See, it’s really been a long time I didn’t drop my written by here, in this daily typing gadget that helps me much in finishing all administrative stuffs.
So many times to do it, actually. But unfortunately my time *not truly mine, frankly speaking ;)* has faded away for other useless thing rather than dropping by here. Sure, they are much more important just dancing my hand on this keyboard!
Then, what has happened? Sangat banyak. Terlalu banyak, bahkan. Anyway, izinkan saya catat apa yang telah terjadi setelah tanggal terakhir saya mampir di laptop ini, setelah 22 Januari 2008.
Mari mulai dari akhir januari, bulan yang penuh dengan beban dan tekanan mental luar biasa. Kesabaran saya diuji pada puncaknya. Hanya tangisan saja, sama seperti januari tahun lalu. Apakah januari adalah bulannya menangis? Entahlah, saya bingung juga. Bedanya, tahun lalu adalah tangisan bodoh yang sekarang malah bisa membuat saya tertawa. Januari tahun ini, tangisan yang keluar adalah tangis antara bodoh dan beban menjadi bodoh. Haha, sama saja ya? Well, not really, actually.
Tangisan saya akhir januari lalu bersifat lebih kepada kepentingan rakyat. Iya, rakyat yang kecil, tentunya. Saya belum cukup capable untuk memimpin sebuah komunitas besar. Tapi saya peduli pada komunitas kecil ini karena komunitas inilah yang bisa menjadi sumber peruntuh bagian atas. Layaknya sebuah bangunan, ketika sebuah bata goyah dari tempatnya, maka tinggal menunggu bata lainnya berhamburan.
Saya menangis, mencampuradukkan emosional sisa-sisa jahil mengenai rasa ingin memiliki manusia dengan kesedihan mendalam bahwa sekumpulan manusia sedang tidak bersatu padu menjalankan visi mulia. Benci, muak, bosan, bercampur jadi satu saat itu. Alhamdulillah, rekayasa Allah sungguh begitu indah karena begitu banyak pula sahabat sefikroh yang membangkitkan kembali semangat yang luntur sejenak. Tangisan itu lantas menguap di awal februari.
Februari, bulan yang katanya adalah bulan kasih sayang. Kasihan sekali. Kasih sayang kok pake peringatan. Persetanlah dengan bulan kasih sayang, bulan liburan, atau bulan perdamaian. Bodoh sekali orang-orang yang merancang peringatan semacam itu untuk suatu bulan. Tapi sepertinya akan lebih bodoh lagi ya kalau saya malah ikut membicarakan peringatan di sebuah bulan. Ya sudahlah, mari kita masuki awal februari yang indah. Seminggu pertama adalah hari-hari penuh tantangan. Perjuangan para sahabat dalam rangka menyukseskan kegiatan yang saya ketuai, bernama English Pintar sungguh luar biasa. Keringat, tetes air mata, raut wajah lelah, senyum manis ramah, dengan seringai tampak marah menghiasi perjuangan mereka. Perjuangan yang akhirnya membuahkan hasil luar biasa: ENGLISH PINTAR 2008, 9-17 Februari 2008.
Saya bersyukur sekali bisa ikut ambil bagian *sebuah bagian terpenting bernama Project Manager* dalam kegiatan tersebut. Itulah langkah awal pertunjukan rekayasa Allah untuk menuju dakwah. Itulah sebuah tanda dari Allah bahwa perjalanan yang telah disediakanNya harus siap saya lalui. Sebuah pertanda bahwa inilah saatnya belajar mengikhlaskan diri berkontribusi untuk dakwah. Inilah giliran saya untuk memberi sedikit yang saya miliki demi jalan dakwah yang nanti akan dipertanggungjawabkan bersama-sama jutaan umat manusia di muka bumi.
Menangis, lagi-lagi itu yang terjadi jelang akhir maret ini. Sebuah tangisan yang dapat meruntuhkan beban di atas punggung, yang tiba-tiba hilang dengan kalimat penuh suntikan semangat dari para sahabat, murabbi, dan tentu saja bapak ibu saya tercinta.
Insya Allah, malam ini saya mengazamkan diri untuk siap ditempatkan di mana saja demi dakwah ini.
Berbarislah bersama ribuan orang yang berdakwah, agar kita menjadi salah satunya. Berbarislah bersama ratusan orang yang berdakwah, agar kita menjadi satu di antaranya.
Berbarislah bersama sepuluh orang yang berdakwah, agar kita termasuk di dalamnya.
Dan saat tak ada lagi barisan orang-orang berdakwah, maka yang satu itulah kita.
Jika tiada seorang pun yang berdakwah, mari sama-sama berharap kita tergolong yang syahid saat itu.
(Hasan Al Banna)