This is, basically, an NTMS (note to my self) post. Tapi semoga bermanfaat juga untuk teman-teman deh ya.
Pernahkah teman-teman membaca sebuah judul yang bombastis, tendensius, cetar, menggelegar, dan menggemparkan dunia maya lalu langsung berkomentar *terutama komentar yang disertai dengan kecenderungan shu'udzon* bahkan tanpa membaca isi berita atau tulisannya terlebih dahulu? Memahami suatu case sepotong-sepotong, trus pura-puranya ngerti.
![]() |
Sumber Gambar: Muxlimo |
"Pelaku Bom Boston Diduga Terkait Kelompok Teror Imarat Kavkaz"
Apakah ada hal yang terlintas di pikiran teman-teman ketika membaca 4 judul berita di atas? Kalau saya sih ada :)
Apakah ada hal yang terlintas di pikiran teman-teman ketika membaca 4 judul berita di atas? Kalau saya sih ada :)
Itu hanya 4 contoh judul berita yang menurut saya, cukup menarik minat para internet user, terutama yang aktif di media sosial, untuk ikut serta memberi komentar. Baik komentar yang diberikan sebelum maupun sesudah dibaca.
Orang-orang yang sedari awal memang sudah menaruh sentimen, benci, tak suka, tak kenal, eneg, empet sama FPI, sama PNS, dan sama 'teroris' plus kurang memaksimalkan fungsi otak untuk memahami suatu permasalahan secara menyeluruh, cukup berpotensi untuk langsung komentar semacam: "Dasar sok suci!" "Berlindung di balik jubah" and so bla bla blaaa. Atau, "Makanya jangan jadi PNS!", atau "Ckckck abdi negara kok kayak gitu" and so bla bla blaaa. Atau, "Tuh, janggutan sih, diduga teroris deh", dan lain sebagainya.
I am not part of FPI. None part of PNS. Bukan fans-nya Ayu Azhari. Apalagi teroris. Bukan. Saya bukan pembela mereka. Itu contoh doang yes. 4 komponen dari berita sehari-hari yang cukup sering dikomentari begitu saja, tanpa mikir bahwa tiap komentar yang kita berikan pada berita-berita tersebut pun, kelak akan ikut kita pertanggungjawabkan di akhirat. Baik itu kita berkomentar melalui identitas pribadi kita, maupun lewat identitas anonim. Di akhirat nanti, tak ada istilah hamba Allah 'anonymous' ya toh?
Kalau kata Sheila On 7: "Lihat, Dengar, Rasakan", bolehlah kita tambah menjadi: "Lihat, Dengar, Rasakan, dan Pahami".
Misalkan setelah kita baca judul berita, lalu membaca secara keseluruhan isi berita tersebut dan keukeuh ngasih komentar yang menurut kita layak disuguhi komentar demikian, yah itulah hak tiap orang, pilihan masing-masing individu. Komentar kita itu, bisa jadi benar, walaupun mungkin saja keliru. Dan yang patut kita ingat adalah bersama, kita bebas memilih dan berkomentar, namun tidak terbebas dari konsekuensi komentar dan pilihan yang kita.
Oh iya, tadinya mau ngasih judul "Belum Paham Langsung Komen" untuk postingan ini. Tapi ntar khawatirnya malah jadi pada segan mau komenin tulisan ini hehehe. Walhasil, kata 'komen' saya ganti jadi 'sentimen', karena memang demikianlah inti dan maksud dari tulisan kali ini :)
Dan bicara tentang komentar dengan kecenderungan shu'udzon di awal tadi, saya pun tak ingin terjebak dalam kecenderungan tersebut. Oleh karena itulah tulisan ini saya publish. Husnudzon saya kepada orang-orang yang asal komen tanpa baca judul *or let's say they are Generasi Pembaca Judul* apalagi komentar dengan kata-kata kasar: mungkin mereka belum paham case-nya secara menyeluruh, atau jika mereka *katakanlah* sudah paham, bisa jadi mereka belum tau kalau komentar-komentar itu pun nanti dimintai pertanggungjawabannya, atau mereka belum pernah diajari bahwa di dunia maya pun perlu etika. Hihihi, mudah kaaan berbaik sangka :P
Bukankah husnudzon (berbaik sangka) itu jauh lebih menenangkan dan membahagiakan diri daripada shu'udzon (berburuk sangka)? Jadi, mari kita biasakan husnudzon, supaya otak kita tidak lelah, supaya tidak 'menyiksa' diri sendiri, minimal, supaya tidak menambah pundi-pundi kotoran di hati ^^
njajal....pertama ora
ReplyDeletekeduax!
DeleteKebanyakan kan gitu mbak, baru baca judul udah " Mengkafirkan" prang lain. padahal masih belum membaca isi beritanya. Hebatnya lagi...udah ndak baca langsung "Ngomel" apa ndak parah nih? Hahahah
Deleteyah mungkin itu segelintir orang yg ingin mencari sensasi ajah...... maklumi ajah deh. saya seneng nonton sambil ngopi sama Mang ubi, yang lain lewat.
selanjutnya :-)
DeleteMbak indah: naaah iya banget mbak indah.. apalagi kalo yang ngafirin sodara sendiri dan kitanya masih sholat 5 waktu, rasanya sediiih hiks hiks.. iya deh, maklum aja.. kopinya bagi 2 ya sama saya.. mang ubi suruh bikin sendiri lagi aja
DeleteMas hari: selanjutnya tidur mas :P
saya masih melek
Deletesaya nonton sambil teriak-teriak aja...
DeleteSaya mantengin PECEH sambil liat pergerakan harga Forex Trading. Ealaaa
DeleteWiiiih kang asep maenannya sekarang tingkat tinggi cuuuy
Deleteiya tuh cuy...maenan orang cerdas tuh...saya pernah maenin itu...nih jidatku tambah lebar..kalau ngga percaya sini deh deket deket...nih liatin deh..iya kan
Delete@Cilembu Thea :oh ya bener bener. Jidatnya ada warna kebiru biruan. Itu kepentok pintu mestinya ya
Deleteiya bener teh saya pernah posting , terus promo ehh ada yang komen ga enak, dia cuma baca judulnya doang abis itu udah komen dan walhasil saya jadi empet bin sanusi ehh.. ya gitu lah pokoke makannya kita di kasih mata 2 hidung 2 dan kuping dua itu supaya ngomongnya ga sembarangan karena mulutnya cuma satu.. :) inspiratif teh
ReplyDeletekalo komen masih nyambung lumayan yee mas tofik.. kalo komen jualan obat, nah itu bikin empet hehehe
Deleteempet kalau dicilembu sama dengan rapet loh m'ba.
Deletepintunya udah empet karena udah sore.
Deletedah malam Bang..
DeleteEmpet kali empet enambelas
Deleteah jadi malu..soale lebih sering baca judulnya doang, langsung liat komentar yang lain...langsung deh ikut komentar.
ReplyDeleteudah ah malu sayah...pulang aja deh...hehehe
intinya(ngope kebiasaannya kang rawin)
"husnudzon (berbaik sangka) itu jauh lebih menenangkan dan membahagiakan diri daripada shu'udzon (berburuk sangka)"
loh kok mirip lagunya obbie mesakh...malu aku malu, pada semut merah :-)
Deletekang hadi, hehhhh ga boleh balik, belom komen! *tarik*
Deletemas hari, maklum mas.. penyanyi emang suka gitu.. *nuduh*
saya mau ngambek sama admin ah...bolak balik tiap hari kesini, tapi ngga pernah dapet peluk sayang...huh
Deleteudaaah.. peluknya diwakilin sama pak zach tauk.. masa gak berasa..
Deleteenake'...emangnya saya cowo apaan.
Deleteya cowok idaman lah kang cilembu
Deletehahh??? jadi idamannya Mas BG ya?
Deletehah..?? mau anggar ya
DeleteAKu datang. Berpelukaannnnn
Deletekang asep pelukannya sama saya ajah...maukan?
Deletewogah dengan kang BG mah...lebih parah dari kang zach...hihihihi
*nonton bapak2 rebutan pelukan*
Deletekalo aku sih aman
Deletega pernah baca judul apalagi isinya langsung komen...
nah itu baru keren
Deletekira-kira sama dengan menjudge buku dari covernya ya...,
ReplyDeletetapi memang begitulah manusia, ada yang asal koment saja tanpa membaca isi, mungkin karena mereka belum memahami tentang etika perkomenan, jadi kita berdoa saja semoga mereka yang sering asal koment mendapatkan pencerahan ... :-)
iyup, mirip2 gitu deh mas hari :)
Deleteaamiin aamiin.. bener mas, selain husnudzon sama mereka, doakan juga perlu ya..
saya berdo'a buat diri saya sendiri dulu..xixixi
DeleteDoa mulai.
DeleteSelesai.
nah itu dia
Deletepantesan aku banyak yang menjudge
berarti gara gara aku mantap cover boy ya..?
ya itulah orang yang biasanya di otaknya sisinya rasa sentimen semua, denger dikit langsung di skak, padahal ga tahu maksudnya
ReplyDeletesaya juga sering eneg alias mau muntah sama komen-komen di yahoo, kompasiana dan yang lainnya yang seringkali mendiskreditkan islam, partai islam dan yang berbau islam
iya banget bang muroi. tapi apapun kata orang, kerja lanjut teruuuus...
Deletejangan lupa gerobak di tarik tuh...
DeleteBantuin. Tarik sampe bali.
Deletewaduuhhh... nocommen deeh,,,
ReplyDeletehahahaha.....
terkait benci atau tidaknya, mungkin itu menjadi privasi tersendiri bagi individu yang menjalankannya. Toh, yang baca artikel maupun yang tidak kan boleh menilai sendiri kan?
dan kalau aku, aku harus mengakui memang ada (hampir lebih) kebencianku pada dua dari empat narasumber yang dijelaskan diatas.
tapi aku enggan mengungkapkannya disini, takut terjadi perang dunia kesembilan.
hihihihi :D
nocomment tapi panjang nih :P
Deleteyoi mas, as clearly stated above: "Misalkan setelah kita baca judul berita, lalu membaca secara keseluruhan isi berita tersebut dan keukeuh ngasih komentar yang menurut kita layak disuguhi komentar demikian, yah itulah hak tiap orang, pilihan masing-masing individu. Komentar kita itu, bisa jadi benar, walaupun mungkin saja keliru. Dan yang patut kita ingat adalah bersama, kita bebas memilih dan berkomentar, namun tidak terbebas dari konsekuensi komentar dan pilihan yang kita."
:)
membenci pun, hak asasi setiap orang.. yang penting jangan sampai berlaku tidak adil gara2 kebencian kita aja :) (QS AlMaidah ayat 8)
no-comment..!!
Deleteaku n'dodok bari sila
Deletekomen banyak ah
Deletekomen yang ngasal serta mendiskreditkan, layak dapat gugatan ya...
ReplyDeletehehe, kebayang dong kalo gugatan di pengadilan isinya gugatan tentang komen yang remuk, kayaknya asyik tuh, buat pelajaran para pengkomen yang rese.
tapi kalo komen ala KPK masih boleh kan?
kalau ala KPK sah-sah saja Bang. yang komen sama yang di komen sama aliranya..wkwkwkwk
Delete*bukan aliran sesat loh...
Iya tuh pak, di twitter ada yg dilaporin gara2 komen tidak berdasar fakta hihihi.
DeleteWuiiih kalo buat teman2 KPK siiiik, bebas2 bergembira. Yang penting OOT dan tidak mengandung anak hasil zina, karena zina haram hukumnya. (contoh komen OOT :p)
terus mau apa lagi coba?
Deleteahahahha...komen OOT itu asyik juga sebenarnya :D
Deletesaya komen dikit aja mbak.
ReplyDeleteyang banyak saya titipkan di atas..xixixi
*nggak nyambung, biarin aja.
Apa siiih yg ga boleh buat bli setiawan? Semuanya gak boleh!
Deletebuat saya mbak?? ^_^
DeleteHiheiheie. Kodok datang. Kali ini jurusnya nda dipake maklum celananya sedang dijait tetangganya si kodok.
ReplyDeleteNgomen memang hak yang bersangkutan, tetapi jika komennya sudah memasuki wilayah pribadi orang lain tentu tidak etis. Kurang santun barangkali layak disematkan.
Tinggal sikap kita saja terhadap mereka mau diapakan. Jika substansinya benar namun penyampaiannya tidak santun juga kurang baik. Maksudnya baik tapi penyampaiannya tidak santun juga kurang etis.
Beda tipis memang antara kritik membangun dengan bukan kritik. Laksana sepakbola itu ada dua macam : Permainan keras dan Permainan Kasar.
Naaaah ini dia maksud saya hehehe.
DeleteKalau boleh ngutip kata2 dari Ustadz Rahmat Abdullah: "Jangan kritis meninggalkan etis", gitu ya kang :)
#manggut manggut
DeleteHmmmm emang bgtu, apalagi komentar2 di kom*as, rata2 menjijikan kalau sy lihat, hehehehee
ReplyDeleteHu umm. Salah 1 inspirasi nulis ini juga krn komen2 dgn bahasa kasarrrr di beberapa portal itu hehe
DeleteBagus mba dini ~~
ReplyDeletetapi bingung, apakah sudah membaca atau belum membaca menjadi sebuah parameter yang menentukan sebuah komentar boleh menggunakan kata-kata kasar atau tidak?
Tentu ada etika disana,tetapi etika apa yang tidak dipakai jikalau apa yang dikatakan benar meskipun menggunakan bahasa kasar?
Kebenaran tetap ada kan meskipun diselimuti oleh sebuah kata - entah baik atau buruk sebuah kata, itu hanya tergantung pada subjektifitas si pendengarnya.
Hormat saya,
Egi Ryan
Pengkomentar yang telah membaca isi bukan hanya judul,
Bagi saya, baik sudah atau belum membaca isi tulisan, kata2 kasar tetap tak elok dikeluarkan. Tidak ada parameter apapun, karena sebetulnya inti dari tulisan ini adalah: kalo tidak paham permasalahannya, alangkah baiknya memilih untuk diam, daripada komentar sembarangan. Apalagi komentar dgn kata2 kasar.
DeleteRight, kebenaran itu mutlak. Tapi kebenaran yg disampaikan dgn bahasa kasar, bagi saya sih, telah menurunkan kualitas yang menyampaikan. Dalam agama saya (Islam), kebenaran dicontohkan oleh Baginda Rasulullah, disampaikan dgn cara yg benar, bahasa yg benar.
Hmmm bisa jadi subjektif sih kalo untuk baik buruk sebuah kata. Bagi orang yang terbiasa dengan kata makian seperti 'anj**g', *breng**k', dan lainnya, mungkin kata2 tersebut tidak cukup buruk hehehe.
Yah kalo kata aa gym mah, layaknya teko, isi kopi keliar kopi, isi teh keluar teh, jadi manusia itu mengeluarkan kata2 pun sesuai dgn apa yg ada dari dalam dirinya ^^
maaciiw yah mas egy udah baca sampe selesai + kasih komen bermutu d^.^b
saya juga baca sampai selesai kok mbak...tapi berhubung lagi buru2 dan ngantuk , jadi komennya ini aja deh...wkwkw
ReplyDeletenggak masalahkan ? :P
kalo Hani sih daripade komennye asal mendingan kasih smile aja kayak gini
ReplyDelete:)
hahahahahhaha tapi kamek bace sampe selesai kalo judulnye bombastis
Mbak dinies, Oliv kasih sedikit materi dari dosen yah :)
ReplyDeletekalimat2 diatas yang disebut hipno writing, dimana seseorang langsung berempati terhadap berita yang disampaikan dan mencoba mengetahui lebih dalam informasi didalamnya.
Namun dalam kenyataanya sebagian trik yang digunakan menjadikan pembaca langsung berpendapat instant.
Salam hangat.. :)
keren benar2
Deleteharusnya tetap menjadi gelas kosong sebagai pembaca
ReplyDelete-_-
penulis juga tak terlalu terbaa suasana
tetap pada idealis jurnalistiknya
:3
yang pasti kalau baca di selesaikan juga
-_-
#ah apa2an ini
Di blog saya itu mba... duuhh, banyak banget yang kayak gitu komennya, gak baca hanya judulnya aja, contohnya posting saya yang tentang "Westernisasi Siapa Yang Salah", adaaa aja yang ketara banget gak bacanya atau memang gak paham? Kalau saya jadi lucu aja, terus malah bahas hal lain yang dikiranya humanis, bagi saya malah terkesan retoris., malah ada yang nasihatin segala.... lah, bener-bener dah dia gak baca., ckckc (lah kok ini saya malah curhat yak) :D
ReplyDelete