurau be na. Saye sayang same situ, Na. Mane saye bise marah same situ*

Itsna beneran satu-satunya sahabat yang sangat bisa memahami saya. Mungkin, sebenernya Itsna juga ga paham saya ini kayak gimana. Secara, saya sendiri kadang bingung, saya ini gimana sih? Hehe. Ya itulah saya. Fluktuatif, sugestif, eksplosif. Masih suka bingung sama diri sendiri. Dan sebegitulah pemahaman Itsna mengenai saya. Dia siap terima saya, seberapa apanya saya. Insya Allah, Itsna tipikal sahabat yang menerima saya apa adanya, bukan bertanya-tanya saya ada apanya. As well me. Bersahabat dengan Itsna, rasanya saya terima dia seada-adanya dia. Ya kan, Na?

Nah, hari ini saya sebeeeeeeel banget sama Itsna. Sedihnyaaaa. Yeah, sebel sayang sih sebenernya. Sore-sore dia nelpon dari rumah, yang menandakan bahwa dia dah balik dari Surabaya. Sayangnya, pas dia nelpon saya lagi siaran, jadinya ga diangkat. Yang bikin sebel adalah, kalo Itsna di rumah artinya Itsna ada di Rasau, dan TADI PAGI SAYA KAN KE RASAU! Kesal setengah wafat dah. Kalo tau Itsna dah di Rasau sejak hari senen kemaren, saya tadi ga leyeh-leyeh ga jelas di tempat pakde. Saya pasti disusul sama temen-temen supaya balik ke Pontianak karena keasikan di rumah Itsna.

Ya ampuuuun. Memang belon jodoh hari ini dah buat ketemu dan melepas kangen sama Itsna. Sedangkan besok siang, saya dah berangkat ke Jogja. Untungnya, besok pagi Itsna langsung mau ke Pontianak, mampir ke rumah saya, trus ke sekolah buat legalisir surat menyurat, dan nemenin saya belanja buat bekal selama di perjalanan.

Bismillah. Mudah-mudahan besok pagi segalanya lancar supaya saya bisa ketemu Itsna, trus ngenalin Itsna ke duasahabatkurangwarastapibaikhati *paling tidak, salah satu dari mereka deh, pengen banget saya ngenalin sahabat pada sahabat*.

Jadi, begitulah sahabat saya. Saya sangat sayang sama Itsna, yang benar-benar sahabat saya. So far, persahabatan saya dan Itsna yang paling lama bertahan, tanpa rasa iri satu sama lain, tanpa ada dengki untuk menjatuhkan, tanpa ada cemburu untuk hal-hal tak penting, namun dengan rasa penuh motivasi untuk bersaing ngalahin nilai kita waktu SMA dulu, bersaing siapa yang paling bisa dapet nilai tinggi tanpa belajar, dan bersaing siapa yang bakalan nikah duluan *nyehehe, yang terakhir saya ngalah dah Na, silahkan duluan aja*.

Ya Allah, semoga persahabatan ini terjaga hingga lama, untuk kebaikan dunia akhirat, demi kebaikan agama, keluarga, dan semuanya.

Tuesday 2 September 2008

Jogjaaaaaa....


Tau kan iklan Wismilak yang 3 orang sahabat pergi liburan itu? Nah, coba deh teman-teman praktekkan gaya mereka sebut jogja. JOGJAAAAA... nyehehe seneng banged deh dengerinnya. Walopun akhirnya, pas nyampe ke bandara, malah bukan jogja tapi bali.

Hmm, what a wonderful city. Ada banyak alasan yang akan saya ajukan ketika orang-orang bertanya kenapa harus ke Jogja. Kalo Allah SWT lancarkan rencana saya, Insya Allah saya akan segera pijak lagi kota cantik itu. Ada cukup banyak alasan yang membuat saya ingin lagi dan lagi berkunjung ke Jogja. One of the reason is: I've found some very friendly people to serve me and guide me along the way I put myself there!



Jogjakarta itu cantik. Indah. Jauh lebih indah daripada Singkawang *hehe curang, ga berani bandingin kota sendiri sama kota orang*. Jogja itu menyenangkan. Bahkan, ketika pertama kalinya saya jejakkan kaki ke Jogja, waktu itu masih TK nol kecil banget, pas ikut nganterin tante saya mondok, trus maen-maen ke Prambanan, ke keraton, ke Borobudur, ke Prangtritis, ke Gembiraloka, dan entah ke mana lagi saya dah ga inged. Saya hanya ingat, sejak kaki saya berpijak di tanah Jogja, saya menaruh keinginan besar untuk ke sana lagi.

Lalu, waktu saya ikutan lomba debat di Semarang yang penuh cerita, saya beserta Kak Lisa dan Ibu Dewi dosen tercinta bukannya jalan-jalan ke Semarang, tapi memilih untuk jalan ke Jogja, belanja di Beringharjo hohoho betapa bahagianya waktu itu. Ketemu sama temen lama pula, Icha yang kusayangi. Trus, waktu Ibu saya ikut pelatihan entah apa itu namanya, di Jogja, beliau ngajakin saya. Tabungan saya yang dengan keringat berdarah-darah saya kumpulin, entah kenapa saya relakan begitu saja untuk bisa ikutan ke Jogja (lagi). Dan Jogja pun tersenyum pada saya *tzing; suara senyum*

Nah, sekarang, saat salah satu dari duasahabatkurangwarastapibaikhati berwacana untuk ke Jogja mengunjungi ibu sama kakaknya, saya malah iseng bilang pengen ikut. Eeeeh, dia ngeladenin. Ditambah lagi temen saya yang dah jadi Asdos di UGM nantangin saya buat 'menjawab rasa penasaran' dengan cara dateng ke Jogja. Hwaaaah, apa kata dunia kalo saya kalah telak untuk yang satu ini? RUGI!

Dan, otak saya pun berputar pada porosnya. Gimanaaaa yak caranya biar dibolehin ke Jogja. EUREKA! Saya inget saya pernah kepengeeeeen banget ngulik-ngulik buku-buku bekas tapi berkualitas, dan itu bisa saya dapetin di Jogja. Maka, berbekal alasan tersebut *dan seharusnya memang itulah alasan saya pergi ke sana, dan memang itu alasan sebenernya, serius!* saya pun coba beranikan diri untuk minta izin ke Ibu saya. Amazing! Orang tua saya, dua-duanya, sekali lagi nih, DUA-DUANYA, ngasi izin. The most happiness day for me!

Well, mari lihat, akankah saya beneran ke Jogja *attention, tiket dah dapet. Jadi kalo sampe ga jadi, saya bisa mabok laut di daratan, beneran*? Seperti apa nanti petualangan saya di sana? Akankah saya diajak berkunjung ke kota lain juga? Woaaah, pengen banged dah.

Anyway, as the consequence, kepergian saya ke Jogja membuat saya harus rela ga gajian lagi dah nanti. THR juga mungkin ga dapet. Banyak calon rejeki yang harusnya saya datangi, tapi ga bisa saya dapet. Secara rejekinya numpuk di bulan Ramadhan, begitu. I take the risk. Saya ga tau, kapan lagi saya bisa ke Jogja. Saya ga tau apakah nanti, ketika saya dikasi kesempatan untuk ke Jogja lagi, saya masih punya perasaan senang seperti ini. Maka, tak akan saya lewatkan momen ini.

Jadi, doakan segala sesuatunya lancar ya teman-teman. Insya Allah, sebelum lebaran dah bakalan balik lagi. Kalo ga balik, ntar ga bisa lebaran sama orangtua saya yang sangat baik hati dan sayang sama saya. Weleh, kalo lebaran ga balik artinya saya lebaran sendirian nanti. Ga mauuu...

Don't Give Up


Don't give up
It's just the weight of the world
When your heart's heavy
I will lift it for you

Come on, lift it for me. I can't stand on possessing this kind of feeling.

Don't give up
Because you want to be heard
If silence keeps you
I will break it for you


No need to wait any longer, just break it up! I am never able to keep on my silence.



Everybody wants to be understood
Well I can hear you
Everybody wants to be loved
Don't give up
Because you are loved

Please, I need you to listen to me, not merely hear me.

Don't give up
It's just the hurt that you hide

When you're lost inside
I will be there to find you

I am empty inside, not lost. Find me one, soon.

Don't give up
Because you want to burn bright

If darkness blinds you

I will shine to guide you


Really, I can't wait for the fluorescent, your so much nice fluorescnt.

Everybody wants to be understood
Well I can hear you
Everybody wants to be loved

Don't give up

Because you are loved

You are loved


Don't give up

It's just the weight of the world
Don't give up

Every one needs to be heard
You are loved


Am I loved?

Let me tell you one thing: I've lost people whom I loved JUST BECAUSE my possessiveness. I do really not wanna lose one more for my unstable emotion, for my fluctuation mixed with my possessiveness. I can not wonder any longer why I am not gifted (yet) to love ONE VERY SPECIAL person who considers me to be the only woman to be loved. What more reason but my POSSESSIVENESS? Let me say I am trained to be this way, to have those kind of mixed fuckin' feeling. But in the name of Allah, I also wanna be normal, to love and be loved sincerely, with no more possessiveness of mine.