dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Tuesday, 21 May 2013

Like I Care

Membenci adalah perasaan paling boros dan membuat lelah. At least to me. Sehingga, ketika saya beneran tak suka dengan sesuatu, atau seseorang, saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak sampai membenci, melainkan mengatur perasaan saya menjadi indifference, alias cuek, alias tak peduli. Kalo kata orang melayu mah, LIKE I CARE. Terjemahan bebasnya: Mane Duliiii :p

Kinda sensitip? *sensitip, pake p* Aaaah, itu mungkin menurut kamu ajaaaah. Serah deeeh seraaah ;p ;p ;p *winkwink*


Makanya, ketika saya memang beneran maleeees banget dengan sesuatu *atau seseorang*, salah satu cirinya adalah: saya tak mau membahasnya sama sekali, dan memilih opsi 'indifference' yang telah tersedia \(^.^)/ Ngebahas aja males, apalagi nyamperiiin. 

Bukankah perihal perasaan kita sendiri yang pilih? Menurut saya sih iya. Tahun 2007 saya pernah menuliskannya, Memilih Perasaan. Jika happiness saja bisa is a choice, then why being indifference can not be a choice too? Semacam controlling the feeling, gitu.

Jadi, daripada boros perasaan, cuapek membenci, kesel, ngedumel, buang-buang waktu, sementara masih ada perasaan bernama indifference, kenapa saya harus merepotkan diri sendiri dengan orang/barang/jasa *berasa belajar ekonomi :p* yang tak perlu dikasih rasa sama sekali? :D Dituduh sensitif? Serah lo deh, seraaaah ;p

[Image credit: here]

Sekedar #MenolakLupa, bahwa lawan dari cinta/suka/simpati itu bukanlah benci, melainkan tak peduli.

Karena, Ketika seseorang membencimu, ia masih sisakan 1 ruang dalam hati dan pikirannya untukmu, kau masih dianggapnya ada.

Tapi ketika seseorang sudah tak lagi peduli, dirimu tak berada dimanamana dalam kehidupannya.

Jadi, saat ada orang yang membencimu, santai saja. Dia masih mikirin kamu kok.

Tapi kalo orang yang dulu care sama kamu sekarang sudah tak lagi peduli, ya udah, jangan peduli juga sama dia. Gitu sih kalo menurut saya. Hihihi (^.^)v

Sebagaimana marah *yang adalah salah satu dari sekian banyak jenis emosi* bisa kita kontrol, maka demikian pula dengan opsi yang 1 ini: indifference.

Apakah cukup Jelas? Bagooooeeees d(^.^)b


*eh btw sori yak kalo ada yang tersinggung. Ciyus, ini postingan bukan ditulis untuk menyinggung, melainkan dalam rangka menolaklupa sembari self-curcol. Kalo ada yang tersinggung, ya maap. Saya gak nuduh sensitip lho ya *ehh

12 comments:

  1. Replies
    1. Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh

      Delete
  2. membenci boleh-boleh saja..asal bukan orangnya yang dibenci, tapi sikap atau kelakuannya... , tapi ada juga yang senang dengan benci alias benar2 cinta :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. shadaqta.. membenci karena Allah, sah :D

      Delete
  3. persis...sayapun gituh...ngapain juga sensitif kalau saya sendiri tukang becanda...kalau dia ngga suka..ya udah, EGP..wong saat lahir juga saya cuman sama ibu berdua saja, bapakku juga coman nonton diluar sambil komat kamit ko'...loh?!....apa coba?.
    #nyantai kaya dipantai azh yu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi kang hadi mah gak punya perasaan, mana bisa sensitip *ehh

      Delete
  4. Maap aku orangnya tak peduli, jadi gak tersinggung tuh...hihihi

    *nyeruput teh lagi*

    ReplyDelete
  5. Benci sama juga buang-buang energi, orang lain seneng2 aja kita malah susah....
    sayah kira indifference is smart choice..

    ReplyDelete
  6. wah aku baru tau loh, kalo Ketika seseorang membenci kita, ia masih sisakan 1 ruang dalam hatinya dan pikirannya untuk kita, dan kita masih dianggapnya ada. nice post :)

    ReplyDelete
  7. ahh, kalo saya sih, jadi orang paling cuek sedunia, bisa.
    aman deh..

    ReplyDelete