Aware: postingan ini bersifat curcol, dan mungkin agak 'berat' dan agak sulit dipahami :p Boleh langsung ke kolom komen, ciyuss deh..
"Ana belakangan kok udah gak pernah ketemu akh X lagi ya di tatsqif?". "Oh, beliau sudah pindah ke harokah A akh."
Obrolan seperti dialog singkat di atas barangkali sudah tak asing lagi terjadi dalam kehidupan para aktivis dakwah. Seorang aktivis dakwah pindah dari satu harokah ke harokah lain adalah hal yang biasa kita temukan. Bahkan, tak lagi berada dalam gerakan dakwah manapun juga biasa terjadi. Demikianlah, manusia dengan pilihannya masing-masing.
Memang benar bahwa di jama'ah dakwah mana pun kita berada, merupakan pilihan dan hak pribadi kita. Setiap aktivis dakwah berhak memilih harokah yang menurutnya sesuai dengan yang ia cari dan butuhkan. Lagipula, setiap gerakan dakwah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Selagi masih dalam bingkai amar ma'ruf nahi munkar, maka tak ada alasan bagi kita untuk tak lagi menjalin persaudaraan.
Harokah, atau yang Dr Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir MA dalam bukunya “Menuju Jamaatul Muslimin” istilahkan sebagai “Jamaah Minal Muslimin”, hanyalah sarana dakwah dalam menegakkan kedaulatan Islam. Masing-masing memiliki ciri khas. Bahkan beliau pun berpesan dalam buku tersebut, bila ditemui harokah yang lebih baik, kita harus beralih ke harokah tersebut. Atau pilihan lain, bila menemukan harokah tempat kita bernaung memiliki kekurangan, kita wajib membenahinya.
Permasalahan muncul ketika kita keliru menyikapi perbedaan harokah tempat kita bernaung saat ini. Apalagi di era media sosial yang kian terbuka ini, arus informasi makin kencang dan tak terbendung. Tak jarang, tanpa sadar, kicauan-kicauan kita di sosial media cenderung menjelek-jelekkan harokah lain. Semakin miris dan menyedihkan ketika harokah yang dinyinyiri adalah harokah tempat kita pertama kali dikenalkan tentang Islam, tempat pertama kita keluar dari masa-masa jahil dan degil menuju perubahan diri menjadi sholih/sholihat.
Apakah salah jika pindah harokah? Kalo mau pindah sih silakan, hak pribadi masing-masing. Pilihan masing-masing, yang konsekuensinya ditanggung sendiri-sendiri. Hanya saja, bila sudah pindah lantas menjelek-jelekkan atau secara aktif nyinyir dengan tempat kita bernaung sebelumnya, serta berpotensi menyakiti hati saudara dan teman-teman yang masih berada di sana, sepertinya ada yang salah dengan pribadi diri. Harus perbanyak jatah tilawah per hari, supaya kita tak sempat menjelek-jelekkan saudara sendiri.
Tak perlu saling sikut untuk menuju surga. Justru yang diperlukan adalah bergandengan tangan sesama muslim, karena hal itu yang Allah cintai. Perbedaan boleh saja disisipi nasihat, tapi nasihat yang lahir dari kelapangan hati dan kesadaran akan wajibnya menjaga ukhuwah. Dengan begitu nasihat menjadi bumbu manis dalam perbedaan.
Demikianlah. Betapa bersyukurnya saya dibesarkan di lingkungan tarbiyah, yang tak pernah diajari para murobbi dan murobbiyah kami untuk menjelek-jelekkan saudara sendiri, diajari agar mampu bersinergi, bekerja bersama-sama dalam cinta dan harmoni untuk menyambut tibanya ustadziatul 'alam.
*Jazaakallah untuk akh Zico yang sudah editkan tulisan ini d(^.^)b
bner bnget tuw. lebih baik, kita bersama-sama, jganlah seperti itu...
ReplyDeleteyoha
Deletesaya setuju dengan pernyataan mba dini, "Tak perlu saling sikut untuk menuju surga. Justru yang diperlukan adalah bergandengan tangan sesama muslim, karena hal itu yang Allah cintai"
ReplyDeleteApapun harakah nya, kita semua sama-sama muslim, semua bersaudara.. Rasanya tak patut sesama saudara saling sikut, menuding satu sama lain, merasa paling benar diantara yg lain.. Sungguh akan menjadi indah bila semua harakah itu bersatu, saling membenahi... karena tiket menuju surga tak akan pernah habis walau dibagi-bagikan ke seluruh makhluk di muka bumi ini.. :D
eh iya, salam kenal ya mba dini :D
toss :)
Deletesalam kenal juga Mrs. Husaini :D
ikut setuju, kita memang seharusnya tidak saling sikut dan menjelekkan harokah apapun itu namanya, masing2 punya kelebihan dan kekurangan...
ReplyDeleteyang jadi masalah adalah jika si A pernah ikut harokah B, sebaiknya tidak mengumbar rahasia harokah B tersebut. Kita mau ke jakarta bisa lewat jalan mana saja pasti sampainya, tapi masalahnya pake kendaraan apa dulu. harokah ibarat sebuah kendaraan, jika mau sampai dengan selamat menuju khilafah islamiyah, pakailah kendaraan atau harokah yang benar
Al islamu qobla Al jamaah atat Al jamatu qobla Al islam ?
betuuul..
DeleteKalo kata ustadz Tiffatul: dakwahkan tentang Islam, ajak pada nilai-nilai Islam, baru mengajak berdakwah bersama jamaah :)
tadi siang masuk sini, cuman keburu ada tamu, ngga jadi pertamax deh tuh...
ReplyDelete*pukpuk
Deleteikut setuju juga deh,kang muroi..heeee..ane ma'mum deh ame ente-ente pade...
ReplyDeletehehehe pak ustadz
Deletesaya meng aminkan pernyataan kang El saja lah...
ReplyDeletekagog dan ragu saya mah kalau harus ngomentarin yang beginian, tapi kalau artikelnya soal korupsi dan penyelewengan yang dilakukan pejabat negara mah biar serahin kesaya saja.
bikin aja kang artikelnya, nanti saya yang komen :)
DeleteTapi sekarang ada sebagian orang ikut harokah hanya ingin mengambil dari perkumpulan harokah itu sendiri, istilah berbisnis. Jamaah dijadikan ladang kehidupannya.
ReplyDeleteharus segera diluruskan niatnya.. kasian ikut harokah kalo niatnya hanya dunia :(
Deletesepakat, sebagai sesama muslim, kita dianjurkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan, bukan dengan menyindir, apalagi saling menjelekkan satu sama lain...., kalau ada muslim yang suka menjelek-jelekkan kepada sesama muslim, maka hal itu patut dipertanyakan tentang keislamannya termasuk harokah-nya....karena sesungguhnya islam itu indah, sejuk dan cinta kedamaian salam :-)
ReplyDeletesaya kehilangan ide untuk berkomentar mba,ikut setuju saja,memang itu bahan yang mau saya komentarkan,hampir sama dengan rekan-rekan di atas.
ReplyDeleteBener Mba kita harus seiya sekata dengan soda, harus bisa menghargai satu sama lain bukan hanya sama saudara sendiri tapi dengan orang lain juga. Mba apakabar? aku baru online Blogger lagi nih :) Semoga sehat yah disitu!
ReplyDeletesoda kurang ra zal :p
Deletealhamdulillaah kabar baik.. aamiin, semoga faizal sehat juga :)
kut yg terbaik aja dech, tp sebaiknya kebersamaaan dan tdk saling menjelekkan hrs selalu dijaga
ReplyDeletesip mbak :)
DeleteYang perlu diingat ketika kita masuk dalam sAtu harokah anggap saja sebagai kendaraan atau mobil yang sedang menuju terminal. Kalau harokah jelas ghoyahnya Allah ya kita ikut saja tapi kalau sudah melenceng boleh koq kita pindah yg lebih baik. Kendaraanya baik sopirnya gak ugal ugalan trus jalannya juga mulus sehingga sampai tujuan dengan selamat. Dan satu lagi mbak jika ada yang menjelek jelekkn berarti dia sendiri yg jelek$
ReplyDeletebetul win, plus harus tsiqoh sama qiyadah :)
Deleteraiit, teko yang berisi teh takkan mengeluarkan air kopi.
bukan sesama muslim aja, tapi universal
ReplyDeleteyoah.. tapi di tulisan ini konteksnya khusus muslim mas bro ;)
DeleteMudah2an begitu seterusnya, alangkah indahnya jika sesama muslim saling menghargai perbedaan dan menghormatinya.
ReplyDeleteSeperti saya dan Mang Cilembu antara yg muda dan yang udah sepuh.
huwakakakak ujung2nyaaa ye mbak Indah :P
DeleteIndah sekali...
ReplyDeleteSalam dari kami
www.smkalfurqon.com
Masyaallah.. ternyata ada yg berpikiran sama dgn saya. :') saya termasuk yg lelah dgn perpecahan dlm tubuh muslimin.. membeda2kan org semata dari dimana ia berafiliasi.. padahal, kl ditanya, "Kamu golongan apa?" Dgn bangga saya akan menjawab, "Saya muslim!"
ReplyDeleteIndeed! Ini tulisan 4 tahun lalu, tapi sepertinya hingga kini masih terjadi ya :)
DeleteKalau mengikuti lebih dari satu harokah, tergantung kebutuhan, boleh juga?
ReplyDeleteWaah baru baca komen kak diar 😁 Boleh2 aja kak, mengambil manfaat dan kebaikan dari tiap harokah.
Delete