dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Wednesday 31 December 2008

Senyuman awal tahun


Alhamdulillah, tahun ini bisa saya mulai dengan senyuman. Barangkali, perasaan senang ini agak sedikit saya paksakan. Uwm, bukan dipaksakan siy, nope. Ini perasaan yang saya putuskan untuk saya rasakan malam ini, dini hari ini, jelang 2009.

Awal tahun lalu, saya sudah bertekad untuk berubah jadi lebih baik. Oh yeah, tiap hari saya inginkan itu. Saya selalu ingin menjadi lebih baik, tapi tak harus kehilangan jati diri saya sendiri. I am able to make it! Sure...



Jika beberapa hari yang lalu saya sempat merasa penurunan mood, perasaan tak diinginkan, hawa-hawa hati yang penuh luka dan menanti sesuatu yang tak pasti, maka malam hari ini, jelang 2009 ini, saya telah membuat analisa kenapa perasaan semacam itu bisa muncul. Inilah analisa saya:

1. Sepanjang semester akhir tahun ini, saya lumayan jauh dari amalan-amalan sunnah. Ya ampun, rupanya saya lalai ngasih makan jiwa saya yang kelaperan! Saya sombong dan males. Ya, saya tidak seimbang. Well, well. Masih mau gitu lagi din tahun depan? Sure, not. Makanya, saya beresolusi: Memberi makan jiwa saya yang lapar, dengan spiritual, recharge lagi. Saya tetap akan jadi diri saya sendiri, yang lebih baik. Saya berubah jadi labih baik, dan tak perlu kehilangan jati diri.

2. Saya terlalu bergantung sama orang lain. Sejak berani memelihara rasa berjudul 'cinta', yang menurut salah seorang teman, itu adalah sesuatu yang dudul *hehe, nyinggong sikid ye kak pit :p*, saya mulai bertindak bodoh, terbutakan. Bego ah. Makanya, saya beresolusi: SABAR. Beneran, ga ada solusi lain selain sabar. Oh yeah, Ikhlas juga. Bersabar, sambil berusaha ikhlas, tanpa lupa bersyukur.

3. Saya kebanyakan janji. Janji ga ngulangin ini, janji ga posesif lagi, janji ga bertindak bodoh lagi. Oaaargh, kebanyakan janji. Kalo kata Andrew Matthews dalam bukunya "Being Happy", justru saya malah akan melakukan sebaliknya. Makanya, saya bersolusi:
menghindari janji, bahkan kepada diri saya sendiri. Kalo mau berubah, lakukan saja, ga usah janji. Kalo ga berubah, toh saya akan punah.

4. Saya terlalu banyak mimpi dan ngimpi. Mimpi, boleh aja. Tapi kalo ga realistis tetep aja percuma. Inged, din: Happiness is not having what you dream but appreciating what you have. Intinya, saya kurang bersyukur. Makanya, saya beresolusi: perbanyak bersyukur.

Well, resolusi kali ini sedikit berbeda dari resolusi tahun lalu. Walaupun resolusi tahun lalu itu sepertinya belum begitu terasa dampaknya, tapi saya tau saya sedang menuju hasilnya. Saya sedang melewati dinamika cantik itu. Nah, sekarang saatnya menjadi baru! Tersenyumlah, dinie. Semangadlah!

Semangadlah!

Tersenyumlah!

Bahagialah!

Tentu, tak satu pun yang dapat ganggu bahagiamu jika Dia sudah ada di hatimu, hati kita semua, kawan.

Sunday 28 December 2008

I am a sobbed sister


Teman-teman pernah berkunjung ke sini? Kalo belum, cobalah berkunjung, lalu baca dengan penuh penghayatan beberapa artikel yang ada di situ. Oke, sudah selesai membaca? Oh, belum? Ya sudah, baca dulu.

Gimana? Dah selese baca? Bagus gak ceritanya? Apah? Belum baca lagi? Oke, ya udah gapapa. Gak ada cerita di situ yang akan saya copy. Tujuan saya membuat postingan ini sebetulnya ingin tau kadar kesensitifan teman-teman.



Saya tergolong perempuan yang lumayan sensitif, untuk hal apapun. Kenapa tadi di awal saya meminta teman-teman untuk baca artikel yang ada di sini? Itu karena saya ingin tau, apakah teman-teman menitikkan air mata pada saat dan sesudah membaca artikel itu? Oh yeah, saya iya!

Bukan sekedar artikel saja yang bisa membuat saya melelehkan air mata. Kalo ngeliad bapak-bapak jualan bakso, trus muka bapak itu keliatan capeeee' banged, juga bisa bikin saya nangis. Apalagi kalo gerobak baksonya jatuh, trus baksonya tumpah. Saya bisa nangis sampe harus menutup muka pake tutup helm. Serius!

Nah, apalagi dalam situasi belakangan ini. Di bulan yang tadi siang, kata saya, membuat saya merasa agak kurang beruntung. Sebetulnya, bukan salah bulannya siy. Sayanya aja yang memang kurang piawai mengelola emosi. Deuh, percuma aja ikut Leadership Training dah kalo kayak gini. Efektif cuman sekian minggu, trus abis itu sayanya melempem lagi. Hoaaargh pantesan aja TRK itu penting ya
*uwm, saya lupa kepanjangan TRK itu apa hehe. Tapi yang pasti, saya sekarang mengakui kalo TRK memang sangad penting!*

Yang membuad saya sedikit menyesal hari ini adalah, saya tidak bisa mengimbangi perasaan senang yang sahabat saya, Dita, rasakan hari ini. Saya, dengan egoisnya, malah menangis setelah Dita cerita betapa seneng dan bahagianya dia menghabiskan waktu dari pagi sampai siang tadi. Trus saya dateng, ya ampun, merusak mood Dita aja kayaknya. Maafin saya, sahabat.

Makanya, berhubung juga Dita besok genap *ato ganjil siy?* 21 tahun, saya yang sudah menyediakan hadiah ulang tahun untuk Dita, ingin lagi memberikan kado yang juga sebetulnya untuk saya sendiri: sebuah keputusan untuk menikmati apa yang sekarang saya punya, mengarahkan pikiran saya menuju perasaan senang, sehingga saya ga perlu nangis terus. Yeah, dengan sahabat yang luar biasa seperti Dita.

Well. Today I realize that I am still a sobbed sister, still can't handle my bathetic, still not capable in managing my very own emotion, still dumb for making very easy decision to my own happiness! That's why, today, I promise myself, to fill in my resolution, in the D day of my bestfriend's special day, 3 days before reaching 2009. Really, I promise! And I believe I am able to!

Soon, I will publish that I am happy enough to be me, to have happy family, to feel intended, to love a man who loves me badly, to be together with people who love me. Sure, apa yang saya inginkan gak mungkin bisa semuanya saya dapatkan. Tapi paling tidak, saya memutuskan untuk menginginkan sesuatu yang bisa saya penuhi sendiri: yaitu bahagia menjadi diri saya sendiri, coz

I'd rather be hated for who I am, than be loved for who I am not.

Bismillah. Allah is with me, always.

Saturday 27 December 2008

Saya dan Desember


Saya seringkali merasa kurang beruntung di bulan Desember. Kurang beruntung dalam suatu sisi kehidupan, yang sebenernya kalo saya pikir pake akal sehat dan mau sedikit memenangkan logika dari rasa, tidak harus saya bahas di sini. Tapi tetap aja, saya mengalami sebuah fakta bahwa di bulan ini, sejak tahun 2006 lalu, saya seakan berada di posisi kurang enak. Pyuwh. Memang siy, masa lalu itu ga boleh sering diungkit-ungkit. Dijadikan bahan refleksi. Ya, memang iya. Ini juga saya sedang merefleksi 3 kali bulan Desember yang membuat saya merasa sangat menyesal tidak kunjung benar-benar berhasil menekan emosi saya yang meluap-luap.

Saya dan Desember, rasanya tidak seindah saya dan Juli. Juli, sebuah bulan sangad indah, paling indah, malah.



Apakah saya tidak adil sama bulan-bulan itu ya? Ataukah saya yang sudah menghadirkan rasa takut saya terhadap bulan tertentu? Huh, padahal saya sendiri pernah menulis, bahwa ketakutan saya justru akan membawa manusia pada ketakutan tersebut. Trus, ngapain saya takut ya? Pyuwh... khawatir berlebihan nih.

Baiklah. Saya mau menanamkan pikiran yang bagus-bagus aja kalo gitu. Biarin deh, walopun mungkin faktanya nanti mungkin tak seindah yang saya pikirkan, paling tidak saya mulai menaati apa yang saya sendiri ucapkan dan tuliskan. Selama ini, kayaknya saya cuman pinter ngomong, bisa nulis, dan pas lagi sedih, lagi kecewa, lagi ngerasa tak diinginkan dan perasaan-perasaan serupa lain yang muncul membuat saya nangis-nangis mpe kecapean, kemudian saya baca tulisan-tulisan saya sendiri, baru deh saya terpana, bahwa "Oh, Gosh. Itu tulisan saya sendiri yang ketik! Dalam keadaan sadar, dalam keadaan stabil, sepertinya".

Hmmm, Desember semakin menunjukkan, cukup sering juga belakangan ini saya menjadi kekanak-kanakan akibat menyimpan perasaan bodoh yang sebetulnya sudah lama saya sadari kebodohannya. Saya mau bahagia, dengan menciptakan sendiri kebahagiaan itu. Tidak hanya di bulan Juli, lalu kehilangan rasa bahagia itu di bulan Desember. Saya ingin memiliki kebahagiaan itu di semua bulan. Saya pasti bisa menjalankan apa yang sering saya ungkapkan: memilih perasaan bahagia, bersama orang-orang yang saya cintai dan orang-orang yang sangat mencintai saya.

Tuesday 23 December 2008

Lewatin aja


Hai... cuman numpang lewat, dan mau bilank:



Saya masih belum mood hari ini. Ga mood posting, ga mood makan. Ga mood dah. Pengen liburan, tapi kondisi sepertinya belum cukup memungkinkan untuk dihabiskan buat liburan.

Semoga minggu depan, bahkan besok dah, kelamaan kalo minggu depan, bisa lebih baik dari hari ini.

Semoga minggu depan *nah, ini baru boleh minggu depan* saya bisa liburan. Liburan dengan yang saya inginkan, untuk merasa diinginkan.

Friday 19 December 2008

Mood Decreasing


Saya bener-bener fluktuatif! Barusan aja tadi siank saya mosting tulisan ini, eeeh ni malem dah mo mewek lagi termehek-mehek nyehehehe *lah, ni nangis pa ngekeh hihi*

Baiklah. Sejujurnya, malam ini mood saya mengalami degradasi, setelah satu dan lain hal. Malahan sempet pake nangis segala. Maklum. Saya ini lumayan emosional orangnya. Kalo sedih, ya nangis. Kalo seneng dan bahagia, ya senyum dan ketawa. Kalo kecewa, ya nangis juga biasanya. Nah, karena malam ini saya dibuat kecewa oleh sebuah fakta, maka saya pun menangis lumayan menjadi-jadi tadi.



Anyway, setelah ngebaca tulisan saya sendiri, yang bahkan saya sendiri loh yang ngetik hehe, akhirnya ileran air mata ilank juga pelan-pelan. Yeah, selain juga karena dapat amunisi semangat dan hiburan langsung dari sahabat saya, Dita. Juga beberapa orang yang peduli dengan eksistensi emosi saya yang perlu diperbaiki supaya ga sedih sampai esok hari. Makasih ya sahabat. I do really love you, especially Dita. Saya berkali-kali bersyukur banged dapet sahabat kayak Dita. Bismillah, semoga persahabatan saya sama Dita dianugerahi keturunan yang banyak *loh, kok? hehe*

Well, then. Saran saya di postingan tadi siank sedang saya jalankan. Di playlist Winamp saya sekarang, ada lagu Jikustik - Tetap Percaya, Audy - Kini ku bahagia, Weezer - My Best Friend, Vengaboys - Best Friend, Mary Jane - Akulah Sahabatmu, David Corey - Best Friend in the World, dan sederetan lagu-lagu lain yang menurut saya bisa membangkitkan mood saya lagi. Lumayan. It works!

Trus, tadi siank juga saya menyatakan bahwa, rasa itu memang fluktuatif, turning happy and sad normally. Pas lagi seneng, siap-siap untuk sedih, dan pas lagi sedih, yakinlah bakalan ngerasain seneng gak lama lagi ^_^. Ya ampun, betapa perasaan hati saya begitu turun dan naik sekali hari ini.

However, saya berterima kasih juga, sangad berterima kasih, khususnya kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa dan Maha Baik Hati untuk segala yang terjadi hari ini. Lalu, terima kasih kepada kedua orang tua saya *jadi kedengeran kayak orang baru abis terima award ya hihi*, dan juga pada sahabat saya, nah yang paling makasih adalah untuk mereka-mereka ini:

1. Mood Updating
2. Life Review: Pilih Rasa (Lagi)
3. Perlu dan Ingin
4. Rasa untuk logika
5. Again, Silly Emotion

Ya, makasih semuanya. Saya ingin mengatur hati dulu, supaya bisa menerima kenyataan yang sudah disiapkan Allah.

Mood Updating

"Well, ladies and gentlemen. Standing here, not as the debater, not as the participant of English Pintar 2008, but as the Project Manager, I'd like to be grateful for the supports from all of you, especially the committee of EP 2008. Without you all, I am nothing. With you, I am something. And together with you all, we are everything for the existence of English Pintar 2008. Thanks a lot all, let's Do March for Better Tomorrow!"

Kurang lebih, kayak gitu bunyi speech saya pas penutupan English Pintar 2008, di Gedung Anex, Minggu 17 Februari 2008. Sebuah hari di mana saya bisa bernafas cukup lega, karena event pertama yang saya ketuai selesai dan cukup sukses! Betapa senangnya. Beragam tribulasi, pendapat miring, kepesimisan dari beberapa orang, dan macem-macem lainnya yang sempat membuat saya down sudah saya lewati. Lega, dan senang rasanya. Rupanya, mengingat itu membuat mood saya hari ini terbangun cukup baik! Great!



Saya ingat betul, betapa pertama kali saya dengan pede mengajukan diri untuk menjadi ketua panitia English Pintar, supaya kegiatan ini tetap ada. Sebuah pengajuan diri yang barangkali di luar dugaan orang-orang. Sebuah pengajuan diri yang sangad nekat betul waktu itu! Saya ingad betul, ya ampun, betapa segala-galanya yang saya pikirkan waktu itu, sejak Oktober 2007, hanyalah bagaimana caranya agar English Pintar 2008 sukses. Saya tidak terlalu fokus siaran, tak terlalu fokus mengajar, dan bahkan kuliah! Yeah, semuanya masih saya kerjakan, dan alhamdulillah yang ga fokus-fokus itu tidak terlalu terganggu sama pikiran saya yang lagi fokus ke English Pintar. Allah SWT memang Maha Baik Hati ^_^

Lalu, pagi ini, betapa saya sangat senang sekali melihat adik-adik saya di ESA yang ghirahnya luar biasa, menginginkan keberadaan English Pintar lagi. Ya, English Pintar 2009. Senang sekali! Sense of Belonging ke English Pintar tampak dari semangad mereka. Bahkan, Dewi Ismu mengajukan diri sebagai Project Manager English Pintar 2009. Itulah yang selama ini saya tunggu-tunggu, yaitu ada paling tidak 1 orang saja yang bersedia mengajukan diri untuk mengetuai kegiatan ini. Dan rekayasa Allah sungguh indah. Saya semakin senang.

Dan siang ini, saya juga senang sekali karena dikaruniai keluarga yang menyenangkan. Dikaruniai sahabat-sahabat yang begitu baik hati. Saya berhasil mengurangi rasa tak diinginkan yang beberapa waktu lalu sempat saya munculkan sendiri. Mood Decreasing, kalo gitu. Hehe. Kata Dita, kalo saya kayak gitu, saya keliatan pinter-pinter bego :p

Thanks God, hari ini, segala sesuatunya membuat saya bisa memunculkan perasaan senang, updating mood, switching it into good and better one, and I do hope to be the best mood for today, and tomorrow, and the day after tomorrow. Kalo good mood tiap hari, kayaknya ga mungkin. Karena, sudah kodratnya kan rasa hati ini terfluktuasi? Seneng, sedih, seneng, hal biasa, lumrah. Yakin aja, bahwa saat kita lagi sedih, artinya kita sedang dipersiapkan untuk menjadi senang tak lama lagi. Begitu. Nah, ini lagi seneng, juga harus siap-siap sedih. Gimana cara kita menyikapinya aja, iya kan? *Hehe, kedengerannya dewasa aja ya :p*

Oiya, one thing important. Ternyata mendengarkan lagu-lagu bernuansa positif, beraroma positif thinking, membantu kita untuk update mood menjadi lebih baik. Coba deh.

Thursday 18 December 2008

Moslems in Christmas Day


Hi, all... What's on with me so I publish this article? Nope, nothing happen. Recently, I just lose my mood to publish my own feeling, my story, my things and things to share in the blog hehe.

So, again, for avoiding my blog from being 'blank' along this week of this last month, and I don't want my blog to be empty of my writing till next year, so I prefer publishing my writing which is supposed to be published later on, in one of newspaper of Pontianak.

Enjoy this.



Christians will welcome the day which they have been waiting for so long: Christmas Day! They must celebrate it as marry as Moslems celebrate Idul Fitri.

Indonesia is the country of which the Moslem population is more than the other religion believers. No wonder when there are feasts of Islam, such as Idul Fitri, we can feel the lustrous atmosphere around. Then, what the feast of Christian, just like the Christmas which will come soon? What usually Moslems do on the ‘D’ day?

Living in heterogenous environment demands us to respect each another. When the Moslems celebrate Idul Fitri, Christians and other religion believers use their time to visit their colleagues, friends, and relatives. They also do things we call ‘silaturahim’. It is one of the ways to respect others when they celebrate the feast. Moslems also do this when Christians celebrate Christmas. As one of ESA members of 2002, Hasanudin usually does. “I usually do nothing special in December 25, yet I still go to my friends’ house who celebrate the Christmas. The rest, I just stay home”, he said.

However, in fact there are a few people who feel that they themselves have no use in Christmas day. Zulfkifli, student of Agriculture Faculty of Tanjungpura University is one of them. He said, “I do nothing special in Christmas day. I don’t get involve in the day, so I prefer staying at home”, he answered when he was asked whether or not he wants to spend the holiday to go around the town, or even go to the other town. “I usually walk around in my regular day, no need to wait for the holiday because holiday like Christmas is my time to stay home”, he added.

Although maybe some, or even most of Moslems think that they do not get involve directly in Christmas, in this case is they do not celebrate the day, the most important point is Moslems, as well as other religion believers, always try to respect one another when they celebrate their feast. Visiting friends’ house who celebrate Christmas, sending a Christmas-greeting SMS, and give chance to Christian to perform a religious service are ways to keep the peacefulness and tranquility among the religion believers.

Well, then. Representing whole Moslems around the world, I’d like to greet Merry Christmas for all Christians in Pontianak, especially those who is reading English Day on Tribune today. Have a nice Christmas! (dhz)

Saturday 13 December 2008

I'm intended


Masih ingad dengan resolusi saya? Kalau sudah lupa, atau mungkin ngga tau sama sekali, silahkan mampir ke sini. Di postingan saya beberapa waktu lalu juga pernah saya bahas sedikit ya tentang resolusi saya untuk tahun ini? Iya. Bisa dibaca lagi di sini.

Oke, then. Kenapa gitu saya kayaknya seneng banged mereview resolusi saya? Ya, kalau jawaban teman-teman, karena sebentar lagi sudah mau tahun depan, maka itu bukanlah jawaban yang salah. Salah satu alasan review resolusi juga memang karena sebentar lagi, saya akan membuat resolusi lagi. Entah masih dengan bunyi resolusi yang sama seperti tahun lalu, atau resolusi dengan penambahan dan perubahan bunyi pada susunan kalimat-kalimatnya.



Alasan lainnya mengapa saya cukup senang mereview postingan saya yang resolusi adalah karena saya malam ini merasa agak sedikit *lagi-lagi* berhasil mengurangi perasaan posesif saya. Well, berdasarkan artikel yang saya baca di sini, trus di sini, sedikit banyak saya mendapatkan cukup gambaran dan tambahan amunisi semangad untuk membuang jauh-jauh sifat posesif. Yeah, tentu saja dengan bantuan dari sahabatkarib saya, Dita yang tak pernah bosan-bosan berusaha mengurangi sifat posesif saya ^_^.

Baiklah. Saya berkeyakinan bahwa perasaan posesif saya sekarang adalah sebuah perasaan yang mirip sekali dengan mata uang, sifatnya fluktuatif. Sampai malam ini, sejujurnya, saya belum benar-benar menemukan cara gimana supaya posesif saya berkurang secara signifikan dari hari-hari sebelumnya.

Betul, semua emang proses. Tapi proses ini sudah saya jalani sejak 2006, dan sebentar lagi 2009. Saya sama sekali ga mau 2009 nanti, saya masih sakit sendiri, tepatnya menyakiti diri sendiri, hanya gara-gara sifat posesif saya. Hmm, sementara ini, saya mengalihkan sifat posesif saya dengan cara 'mencari orang lain' yang bisa memenuhi apa yang tidak bisa saya dapatkan dari orang yang saya inginkan. Yeah, karena berdasarkan artikel yang saya baca itu, orang posesif punya kecenderungan untuk ingin selalu dipenuhi aja keinginannya.

Selama ini, beragam teori tentang 'tak bisa memiliki segala sesuatu' sudah coba saya tanamkan dalam kepala saya. Bahwa semua kembali padaNya. Iya, saya ngerti kok, saya paham. Tapi, yeah ya itu dia. Saya rupanya bisa mendapatkan apa yang tak bisa saya dapatkan dari orang yang saya inginkan, dari orang lain yang sebenernya ga terlalu saya inginkan, tapi cukup lumayanlah untuk saya jadikan 'pengisi kebutuhan' sembari mengurangi posesif. Hehe belibet ya postingan kali ini.

Anyway, cara saya ini *yang menurut saya malah membuat saya merasa agak sedikit kurang loyal*, paling tidak mengurangi rasa posesif saya.

Dan saya tetap perlu saran dari teman-teman, tentang bagaimana mengurangi rasa posesif.

Wednesday 10 December 2008

Akhirnya, mizza juga

Mizza, bahasa mana itu? Hehe, itu maksudnya makan pizza. Biasanya kan, orang suka nyingkad-nyingkad bahasa ya... Kalo mau minum kopi, bilangnya ngopi. Trus kalo mau makan pecel lele, bilangnya ngelele *hikz, lagi laper banged skarang. Dan ada orang menyebalkan yang bikin saya pengen nyate -makan sate- dan makan pecel lele, trus ngirimin foto pecelele dengan sewenang-wenang tanpa perasaan. Huh, awas!*.

Lalu, kalo mau minum es teler, bilangnya neler. Nah, karena saya sama Dita akhirnya makan pizza juga setelah berencana dari bulan September lalu, finally, malam minggu alias hari Sabtu tanggal 6 Desember 2008 kemarin, saya sama Dita berhasil mizza, tanpa rencana! Rupanya, saya sama Dita memang sebaiknya, kalo mau ngapa-ngapain, seperti makan pizza, jalan bareng, makan siank, ga usah pake rencana dulu. Spontanitas malah lebih sering berhasil daripada yang direncanakan. Dasar wanita karir, sibuk teruuuuz *dan saya, sok sibuk teruuuuuz* hohoho.

Olrait, dan malam minggu lalu pun, dengan Dita yang ga ditemani pasanganpolisinya *peace, ta* malem mingguan karena tugas negara, bermalam mingguan dengan saya yang memang ga punya pasangan malam minggu, unless keluarga saya tercinta.

Walhasil, kita ngedelight berdua *ini maksutnya mesen paket delight yang buad berdua hoho*, trus pesen garlic bread yang pake daging di atasnya, saya lupa juga namanya. Ga cukup itu, trus pesen lagi jus alpukat, dan saya nambah salad. Astaga! Pemborosan kan ya. Hehe. Tapi kata Dita, kapan lagi bisa bareng berdua makan pizza. Yayaya... Hari itu memang saya sama Dita sedang dimabuk pizza, dimabuk berdua, sampai lupa ada orang-orang di luar sana yang sebetulnya kurang beruntung dibanding kami. Apalagilah mereka yang ada di Palestina! Astaghfirullah...


Thursday 4 December 2008

Reshuffle

Setelah terjadi pembatalan rapat pleno beberapa kali, akhirnya terlaksana juga rapat penting itu, dan terjadi reshuffle pada kepengurusan.

Sejak pagi sebelum rapat, saya sudah merasa ada keinginan untuk lepas dari jabatan sebagai sekretarisnya ESA. Jujur, selama menjabat dari bulan April sampai dengan Desember, saya merasa bahwa saya bekerja kurang maksimal. Sepertinya, jadi sekretaris sekedar mendampingi Dedi Irwan yang direktur ESA. Kerjaan saya hanya ngetik surat, tanda tanganin surat, trus ngecap surat, dan masukin surat, sama sesekali nemenin Dedi menghadap Ketua Prodi Bahasa Inggris. Pyuwh. Kayaknya agak kurang menunjukkan ke-dinie-an banged, begitu.



Lalu, saat dalam perjalanan pagi sebelum rapat pun, saya berpikiran untuk tukar posisi aja sama Manager of Media Coevered and Networking. Saya kayaknya ngerasa lebih cocok di MCN yak. Yeah, dengan saya yang mengurus sebagian program kerja MCN, seperti updating blog esa, friendster esa, e-mail esa, trus program kerjasama dengan Borneo Tribune, yaitu English Day on Tribune, sehinggalah muncul perasaan bahwa sepertinya, divisi Media Covered and Networking lebih cocok buad saya.

Tapi, di pleno tadi, saya ga menyampaikan perasaan itu, karena ketika penyampaian laporan pertanggung jawaban, Dewi Ismu selaku Manager MCN sepertinya sudah cukup menunaikan tugasnya dengan baik, tanpa lupa berterima kasih kepada saya sebagai orang yang membantu program kerja divisi mereka. Yeah, sekretaris juga kan kerjanya gak sekedar surat surat surat aja toh. Di AD/ART dan GBHO ESA FKIP Untan tertulis juga job description sekretaris sebagai 'pembantu' direktur ESA dalam menjalankan program kerjanya.

Well, then. Apa berikutnya yang terjadi di rapat? Yeap. Pada saat laporan pertanggung jawaban dari divisi English Learning Center, sebuah divisi yang mengurus hal-hal bersifat akademis, divisi yang tahun lalu saya tempati di kepengurusan ESA 2007/2009, divisi yang mengantarkan saya pada kalimat: Musuhku, Je T'aime, Mita, salah satu staff divisi ELC, menyampaikan laporan dengan nada yang agak sedikit 'mengenaskan' dan kayaknya dia hampir nangis deh tadi.

Yah pokoknya, intinya divisi ELC ini ngga punya Manager yang dianggap sanggup mengkoordinir beberapa program kerja yang sebenernya ingin dijadikan program kerja unggulan untuk ESA tahun ini. Yeah, Dedi berkali-kali ngebahas tentang ini itu ini itu sama saya. Dan keinginan Dedi juga sebenernya sama dengan saya, begitu.

Nah, melihat ga ada yang mau menjadi manager ELC, maka saya pun siank itu mengajukan diri untuk jadi manager ELC aja. Saya pikir, siapa lagi ya kalo ga ada yang mau. Sama seperti ketika saya berpikiran untuk menjadi Project Manager English Pintar 2008. Maka, saya pun lantas mengacungkan jari, berkata: "Let me be the Manager of English Learning Center" di hadapan forum siank tadi.

Saya mengajukan nama Dewi Ismu untuk menggantikan posisi saya sebagai sekretaris. Namun, berhubung Dewi adalah Manager MCN, dan juga akan sulit mencari pengganti Manager lagi, dan juga ga ada yang mau menggantikan Dewi sebagai Manager, maka Dedi memutuskan memilih salah satu staff Divisi Home Affair, Dian Kartika Sari untuk menggantikan posisi Sekretaris ESA. Huff, perasaan bercampur. Antara lega, dan berdebar menanti tugas baru sebagai Manager of ELC :)

Baiklah. Ini adalah rekayasa dari Allah SWT yang sudah disiapkan sejak lama. Saya yakin, melalui divisi ini saya bisa 'bergerak' lebih enak, dan kayaknya, ELC emang dinie banged deh hehe. Doakan saya ya, teman-teman.

Wednesday 3 December 2008

Wanita Adalah Penghambat Revolusi


Sekedar copypaste dari bulbo friendster seorang teman, cukup menarik menurut saya. Judul bulbonya aja beneran bikin saya penasaran. Yea, secara saya kan wanita juga, begitu.

Biasanya siy, kalo bulbo di fs, agak jarang-jarang saya buka. Tergantung tema juga. Soalnya kan lumayan sering juga orang posting bulbo ga penting, ga jelas, dan sama sekali ga kasi ilmu baru. Cuman buat ngasi tau dunia aja: ini loh saya posting bulbo. Hehe, pedahal ni kan pengalaman pribadi nyehehehe.

Anyway, saya berterima kasih untuk mereka yang masih menjaga waktunya untuk ga posting bulbo ga jelas, melainkan lebih memilih posting bulbo yang isinya seperti ini:



Silahkan Tidak Setuju!

tapi jangan tersinggung kalau opini ini menjadi menarik bagi saya...
wanita memang penghambat Revolusi..

lihat aja kerjaan mereka rapat LDK pulang larut malam, berjuang demi dakwah tapi menelantarkan Izzah(harga diri) mereka.

wanita penghambat revolusi

tuh lihat saja si fulana berteriak tentang dakwah, menggunakan hijab ketika sedang syuro dengan ikhwan, tapi dibelakang masih suka aja ngirim sms tausyiah ke ikhwan...cie ile..maksudnya si nasehat..nasehat apa nasehat tuh ukh..

wanita memang penghambat revolusi...

yang satu ini lebih parah lagi, saking begitu perduli sama palestina...nonton nasyid palestin sampai jingkrak jingkrakan ngak karuan..ngak moshing sekalian ukh! biar METAAAL sekaliaaan! CADAAAAAAS!

wanita memang penghambat revolusi

wedew..lihat aja tuh akhwat yang jilbabnya panjang buangetttt..tapi kenapa ya kalau habis nonton nasyid terus pada lari histeris, ngantri sama munsyid yang udah jadi thagut..minta tanda tanganlah! minta foto barenglah!...payah dah!

wanita memang penghambat revolusi...

ngak kalah parahnya sama yang lain, retorika dakwahnya sih bagus, eh pas nikah kerjaannya khawatir melulu, ngak mau sabar nemenin perjuangan suaminya..akhirnya futurlah si suami yang dulu waktu di kampus asooooy berat semangat dakwahnya sekarang dah sibuk NYARI DUIT lantaran 'TANGGUNG JAWAB' keluarga...nuntuuuuut terus!

wanita memang penghambat Revolusi...

kalau umur 20 tahunan akhwat akhwat ini memang pada jual mahal kalau ada ikhwan yang khitbah, ntar pas umur 25 tahun pada cari yang ideal...ntar kalau ngak dapat dapat sampai umur 30..SIAPA AJA DAH! nah tahu rasa lu...sok ideal sih!

wanita memang penghambat Revolusi..

katanya aktivis dakwah? katanya teguh menegakkan tauhid? tapi kok kamu marah ya ukh waktu Aa Gym Poligami? kenapa oh kenapa?

wanita itu memang penghambat Revolusi...

tuh lihat aja si fulana, kalau ketemu ikhwan yang pendek kecil dan tidak menarik itu pasti JAGA PANDANGAN, bujug dah pas ketemu ikhwan tinggi putih dan lagi nyelesain S2 itu...bukan cuma mata yang jelalatan tapi hatinya luntur sama thagut perasaan...payah dah...

wanita memang penghambat revolusi

percaya ngak..si fulana itu depan ikhwan doang sok alim, di kos - kosan sih tetap aja telpon - telponan sama oknum tertentu...ku tunggu kau di batas waktu katanya..hehehe..gubrak!

ada yang mau nambahin?


So, what do you think, friends? Especially woman? Saya males mau nambahin. Ga ghirah. Ciahciah...

Tuesday 2 December 2008

Aku Percaya Kamu


Dari beberapa lagu D'Massive yang pernah saya dengar, sepertinya lagu inilah yang di telinga saya kedengerannya paling Positive Thinking dibandingkan lagu-lagu lainnya. Uwm, bukannya mau bilang kalo saya senang mengamati lagu-lagu D'Massive siy. Cuman kebetulan aja, pas KKN dulu, temen-temen saya pada seneng nyanyiin lagu D'Massive, trus pendengar juga banyak rikwes, dan kebetulan juga *emangnya ada ya kebetulan di dunia ini? haha* kemarin siang di kantin kampus, saat saya dan sahabat saya lagi membahas sebuah topik pembicaraan yang menyenangkan, lagu ini muncul betul-betul pada momen yang sangat tepat!

Dan saya bersyukur, bahwa makna lagu ini kayaknya: Positive, positive thinking. Liriknya seperti ini:



Aku Percaya Kamu
Melebihi Apa Yang Orang Katakan Kepadaku
Aku Percaya Kamu
Tak Perduli Apa Yang Orang Katakan Tentang Kamu

Chorus :
Yang Kutahu Kau Selalu Sejukkan Hatiku
Yang Kutahu Kau Selalu Ada Di Saatku
Membutuhkanmu Kau Selalu Ada
Disaatku Rapuh

Aku Percaya Kamu
Hidup Ini Takkan Berarti Tanpa Kau Disisiku
Aku Percaya Kamu…ooo…
Kau Takkan Pernah Berhenti Tuk Selalu Mencintaiku

Back To Chorus:

Woo..Ooo..
Aaa..Aaa..Ooo…Ooo

Yang Kutahu Kau Selalu Sejukkan Hatiku
Yang Kutahu Kau Selalu Ada Di Saatku
Membutuhkanmu Kau Selalu Ada
Disaatku Rapuh (2x)
Disaatku Jatuh

Liriknya, kena banget deh sama bahasan kemarin sore ;)

Monday 1 December 2008

My parents, i luph you

Beberapa hari yang lalu, kalo ga salah malah 2 hari yang lalu, saya ngereview, baca ulang, dan merasakan kembali sebuah postingan saya yang sangat saya sukai. Tentang cinta saya pada bapak saya. Dan hari sabtu lalu, pada saat saya sedang duduk di sebalah Dorina, menonton sebuah festival musik yang penuh hingar bingar, dan sampai larut malam pula, saya begitu merasakan sebuah cinta luar biasa yang tak disampaikan oleh kedua orang tua saya: bapak dan ibu saya, tidak melalui perkataan "Saya sangat menyayangi kamu, Dini, anakku", melainkan melalui sebuah kepercayaan yang akan selalu saya gunakan sebaik-baiknya hingga nanti mereka melepaskan saya untuk seorang laki-laki yang akan menikahi saya nanti.

Maka, demi mengingat betapa kedua orang tua saya percaya dengan beragam aktivitas saya, masih menyediakan makan malam untuk saya malam ini, menyediakan ikan lele goreng dan nasi goreng yang terasa sangat enaaaak sekali malam ini, kemudian ngobrol di meja makan, bicara dari hati ke hati, saya merasa begitu beruntung dan merasa perlu untuk mengirimi mereka sebuah sms:



"My beloved father and mother, I am so happy to have such wonderful parents like you. I do really love you both, so much. There's no other best parents in this world but you. Thanks a lot ya mam and dad to believe me me. I will use this well. I really hope we can be happy family in the world and hereafter. I love you, mam and dad"

SMS itu saya kirimi hari sabtu, 29 November 2008, pukul 22:15, untuk Bapak dan Ibu saya. Ya, saya tau betul bahwa mereka pastilah tidak begitu paham secara mendetil apa isi sms saya. Mereka sama sekali tidak bisa Bahasa Inggris. Tapi saya yakin, mereka bisa merasakan juga aliran sayang saya melalui bahasa sms itu.

Ya, saya menyadari, dan sangat menyadari bahwa kedua orang tua saya kadang juga melakukan hal yang sama dengan pasangan suami istri lain: punya konflik, bertengkar, terasa kurang bijak untuk beberapa kasus, beberapa sifat dan kekurangan, dan hal-hal lain yang terlihat tak sempurna, namun itulah indikasi bahwa mereka masih manusia ;). Ya, saya menyadari hal itu. Tapi, kelebihan mereka juga rupanya saya rasakan lebih banyak malam ini. Dan semoga sampai akhir hayat nanti.

Kenapa saya sampe buat postingan kayak gini malem ini?

Well, sebenernya berawal dari curhatan salah seorang murid saya tadi di kelas. Hmmm, nanti akan saya ceritakan lagi di sini. Sekarang dah ngantuk nih. Sedangkan besok pagi, saya harus mengerjakan pekerjaan yang tak biasa, tapi pernah saya lakukan. Jadi kangen, hoho.

Sunday 30 November 2008

Enjoying Hard Rock Festival

I and Dorina at the Hard Rock Festival
Photo taken by: Theo

GREAT! Yesterday nite was my very first time enjoying hard rock music!

I actually had not really serious intention to watch the festival. I just wanted to invite my friends: Dorina, Sina, and Matias who come from Germany, to watch BHRF XIV. I planned myself to pick them up to Borneo Tribune office with my friends, then carried them up to the venue of BHRF. But the schedule was changed since Dorina sent me sms, told me that they were gonna have a meeting, and then they would go to Auditorium Untan straight away after the meeting. Thanks God, I said in heart. I was really exhausted, so much tired yesterday since I just had less than 3 hours sleeping to conduct another event which my lecture *Mr. Albert Rufinus, who is now my Supervisor of my thesis* believed me to handle: Akeelah and the Bee, Book Launch and Spelling Bee Competition.



But that nite was so wonderful. Besides accompanying Dorina, Sina, and Matias, and also Kak Dwi from Borneo Tribune, I had my memory back in BHRF last nite. When I was the first semester student of English Study Program in Tanjungpura University, I was requested to be the MC of BHRF 2005. I, surely, then accepted the offering from my senior, bang Tan Hardimansyah. Sincerely being the MC at that moment, but really I couldn’t enjoy the hard rock music as much as I enjoyed it last nite! Yesterday was my very first time to enjoy the music after seeing the second contestant showed their performance!

One thing that I really wonder is: the voice of the hard rock band vocalist. It seems that most of them have almost the same character of voice. They have good voice(s?), and I think their ways in screaming *maybe not scream, but since the genre of music that they sing is hard rock so I think they are screaming* is really same which makes me think: their voice is equal. Sure, theirs are not.

The other thing that I also just knew is the way for enjoying hard rock music. I knew it from my new friend, Bang Abun. He sat besides me, then we made friend at that very nice moment last nite. I was curious why he closed his ears when watching one of the finalists performed. He explained me that it is the way to enjoy every single harmony of the music: how the bass is played, how the guitarist explore the instrument, as well the pronunciation of the vocalist. I got one new friend and a little musical information which I had no idea before, last nite! Really wonderful Saturday nite :).

Thursday 27 November 2008

Kura-Kura Beach

Feels like a model :p


Cape, tapi seneng juga. Saya barusan pulang dari survey lokasi untuk ESA On Tour, kegiatan kampus. Skalian juga, survey ini saya jadikan ajang untuk observasi dan laporan untuk terbit di halaman English Day on Tribune sabtu ini. Begini laporan saya:


Just need to count down couple of days after today, we’re going to have long holiday enough to spend. One more wonderful place is recommended to you for spending your precious holiday. It’s Kura-Kura Beach.


When noticing the name of the beach, you may think that you will find turtle loitering around the beach. Well, actually it should be so. The manager of the beach, Charlie Robertson and Siska Robertson claimed that the beach is named Kura-Kura since turtles stopped over the beach, and then they laid eggs there. Anyway, when we observed the beach on Thursday (27/11), we found no turtles there. So, we suggest you to change your primary purpose if your want to come to the beach just to look for the turtles or merely play with them.


One side of Kura-Kura Beach

There are many stones in Kura-Kura Beach




It seems that the beach is less of touch of decoration. But that’s the thing which make the beach doesn’t lose the feel of its natural atmosphere. The beauty of the beach is the most important thing to make it fascinating to visit by local and foreign tourist. People are still able to feel the environment ‘virgin’ of the beach which is located in Tanjung Gundul, Bengkayang Regency. However, if you maybe want to spend days and night at the beach, you still need to bring, at least, your own sleeping bag or your tent because there is no inn or hotel near the beach. No need to worry about the security. Ibu Iin and his husband who live close to the beach and take care for catering for their costumers who usually spend holiday in the beach said that Kura-Kura Beach is secure enough as one of camping destination. “The security is okay here."


Can’t wait to go there? Get your car or motorcycle now! It just takes 3 hours to reach the beach. From Pontianak to Tanjung Gundul, we will travel for about 110 kilometers. If you start your travel from Singkawang, it just takes 15 kilometers to go to the beach. You maybe will have a bit difficulty to find the gate to come in to the beach. The sign for you for not missing the place is the sign “Pantai Alam Indah” in front of the beach. After that, go through your way 3 kilometers more to reach the beach which is located behind the small hill. Have a nice vacation! (dhz)

Tuesday 25 November 2008

Meeting canceled! (again)


I wonder how to utter my feeling on this: again and again, the meeting was canceled, because of some other executive board members couldn't make the meeting, and they gave no confirmation!

Do you know, people, that I made my day special for the meeting?

Do you know, people, that I let myself free for this half day to conduct the meeting?

Do you know, people, that I let myself spend my money for having my lunch outside out of my daily lunch-budget with my so-called bestfriend for having ontime meeting?

Why should it be canceled, and replaced to another day? Again, and again! I do hate this much!



I realize, and very notice that I am not the person in charge for the organization. I am merely ordinary member, who maybe never that important for the organization. I maybe was and even am still considered as the main board member of the organization who has not much contribution for the organization, well let's say so, though I've tried to hold an event name English Pintar. But the cancellation of the meeting *it is Pleno Meeting* for the improvement of the organization shouldn't be anymore! I was totally annoyed about this.

I have made my friend, the operator of Volare -bang Pandy-, spent his day on being the operator for the program I conduct every Tuesday, English Teletalk. The program is actually a program which I broadcast for the organization, for the fame of the organization. But considering that the pleno meeting is much more important than 'merely' having the broadcasting which people in the board may will think that I am so much egoist for making my broadcasting time as the priority, then I prefer to have the program recorded, then asked bang Pandy to handle the operation. It's been so many times I made him spend his time for my own sake of the organization!

Really, I have no other idea what to say more about this. Pending, and pending, and always pending. Seems to be there's no more commitment inside the member, but saying it is also an underestimating action for the other who didn't come. Confusing.

Me and My Rival (+)


Barangkali, teman-teman yang rajin ikut perkembangan postingan blog saya *caelah*, barangkali masih inged sama postingan saya yang ini. Tentang cinta kepada musuh. Yeah, judulnya aja Musuhku, Je t'aime. Apa maksut yang tersembunyi di balik postingan saya tahun lalu itu juga bermakna sama dengan postingan kali ini? Yeah, baca aja sendiri nyehehehe.

Waaah, ada kata je t'aime di sini! Dah lamaaaaaa banged rasanya saya ga maen-maen sama kata itu. Sebuah kata yang sempat membuat saya pusink ga pentink! Dan kali ini pun, kayaknya saya ga mau terlalu merepotkan diri dan menghilangkan kebebasan otak untuk berotasi pada porosnya dengan membiarkan logika saya melompat kian kemari tak terkontrol pasti. Cukup, simpan dalam hati ;)

Lalu, apakah maksut dari postingan kali ini? Siapa lagi musuh saya? Siapa Rival saya?



Apakah kali ini saya mencintai seorang musuh lagi?

Hmm, salah tuh pertanyaannya. Harusnya, pertanyaan yang duluan muncul adalah:
"Apakah sekarang saya sedang punya musuh?", atau "Apakah sekarang sedang ada yang memusuhi saya terang-terangan?"

Alhamdulillah, sepertinya saya sedang tidak merasa punya musuh, dan sedang tidak merasa dimusuhi oleh siapapun secara terang-terangan. No rival, but yes I think I have one Rival (+). What do I mean by stating Rival (+)

*ayoooo, jangan langsung mengarahkan telunjuk pada satu wajah yaaaa haha*

Well, thing that I mean by Rival (+) here is my very own and very real enemy, real rival, it is myself, exactly is my desire, more exactly is my uncontrolled desire! Yeah, that's the real rival of mine! My so-called stupid and silly emotion!

Tahun lalu, saya pernah menulis resolusi. Resolusi nomor 2 yang berbunyi: Emosi berlebihan. Please din, lebih cerdas control emosi. Ada saatnya ketika kamu boleh keluarkan emosi kamu. Cerdaslah memilih tempat untuk keluarkan emosi. Kurangi rasa terlalu ingin memiliki yang berlebihan, posesif. Yeah, sepertinya sudah agak berkurang belakangan ini. Berkat bantuan sahabat saya, Dita, berhasil membantu saya untuk mengurangi sifat satu ini. Makasih kawan!

My next rival (+) are the rests 3!. Egois, ya rasanya masih agak sedikit. Tidak mendengarkan, masih ada juga, karena pernah sampe berantem di kantin gara-gara ga dengerin sahabat saya ;), trus arogan uwm kayaknya masih ada deh. Aduwh, saya ngomongnya masih suka ninggi. Help. Gimana ya ngilangin yang 3 ini?

Anyway, sahabat saya beneran banyak membantu meminimalisir bersemayamnya my rival (+) di diri saya. Saya sudah bisa merasakan, beberapa fluktuasi signifikan *ciah, bahasanya* di dalam diri saya. Sebuah degradasi sifat-sifat yang memang tak saya harapkan keberadaannya. Terima kasih, kawan. Luph yu, really ^_^

Sunday 16 November 2008

“I luph to be in my own class…”


Avoiding my blog to be empty, as one of my blogging-friend claimed me that I seemed to be that busy for having no time to conduct new post in my blog -though actually I was not busy, just losing some good mood, anyway- so, I prefer now to post some of my writing for publishing in media: Lingua Franca.

Lingua Franca is Bulletin in my campus, Tanjungpura University, Teacher Training and Education Faculty, and since three or four years ago has been handled by English Student Association. I am, as the recent secretary of the organization, also asked by the editor, one of my friend -Feriza Yudha- to also write (again) for the Bulletin, the same column: Student's Talk.

In my previous writing, I wrote about Moving Chair, here and there. Now, in the next edition of Lingua Franca *I still wonder when Reza will make it complete and get it to be interesting bulletin*, I get interested to talk about Choosing our own Class. The phenomenon actually has been popular in my campus since I was in the second, third, forth, fifth, sixth, and even now seventh. The class-choice is still a hot issue to talk about in my campus. That's why, since the column's name is Students' Talk, so I had a bit talk with some of English Department students about the case. Here is my report...


Do you still remember in what class you were when being high school student? In class A, B, C, D, or even E? Whatever class you were from, we believe you didn’t choose the class by yourself, did you? You had been set up to occupy the class, be a good ‘citizen’ of your classroom, and you were also OK about it.

Now, when you have been college students, will you still be OK to be set up for the class? Or, you tend to love choosing your own class for every semester you will be in campus?

Let’s check out what students say for this…

Frans Aji Muda Akbar, Media Covered and Networking Staff, ESA Member 2007
“I prefer to choose my own class. Choosing our own class means giving space for us in choosing the lectures who are going to teach us. I’m sure we can enjoy in learning when we can choose the lecture by ourselves”

Rivall Rinaldi, ESA member 2005
“I agree if our class is set up by our Head of Study Program. When we have been set up to fill in certain class, it can minimize the social jealousy among students. There is tendency, when some students can have the class based on their willingness, the other students will be jealous of it. So, I believe, to minimize the jealousy, setting up for the class is one of the solutions”

Rahmi Widiyanti, ESA member 2008
“For this beginning, I am ok to be set up to fill in certain class. I am now in class B of English Study Program. That doesn’t really matter because I am still new student here. I still have no idea about the character of the lecturers who teach me. Anyway, I hope, for the next semester, I can choose my own class so I can attend the class of the lecturers that I want them to teach me”. (dhz)

Well now, what about you, friends, bloggers, mpers, and all who just stop by to read this? Which one do you prefer? Choosing your very own class, or keeping on silent obeying your lecture -or your head study program- to be set up for the class?

CREATING WRITING HABIT OF ADULT LEARNERS

Noticing the phenomenon in our environment, we once could feel surprise when realizing that almost all learners in our city have no big intention for writing. Let's see the fact first. As we know, in language, there are 4 skills that the learners have to master. They are writing, speaking, listening, and reading. Our government, for the examination of language, put 2 skills in the set of questions: reading and listening both English and Indonesia. Reading and listening are receptive skill, while speaking and writing are productive skill.

It could be one of the factors why the learners seem to be lazy to write. They are not really demanded to produce something of their ideas. However, we actually can't really blame the government for this case. Personal motivation also takes part. “I don't really like writing. I prefer reading than writing”, said Fika, one of FKIP Students. “Sometimes, it's a bit hard for me how to start writing,” she added.

Well, the problem then is about beginning how to write. However, even after we know how to start writing, we are also demanded to have habit of writing. Without this, we will still have no willingness to write. Site writeitdone.com shared some steps to create writing habit. Check them out!

1. Set your habit in writing. If you don't commit to creating this habit on paper, you aren't really committed to forming the habit. If you want to form the habit, you have to be fully committed. Not on the edge, not “I'm going to try”, but “I'm really going to do this.” And you have to write it down, and post it somewhere you'll see it. What is your habit going to be, specifically? When and where and for how long and what will you do? Write it down.

2. Do it daily at the same time, with a trigger. It's best if you have a certain time of the day to start writing. I prefer early mornings, but you might like lunchtime, or right before bed. Just be sure it's a time that won't be pre-empted by other activities -- if you often get called into meetings in the late afternoon, for example, don't make that your writing time (unless you have the power to skip the meetings -- then by all means, do so!).

Just as important as having one time for writing is having a trigger. What's a trigger? It's the event that sets off your habit. For example, when I used to smoke, I had a number of triggers: I would smoke upon waking, when stressed, after a meeting, etc. When I wanted to change that habit, I had to change each trigger so that I had a new habit to replace smoking. Upon waking, for example, I would exercise instead. To create a new habit, you need to strongly associate your habit with a trigger. For example, let's say you want to write in the morning -- you might awake, use the bathroom, make your coffee, and then start writing. So making coffee is the trigger for writing, and using the bathroom is the trigger for making coffee, and waking is the trigger for using the bathroom. And as you wake every day, you have no problem. Choose a trigger that you know you'll do every day, and then do your writing right after it, without exception.

3. Commit yourself to others. As I said above, it's crucial to be fully committed to forming this habit. To do that, it's best to not make it a private thing, but to commit yourself publicly. Tell your family and friends, your co-workers, put it up on your blog, post to an online forum. Tell them exactly what you're going to do, and promise to report to them on a regular basis (see No. 6 below). This public commitment will give you the motivation you need to stay on track.

4. Put complete focus on it for one month. One of the keys to forming a new habit is focus. If you place your full focus on forming that habit, you're likely to succeed (especially in combination with the other tools on this list). If you are trying to create a bunch of new habits at once, your focus will be diffused. Don't fall into this common but tempting trap. Really give all your focus and energy to forming this new writing habit.

5. Find your motivations. What are your reasons for doing this? What motivates you to sit down and write? What will keep you motivated when you don't feel like writing? Knowing your motivations is important -- and it's best to write them down

6. Log it and be accountable. It's important to keep a log of your new habit. That could be as simple as putting a red “X” on each day on your calendar that you wrote. It can be a spreadsheet where you log the time and date, with notes. It could be a goals tracker. Or you could put it on your blog -- just a short entry each time you write, or a little note in your sidebar. Online forums are great ways to do this. However you do it, log consistently and immediately after you do the habit. And then share your log with the public somehow, even if it's just with family and friends. You need to have that public accountability.

7. Set rewards. Rewards are great motivators. Do them more often in the beginning: give yourself a small reward after the first day, and the second, and the third, then after one week, then two weeks, then three, and finally after one month. Make a list of these rewards before you start, so you can look forward to getting them.

8. No exceptions. The more consistent you are with your habit, the more ingrained it will be. You want the habit to be very strongly associated with your trigger, so that each time the trigger happens, the habit happens. This is what makes it a habit. If the trigger happens, and sometimes the habit doesn't, then you're not really forming a habit. So, while it's not good to beat yourself up about mistakes, it's best to tell yourself, “No exceptions!” Because one exception often leads to a second, and then a third. It's like telling yourself, “Just one cigarette!” If you don't feel like writing today, tell yourself very firmly: “No exceptions!”
What happens if for some reason you screw up and miss a day? Well, don't beat yourself up about it. Just analyze it and figure out why you missed a day, and find a solution so it doesn't happen again. Then keep going. It may take a little longer to form the habit, but if you don't allow exceptions from that point on, you should be OK.

9. Find inspiration. The best motivation is inspiration, in my book. When I'm forming a new habit, I like to read about others who've been successful. I'll read books and magazines and websites and blogs on the topic. Do the same with writing -- find inspiration, but just don't let the reading get in the way of the writing.

10. Make it fun. Above all, if the habit isn't fun in some way, you'll lose motivation over time. It's one thing to try to be “disciplined” but in the end, it's motivation that matters. You can't force motivation. So find a way to make it fun, either by playing some great music while you write, or having a cup of tea or coffee while you do it, or writing with tools you love.

Tuesday 4 November 2008

0,1 syndrome


Anda memiliki 9 sms 0,1 pada pukul 00.00-12.00 dan 96 sms 0,1 pada pukul 12.00-24.00.

Kurang lebih begitu bunyi balesan pesan waktu saya tekan *389#. Menyedihkan. Dibudakin sama free sms, yang sebenernya malah ga free melainkan penganiayaan jempol sekaligus pembelajaran tentang pemborosan. Yeah, gimana nggak. Setelah pengalaman sekitar setahun lalu yang akibat sms menyebabkan hape saya rusak, sekarang masa harus ngalamin kejadian yang sama? Jangan sampe rusak lagi. Sumpah, belum sanggup beli hape baru pake duit sendiri.



Sebenernya, bukan sekedar perkara hape rusak atau jempol pegel sih, nggak. Sama sekali nggak. Alhamdulillah hape saya yang kali ini cukup tahan banting untuk di otak atik, dibolak balikin gonta ganti kartu. Switching from my primary SIMpati number to IM3, dah hampir setiap hari. Malahan belakangan menjadi 2x sehari. Menyedihkan. Seharusnya punya hape 1 lagi yak? Weleh, mana duitnya? Hehe kasian amat. Saya lagi nungguin orang beliin hape. Katanya tunggu punya penghasilan trus punya banyak saving. Amien, smoga cepet berpenghasilan yah *ikhlas loh ini doainnya, serius!*

Sepertinya saya terkena sindrom 0,1. Sebuah sindrom yang muncul pada pukul 11 siang sampai 11 malam, lalu berlanjut dari 11 malam sampai 11 siangnya lagi. Habisin seribu rupiah dulu untuk 10x sms, lalu dapet 100 sms 0,1/sms. Jelang waktu smsnya abis, baru sayanya yang bingung mau dibuang kemana smsnya. Walopun kadang ada temen untuk habisin sms, tapi pas lagi ga ada, bingung sendiri juga. Mau ngirimin sms taujih, misalnya, ato sms berisi kalimat motivasi, kayaknya stok udah dipake di hari-hari sebelumnya. Orang-orang yang dikirimi sms juga yang itu-itu aja. Inboxnya sampe kepenuhan sama sms-sms saya hoho.

Untungnya ya, 100 sms ini, walopun harus diabisin dalam jangka waktu sangat singkat dan ga bisa ditabung buat besok-besok, bisa ngesms ke semua operator. Cuman, ya itu dia. Kalo saya ngsms ke operator lain, trus smsan sama temen *Dita* yang pake kartu dari operator beda, kasian dianya. Saya ngsms cuman 0,1/sms, dianya ngsms 150/sms. Weleh. Sedangkan temen saya yang pake kartu operator 0,1/sms seperti saya, terbilang sedikit. Ada siy, cuman ga biasa aja smsan sama mereka.

Akibat sindrom 0,1 ini juga, usaha untuk menghilangkan kebiasaan smsan sambil bawa motor, alias smsan pas lagi di jalan raya, jadi sedikit terhalangi. Kemaren-kemaren, saya sedikit berhasil menekan keinginan untuk ngecek-ngecek inbox pas lagi bawa motor. Eh, gara-gara program 0,1/sms ini saya jadinya memunculkan kembali kebiasaan berbahaya itu. Duh, kapan abisnya ya itu program? Apakah kalo nanti program itu usai, intensitas sms saya sama temen saya masih terus berlanjut? Haha. Stupid question, dan ga penting.

Saturday 1 November 2008

Mengenai sahabat (lagi, lagi)


Belakangan, saya merasakan gejolak aneh tapi membahagiakan mampir ke dalam kehidupan saya. Kenapa saya bilang aneh? Gejolak aneh itu adalah kedekatan saya lagi dengan seorang sahabat lama, yang sekarang menjadi jauh lebih dekat daripada dulu saat saya bersahabat dengan dia. Gejolak itu aneh, tapi beneran bikin saya senang. Rasa aneh itu sebenernya muncul lebih karena sahabat saya ini memang orangnya aneh: sering bales sms orang sambil tidur nyehehe *peace, taaa*.

Iyeap, setelah postingan saya yang di sini, di sini, dan di sini, kali ini saya pengen lagi eksprersikan rasa cinta saya untuk sahabat saya yang sangat saya *uhuk uhuk* sayangi. Seorang sahabat yang begitu mengerti saya, seorang sahabat bernama Dita Wulandari.



Kedekatan saya sama Dita, seperti yang saya paparkan sebelumnya, sebetulnya sudah terjadi sejak kami di semester awal kuliah dulu. Waktu itu, kita berempat: Saya, Rena, Elisa, dan Dita. Saya dulunya jauh lebih dekat dengan Rena dibandingkan dengan Elisa dan Dita. Deket juga sama mereka, cuman ga sedeket saya sama Rena dulu.

Hingga akhirnya serentetan kisah terjadi dalam persahabatan kami berempat. Rena yang tak disangka menikah di semester 4. Dita yang 'terpaksa' harus bekerja keras ketika kami duduk di semester 4 dan lantas malah meninggalkan kuliah. Elisa, yang tak disangka ternyata mendapat kesempatan untuk ikut program pertukaran pemuda ke Canada. Saya sendiri, tidak berdinamika apa-apa, selain seperti yang saya ceritakan di sini. Kuliah saya lancar. Ngelamar beasiswa belon berhasil-berhasil juga. Kerja, tapi tak tinggalkan kuliah *hehe, balak kan aku ta kikikik*. Dan belum ada yang melamar saya sehingga saya tetaplah Dini yang menjadi mahasiswi berbakti menduduki bangku kuliah hingga jelang semester akhir ini.

Lalu, bagaimana kisah kami berempat? Ya itu. Rena skarang dah punya anak 1. Elisa skarang masih di Canada. Dita skarang lagi jatuh cinta, dan semakin deket sama saya. Awal kedekatan kami adalah: nonton ESA tanding futsal. Saya inget, waktu itu Dita pas ga ada kelas, hari Jumat. Sebenernya ga ada rencana mau nonton futsal. Hanya mau ditraktir makan lamongan aja. Tapi, karena hari itu adalah hari perdana ESA tanding futsal, maka saya ajak Dita sekalian buad nonton. Eh, ternyata bisa.

Dari situ, saya sama Dita makin intim deh. Tiap malem mesti cerita kisah-kisah gila kami dengan orang-orang yang kami gilai dan menggila-gilai kami. Macem-macem dah. Saya ngerasa kayak orang jatuh cinta aja *hueks, ini hiperbola, kawan!*. Dita, punya beberapa sifat yang kadang bikin saya agak merinding: nyium saya. TENANG, Dita normal. Saya dah ngeliad langsung kok buktinya kikikik. Trus, Dita tipikal perempuan pekerja keras. Sangat baik dan tidak pernah pelit. Ga pernah nagih utang! Makanya, kalo mo ngutang, sama Dita aja. Nanti biar saya yang nagih hehe. Yang pasti, Dita sangat bersedia berbagi dan mendengarkan cerita-cerita saya. Seperti saya pun, sangat senang mendengar cerita-cerita Dita.

Yeah, sungguh. Setelah berbagi cerita, berbagi rasa, berbagi kesedihan dan semuanya sama Dita, saya merasa beban yang nggerendelin saya beberapa minggu belakangan agak sedikit terangkat. Ringan. Jauh lebih ringan. Rupanya, teori para psikolog tentang pentingnya teman sharing: 100% benar. Selama ini, saya hanya sharing segala macem cerita lewat laptop ini, dibekali password. Di blog, yea implisitly saya bagi-bagi. Sharing sama Allah, itu pasti.

Anyway, sharing dengan seorang sahabat yang begitu paham apa masalah kita, bersedia mendengarkan, bersedia juga berbagi tentang cerita-ceritanya dengan kita, sangatlah menyenangkan. Dan ini terjadi pada saya dan Dita. Adalah sebuah gejolak membahagiakan yang membuat saya mendapat semangat baru untuk hidup di dunia ini, saat mengetahui bahwa Allah anugerahkan pada saya seorang sahabat yang benar-benar MEMAHAMI saya, apa adanya saya, bukan saya ada apanya. Begitu bahagia ketika menyadari bahwa saya pun, bosa MEMAHAMI dia, apa adanya dia, bukan dia ada apanya.

Yeah, begitula Dita. Dita yang skarang mulai merintis semangat dari awal, kuliah dari semester pertama di Ekstensi FKIP Bahasa Inggris. Dita yang sekarang menomorsatukan kuliah, menomorduakan pekerjaan, dan menomortigakan urusan asmara. Sebuah pelajaran berharga yang saya coba terapkan, sambil belajar mencari klik, dengan tetap memprioritaskan urusat akhirat di atas segalanya, Insya Allah.

Iya ya ta? Akhirat tetap teratas!

Sunday 26 October 2008

Life Review: pilih rasa (lagi)


Saya, sepertinya, cukup senang menulis dan memisah-misahkan tulisan-tulisan saya, khususnya curhatan-curhatan saya, ke dalam beberapa tempat yang berbeda. Seperti tulisan yang akan saya bagi lagi kali ini, yang saya pilih untuk saya tuliskan dengan tangan di diary curhat implisit saya *weleh, skarang diarynya jadi ada nama hehe* daripada saya ketikkan di halaman blog saya.

Tulisan ini saya tulis dengan tangan, di diary curhat implisit, dengan perasaan cukup bahagia. Kalo ga salah inget, setelah diguyur hujan, setelah air mata menetes beberapa tetesan, setelah rasa hati lapang. Saya, juga sepertinya, senang sekali mengulas tulisan ini. Walaupun beberapa lamanya, ada perubahan juga, saya sempat pilih lagi dia di sini. Dan tulisan ini, lagi-lagi, topik yang sama.

Hari itu, Oktober 15, 2008



Hai... Assalamu'alaykum Wr Wb
Apa kabar hati? Masih pilih sedih atau sudah merasa jauh lebih baik?
Well, thanks so much Allah... Thanks so much to give me such wonderful power inside so I can stand in the earth, then choose a feeling namely:


HAPPY,

at least starting (again) from today.
Entah mengapa, rasa tak kuasa dan malas saya berhasil terbunuh dengan gerak langkah kaki-kaki yang Allah anugerahkan secara ikhlas pada saya. Kaki-kaki yang malah lebih bersemangad menuju tempat kejadian perkara, tempat-tempat habiskan waktu berharga, tempat mood saya sebenarnya tak terbangun dengan sempurna, sungguh logika sangat sombong terhadap rasa! Beberapa kali otak saya dibuat tak bekerja maksimal gara-gara hati. Pada saat otak saya sedang tidak berputar pada porosnya, tepat di saat itulah ruang hati tempat saya menyimpan emosi masuk menyeruak mengendalikan dini yang tak kendali dan kenali diri.

Syukurlah...
Suasana hati saya yang saat ini sedang jauh lebih baik datang berkunjung di hati dan pikiran saya. Mudah-mudahan dia betah berlama-lama, lalu memilih untuk tetap tinggal di sana, selamanya. Ya, aktivitas rupanya cukup berpengaruh dengan apa yang akan saya rasakan. Susunan kalimat-kalimat yang keluar dari hati paling dalam juga amat berpengaruh. Maka, saat apa yang saya rasakan sudah setara dengan apa yang saya dengar, ditambah aktivitas yang lancar dan menyenangkan, sungguh, suntikan energi untuk menjadi lebih ikhlas juga smakin meningkat.

Perasaan yang nyaman, yang sudah saya pilih hari ini dan berhasil masuk ke dalam lapisan hati, otak, dan perasaan saya yang paling dalam.
Yes, again, after being sad and having a feeling of being ignored, rejected, and far from willing-human being, I choose to be much HAPPY...

FAINNAMA'ALUSRIYUSRAA...