dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Monday, 28 April 2008

Dongeng Shalat

Semoga kisah ini membangkitkan semangat kita, terutama yang masih suka melalaikan shalat, untuk meningkatkan kualitas shalatnya...

Ada seorang manusia yang bertemu dengan setan di waktu subuh. Entah bagaimana awalnya, akhirnya mereka berdua sepakat mengikat tali persahabatan. Ketika waktu subuh berakhir dan orang itu tidak mengerjakan shalat, maka setan pun sambil tersenyum bergumam, "Orang ini memang boleh menjadi sahabatku..!"

Begitu juga ketika waktu Zuhur orang ini tidak mengerjakan shalat, setan tersenyum lebar sambil membatin, "Rupanya inilah bakal teman sejatiku di akhirat nanti..!"

Ketika waktu ashar hampir habis tetapi temannya itu dilihatnya masih juga asik dengan kegiatannya, setan mulai terdiam......

Kemudian ketika datang waktunya magrib,temannya itu ternyata tidak shalat juga, maka setan nampak mulai gelisah, senyumnya sudah berubah menjadi kecut. Dari wajahnya nampak bahwa ia seolah-olah sedang mengingat-ngingat sesuatu.

Dan akhirnya ketika dilihatnya sahabatnya itu tidak juga mengerjakan shalat Isya, maka setan itu sangat panik. Ia rupanya tidak bisa menahan diri lagi,dihampirinya sahabatnya yang manusia itu sambil berkata dengan penuh ketakutan, "Wahai sobat, aku terpaksa memutuskan persahabatan kita!"

Dengan keheranan manusia ini bertanya, "Kenapa engkau ingkar janji bukankah baru tadi pagi kita berjanji akan menjadi sahabat?".

"Aku takut!",jawab setan dengan suara gemetar.

"Nenek moyangku saja yang dulu hanya sekali membangkang pada perintah-Nya, yaitu ketika menolak disuruh "sujud" pada Adam, telah dilaknat-Nya; apalagi engkau yang hari ini saja kusaksikan telah lima kali membangkang untuk bersujud pada-Nya (Sujud pada Allah). Tidak terbayangkan olehku bagaimana besarnya murka Allah kepadamu !", kata setan sambil beredar pergi.

Monday, 7 April 2008

Think about me, please...

Adalah sebuah keindahan saat memikirkan bahwa ternyata ada seseorang yang memikirkan kita. (Fat Albert – Global TV)

Barangkali inilah salah satu pengaruh menonton TV. Saya begitu cepat tersugesti. Kalimat singkat dalam hitungan detik itu membuat saya hampir meneteskan air mata. Dasar wanita, ya! Cengeng!

Namun, kalimat itu sungguh benar adanya. Betapa bahagianya saat sedang memikirkan seseorang yang kita yakini juga sedang memikirkan kita. Betapa bahagia ketika merindukan kehadiran seseorang, kemudian orang tersebut hadir. Sungguh indah saat menginginkan seseorang yang sangat menginginkan kehadiran kita di sisinya.

Perasaan bahagia ini sudah saya miliki. Sungguh luar biasa menjadi orang yang diinginkan. Tepatnya, betapa saya sedang membahagiakan diri saya sendiri dengan cara MEMILIH untuk MENJADI SEORANG YANG DIINGINKAN.

Benar, itu adalah sebuah pilihan. Saat dulu saya merasa saya sedang tidak diinginkan, itu adalah pilihan bodoh saya. Siapa suruh saya mikirin orang yang saya tau pasti sedang tidak mikirin saya? Memang tidak ada. Tak ada seorang pun yang menyuruh. Hanya setan yang membisiki, membujuk saya untuk memilih menjadi orang bodoh yang lalai dengan mengabaikan hamba-hamba Allah yang taat, yang pada saat itu sedang memikirkan saya, berusaha ’menangkap’ saya untuk berbaris dalam koridor pembangkit agama Allah!

Khasiat doa rabithah benar-benar luar biasa, lho. Wajarlah jika Rasulullah SAW mengamalkan doa ini setiap hari.

”Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha mengetahui bahwa hati-hati ini berkumpul untuk mencurahkan kecintaan kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam dakwah-Mu, dan berjanji setia untuk membela syari’at-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amin. Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Muhammad, keluarganya dan semua sahabatnya.”

Doa yang membuat umat manusia bisa merasakan adanya hubungan batin, walaupun tidak dikenalnya. Entah apakah doa ini pula yang membuat saya dan beberapa sahabat saya seringkali memakai baju berwarna senada dalam waktu sama, bertemu tanpa janjian di sebuah tempat yang sama, dan berkomentar sama untuk sudut pandang yang sebenarnya berbeda. Subhanallah... Betapa banyak yang hari ini memikirkan saya. Pun saya memikirkan mereka pula. Ana uhibbukum fillah, ukhti...

Lagi-lagi, hari ini saya tekadkan dalam hati untuk memilih perasaan BAHAGIA. Mengutip application di friendster: I EMOTE AGAIN: Happy!

Sunday, 6 April 2008

Semangatku

Berbarislah bersama ribuan orang yang berdakwah, agar kita menjadi salah satunya.

Berbarislah bersama ratusan orang yang berdakwah, agar kita menjadi satu di antaranya.

Berbarislah bersama sepuluh orang yang berdakwah, agar kita termasuk di dalamnya.

Dan saat tak ada lagi barisan orang-orang berdakwah, maka yang satu itulah kita.

Jika tiada seorang pun yang berdakwah, mari sama-sama berharap kita tergolong yang syahid saat itu.

(Hasan Al Banna)

Wednesday, 2 April 2008

Setelah sekian lama

See, it’s really been a long time I didn’t drop my written by here, in this daily typing gadget that helps me much in finishing all administrative stuffs.

So many times to do it, actually. But unfortunately my time *not truly mine, frankly speaking ;)* has faded away for other useless thing rather than dropping by here. Sure, they are much more important just dancing my hand on this keyboard!

Then, what has happened? Sangat banyak. Terlalu banyak, bahkan. Anyway, izinkan saya catat apa yang telah terjadi setelah tanggal terakhir saya mampir di laptop ini, setelah 22 Januari 2008.

Mari mulai dari akhir januari, bulan yang penuh dengan beban dan tekanan mental luar biasa. Kesabaran saya diuji pada puncaknya. Hanya tangisan saja, sama seperti januari tahun lalu. Apakah januari adalah bulannya menangis? Entahlah, saya bingung juga. Bedanya, tahun lalu adalah tangisan bodoh yang sekarang malah bisa membuat saya tertawa. Januari tahun ini, tangisan yang keluar adalah tangis antara bodoh dan beban menjadi bodoh. Haha, sama saja ya? Well, not really, actually.

Tangisan saya akhir januari lalu bersifat lebih kepada kepentingan rakyat. Iya, rakyat yang kecil, tentunya. Saya belum cukup capable untuk memimpin sebuah komunitas besar. Tapi saya peduli pada komunitas kecil ini karena komunitas inilah yang bisa menjadi sumber peruntuh bagian atas. Layaknya sebuah bangunan, ketika sebuah bata goyah dari tempatnya, maka tinggal menunggu bata lainnya berhamburan.

Saya menangis, mencampuradukkan emosional sisa-sisa jahil mengenai rasa ingin memiliki manusia dengan kesedihan mendalam bahwa sekumpulan manusia sedang tidak bersatu padu menjalankan visi mulia. Benci, muak, bosan, bercampur jadi satu saat itu. Alhamdulillah, rekayasa Allah sungguh begitu indah karena begitu banyak pula sahabat sefikroh yang membangkitkan kembali semangat yang luntur sejenak. Tangisan itu lantas menguap di awal februari.

Februari, bulan yang katanya adalah bulan kasih sayang. Kasihan sekali. Kasih sayang kok pake peringatan. Persetanlah dengan bulan kasih sayang, bulan liburan, atau bulan perdamaian. Bodoh sekali orang-orang yang merancang peringatan semacam itu untuk suatu bulan. Tapi sepertinya akan lebih bodoh lagi ya kalau saya malah ikut membicarakan peringatan di sebuah bulan. Ya sudahlah, mari kita masuki awal februari yang indah. Seminggu pertama adalah hari-hari penuh tantangan. Perjuangan para sahabat dalam rangka menyukseskan kegiatan yang saya ketuai, bernama English Pintar sungguh luar biasa. Keringat, tetes air mata, raut wajah lelah, senyum manis ramah, dengan seringai tampak marah menghiasi perjuangan mereka. Perjuangan yang akhirnya membuahkan hasil luar biasa: ENGLISH PINTAR 2008, 9-17 Februari 2008.

Saya bersyukur sekali bisa ikut ambil bagian *sebuah bagian terpenting bernama Project Manager* dalam kegiatan tersebut. Itulah langkah awal pertunjukan rekayasa Allah untuk menuju dakwah. Itulah sebuah tanda dari Allah bahwa perjalanan yang telah disediakanNya harus siap saya lalui. Sebuah pertanda bahwa inilah saatnya belajar mengikhlaskan diri berkontribusi untuk dakwah. Inilah giliran saya untuk memberi sedikit yang saya miliki demi jalan dakwah yang nanti akan dipertanggungjawabkan bersama-sama jutaan umat manusia di muka bumi.

Menangis, lagi-lagi itu yang terjadi jelang akhir maret ini. Sebuah tangisan yang dapat meruntuhkan beban di atas punggung, yang tiba-tiba hilang dengan kalimat penuh suntikan semangat dari para sahabat, murabbi, dan tentu saja bapak ibu saya tercinta.

Insya Allah, malam ini saya mengazamkan diri untuk siap ditempatkan di mana saja demi dakwah ini.


Berbarislah bersama ribuan orang yang berdakwah, agar kita menjadi salah satunya. Berbarislah bersama ratusan orang yang berdakwah, agar kita menjadi satu di antaranya.

Berbarislah bersama sepuluh orang yang berdakwah, agar kita termasuk di dalamnya.

Dan saat tak ada lagi barisan orang-orang berdakwah, maka yang satu itulah kita.

Jika tiada seorang pun yang berdakwah, mari sama-sama berharap kita tergolong yang syahid saat itu.

(Hasan Al Banna)