Memiliki beragam jaringan kerja, memiliki variasi karakter sahabat-sahabat tercinta, menghadapi begitu banyak sifat manusia yang berbeda-beda membuat saya luar biasa bahagia.
Tersebutlah, malam ini, seorang murid saya bercerita tentang problem yang saya anggap begitu sederhana, tapi bisa bikin dia pening kepala. Tawa spontan begitu saja lepas setelah dia akhiri obrolan di telepon. Hehe lucu aja mengingat murid saya itu dulunya pernah di cocok-cocokin sama saya, lalu malam ini dia bercerita bahwa dia sebenarnya ga mau jadian sama pacarnya yang juga murid saya. Waduh waduh... saya mau ngelamar jadi guru bimbingan dan konseling merangkap instruktur speaking English deh kalo gitu .
Iya, sejujur-jujurnya bicara, saya lebih senang meletakkan posisi saya sebagai teman bicara untuk murid saya daripada harus berdiri di depan kelas dan menjelaskan pelajaran yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Makanya, setiap kali saya berkesempatan mengajar, rasanya belum pernah sekalipun saya benar-benar mengajar yang sekedar menjelaskan materi. Kelas saya malah jadi garing kalau hanya berisi materi. Yeah, jelas ada materi lain yang lebih menarik dan lebih reachable ketika diterapkan langsung di medan perang, bukan di kertas putih bertinta hitam rapi penuh huruf.
Lagipula, sesungguhnya mereka bukanlah murid saya, melainkan teman sebaya yang memang layak dibagikan dan membagikan cerita. Selayaknya sahabat-sahabat saya yang luar biasa, mengingatkan dan diingatkan.

uesday, December 11, 2007
ReplyDeleteBukan hal mudah untuk menjadi pendengar daripada sekedar turut bersimpati atas apa yang orang ceritakan kepada diri kita. Mudah orang untuk menceritakan kepada diri kita dengan harapan kita mau mendengarkan keluhannya tanpa harus memberinya wejangan atau nasehat yang barangkali kita sendiri belum mengamalkannya.
Dalam setiap kesempatan, saya selalu menekankan kepada rekan kerja saya untuk menjadi pendengar yang baik jika ada yang menyampaikan keluh kesah ataupun curatan hatinya dengan harapan dukanya akan berbagi dengan kita. Tetapi tentu kita tidak mau diri kita menjadi 'bak penampungan' dari apa yang disampaikannya bukan?. Saya pribadi hanya berani menyampaikan 'nasehat', 'wejangan' atau apalah sejenisnya hanya jika diminta. Sebab saya kuatir, jika maksud baik kita malah disalahartikan oleh yang bersangkutan. Lebih parah lagi kalaw maksud baik kita itu menjadi bumerang kepada diri kita sendiri.
Lalu harus dimana kita memposisikan diri sebenarnya? Makannya saya sangat setuju jika kita meletakkan posisi saya sebagai 'teman bicara' atau 'pendengar yang baik' untuk masalah ini. Bukan mudah untuk menjadi pendengar yang baik. Saya pun harus belajar banyak dari itu semua.
iya...
ReplyDeletebahkan, gara2 sempat salah meletakkan diri tidak sebagai pendengar yang baik, saya hampir kehilangan seseorang walaupun sesudah itu saya menyadari, setiap orang pasti akan kehilangan seseorang...
tidak ada manusia yang bisa memiliki manusia.