dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Sunday 19 August 2007

I'm gonna be LEFT (again)?

Hati saya berdebar, bertanya-tanya apakah ini pertanda bahwa saya akan ditinggalkan (lagi) oleh seseorang yang saya tidak ingin dia tinggalkan saya, seseorang yang saya inginkan dalam porsi apapun *dengan sayang yang terasa maupun tidak*? Jika iya, maka ini adalah untuk yang keentah berapa kalinya saya ditinggal pergi *walaupun tidak benar-benar pergi* oleh seseorang yang kehadirannya saya harapkan.

Why should always be like this yaa? Berkali-kali, dan terulang lagi. Apakah saya ingin bermain melulu dalam kasus semacam ini? Apakah saya yang begitu memanjakan diri dengan emosional sesaat ini *sehingga muncullah apa yang disebut sebagai cinta lokasi itu*? Apakah itu cinta lokasi sungguhan? Apakah saya sebegitu bodohnya untuk tidak berpikir bahwa sebenarnya masih ada banyak hal untuk dipikirkan dan dipertimbangkan berulang kali ketika saya akan bertindak ‘memasang’ perasaan yang serius dalam hati dan pikiran saya?

Nah, dan mengapa pula belakangan ini saya jadi sangat bodoh menyibukkan diri dengan satu hal yang dulu berulang kali dan seringkali saya kumandangkan sebagai hal yang sama sekali tidak penting untuk dibahas? Jawabannya adalah: saya terlalu banyak bersantai-santai dan meliburkan diri dari aktivitas sehari-hari yang biasa saya jalani! *walaupun sesungguhnya dengan aktivitas yang banyak itu, tetap masih ada sedikit pikiran semacam ini*. Tapi, apakah benar hal itu sekarang tidak penting untuk dibahas? Bukankah penting tidak pentingnya suatu hal untuk dibahas tergantung situasi di mana kita sedang berada?

Situasi tempat saya berada saat ini adalah ketika saya benar-benar membutuhkan satu orang saja *selain sahabat-sahabat yang baik dan berharga serta keluarga yang selalu siap sedia* untuk temani saya berbagi rasa. Apakah berarti pacar? Apakah harus pacar? Apakah harus ada kata dan proklamasi bernama ‘pacaran’ untuk ‘memiliki’ satu orang yang bisa saya ajak berbagi rasa kapan saja? Saya yakin, teman-teman yang membaca tulisan saya ini dengan pemikiran dewasa bisa bedakan bagaimana rasanya berbagi dengan keluarga, bagaimana rasanya berbagi dengan sahabat terbaik dan berharga, dan bagaimana rasanya berbagi dengan satu orang saja yang sedang saya butuhkan itu. Memang, terasa dan terbaca *barangkali* bahwa situasi saya saat ini seperti orang yang tidak pandai bersyukur dan tidak bisa bersabar. Yeah, itulah kenyataannya.

Ternyata saya tidak cukup bersyukur dengan banyak hal yang sudah Allah berikan kepada saya. Saya jadi mengingat lagi obrolan saya dengan salah satu sahabat saya yang sangat berharga, bahwa dia tidak begitu mengharapkan seseorang yang saat ini dekat dengannya untuk selalu ada di sampingnya. Dan saya bisa melihat kenyataan tentang teori yang tidak semudah praktek. Terbukti, dan begitu terasa sampai ke hati.

Yah, marilah biarkan saya menyimpulkan mengenai masalah saya ini. Masalah ini sesungguhnya selalu muncul tiap waktu kapanpun ia mau. Hanya perkara hati saja *lagi-lagi hati*, untuk mengokohkan semangat diri bahwa saya sebetulnya mampu kok hidup tanpa harus ada seseorang lagi untuk diajak berbagi. Nanti, pasti bisa datang sendiri, jadi jangan dicari. Kuncinya: bersabarlah, dan berusahalah untuk jadi yang terbaik.

1 comment:

  1. neng. lay out kamu yang bagian header ganti gambar yg jangan terlalu gede.. yang sedang2 aja.. eheheee.. kayak dangdut aja.. yah, pokoke biar proporsional gitu ^^

    ReplyDelete