Menurut para ulama, ikhlas adalah kesamaan perbuatan seseorang antara lahir dan batin. Diantara tanda-tanda ikhlas adalah pertama,tunduk pada kebenaran dan menerima nasihat sekalipun dari orang yang lebih rendah tingkat ilmunya. Orang yang ikhlas akan lapang dada ketika kebenaran itu nampak pada orang lain.
Al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani bercerita dalam kitabnya Tahdzibut Tahdzib ketika menulis biografi 'Ubaidillah bin Hasan al Anbary, salah seorang yang terkemuka ulama dan seorang qadhi di Kot Bashrah. Salah seorang muridnya bernama Abdurahman bin Mahdi menuturkan: "Pada waktu itu kami sedang mengurus jenazah, ada yang bertanya kepada beliau lalu beliau salah menjawab. Maka aku berkata kepada beliau, 'Semoga Allah meluruskan engkau. Jawaban itu seharusnya demikian... dan demikian....' Setelah diam sejenak beliau berkata, 'kalau demikian aku tarik lagi pendapatku dan aku menundukkan diri. Sungguh menjadi ekor dalam kebenarn lebih aku sukai dari pada menjadi kepala dalam kebatilan."
Kedua, tanda ikhlas yang lain adalah tidak cepat memberi fatwa dan memutuskan suatu hukum. Oleh karena itu para ulama salaf menjaga untuk tidak gegabah memberi fatwa, bahkan berangan-angan dirinya tidak ditanya.
Abdurrahman bin Abi Laila menuturkan: "Aku telah bertemu dengan 120 sahabat Rasulullah saw yang jika salah seorang diantara mereka ditanya satu persoalan, maka sahabat itu melemparkannyaa kepada yang lain dan sahabat yang lain itupun melemparkannya kepada yang lain lagi. Dan seterusnya sampai persolan itu akhirnya kembali kepada yang ditanyai pertama kali." Biasanya orang yang suka ditanya adalah orang yang sesungguhnya tidak layak menjawab. Demikian kata Bisyr bin Harits ra.
Ulama-ulama besar terdahulu masing-masing tidak merasa malu untuk mengatakan 'tidak tahu'. Suata hari kepada Asy-Sya'bi ditanyakan suatu persoalan tetapi ia menjawab apa anda tidak malu menjawab tidak tahu padahal anda adalah ahli fikihnya orang-orang Irak. Beliau menjawab, 'Jangankan aku, Malaikat saja tidak malu ketika berkata, 'Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.' (Al-Baqarah: 32)
Dalam buku Thabaqat Asy-Syafi'iyah ada cuplikan sebagai berikut: Qadhi Izzudin al-Hikari bercerita dalam sebuah tulisannya yang diantaranya memuat biografi Syekh Izzudin Abdul Azis bin Abdus Salam bahwa syeikh itu suatu kali memfatwakan sesuatu yang kemudian terbukti keliru. Maka syeikh itu kemudian menyerukan sendiri di tengah-tengah kota Kairo. 'Siapa saja yang menerima dari si fulan demikian.... demikian....maka janganlah diamalkan karena fatwa itu ternyata keliru.'
Subhanallah...itulah dua tanda keikhlasan. Semoga kita bisa mewujudkan dalam diri kita masing-masing. (msr)
Sumber: Suara Islam
Pertamax yang pertama kasih kumentar. iehiehiheiehiheie. Yang paling sulit menerima masukan walaupun itu sebuah kebenaran adalah pada bagian pertama tulisan.
ReplyDelete".. menerima nasihat sekalipun dari orang yang lebih rendah tingkat ilmunya". Ini biasanya menyangkut urusan GENGSI sama JAIM. Dalam hubungan industrial biasanya pimpinan atau bos JAIM menerima masukan atau nasehat bawahannya.
Bos yang modern saat ini tidak menjadikan bawahan atau karyawannya sebagai "pesuruh" hanya karena mereka bekerja padanya. BOs atau pimpinan masa kini menjadikan bawahannya sebagai partner
bener kang.. dengan menjadi atasan juga sebetulnya banyak peluang untuk belajar ikhlas :)
DeleteSemoga saya bisa lebih belajar ikhlas dengan nambah pengatahuan dari postingan ini. makasih mbak :)
ReplyDeletesama2 ai ;)
Deletesubhanallah, kita memang tidak boleh asal bicara tanpa dasar ilmu yang jelas, tanggung jawabnya dunia akherat:}
ReplyDeletena'am akhi..
Deletemengeluarkan keputusan ternyata masuk dalam kategori ikhlas yah mbak.??? d^_^b
ReplyDeletebegitulah ujar para ulama :D
Deletekalo MUI termasuk dalam kualifikasi apa nih dalam memberi fatwa? banyak pertimbangan politik misalnya. itu ikhlas atau malah nggak ikhlas babar blas ya Mbak?
ReplyDeletebisa termasuk tu pak sepertinya.. kalo soal ikhlas atau tidak para petinggi MUI dalam ngeluarin fatwa, nah itu rahasia hati mereka pak tampaknya.. yang di atas cuman tanda2.. ikhlas atau tidaknya, tetep bening seperti embun, hanya Allah yg Maha Tau :)
DeleteMalaikat aja gak malu bilang gak tahu..
ReplyDeleteane juga gak tau mau berkomentar sesuatu..
ho ohh
DeleteWow .. ada bekal ilmu yang baik lagi nih dimari ..
ReplyDeleteyang nomer satu itu paling susah .. kalo ama yang lebih rendah ato dibawah kita pengetahuannya kadang kita gak ikhlas kalo dinasihati :P
iyaa..
Deleteiklas mungkin sesuatu yang bisa disebutkan namun sulit dijalankan
ReplyDeleteterima kasih mabak untuk artikelnya menambah ilmu saya
sama2 :)
Deletekunjungan perdana,,,,
ReplyDeletesemoga kita semua bisa menjadi orang yg bisa mengiklaskan sesuatu...
aamiin :)
Deleteartikelnya keren bu... informatif sekali... banyak ilmunya...
ReplyDeletetapi, yang aku tau, al-ikhlash itu nama SD ku, hehe
hehehe bisa aja ocha
Deletewahhh keren nih...
ReplyDeleteini yang paling sulit untuk di terapkan,, IKHLAS, byk yang bisa baca kata ikhlas tapi gak bisa menerapkannya
dalam bahasa modern berarti kritik dan saran.. :)
ReplyDeletetentu saja.. ini adalah cerminan tabiat kita yang dirasakan oleh orang lain.. :)
benar :)
DeleteMari kita belajar ikhlas :)
ReplyDeletemari :)
DeleteSubhanallah mbak =)
ReplyDeleteMakasiihh yaaa, gia jadi dapet ilmu baru lewat postingan mbak ini.
siip..
Deletepostigannya bagus,
ReplyDeleteKadang seseornag merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain , padahal lah itulah Ke Ikhlasan tak memanadang usia, yang penting ketika itu bermanfaat dan benar maka itulah yang harus kita terima.
ReplyDeletebener :)
Delete