dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Wednesday, 29 August 2012

Kepada Siapa Harus Mengadu


Tidak semua perempuan seberuntung saya. Subuh hari yang sejuk di Kalimantan Barat, bersama seorang lelaki yang adorable dan lovable, melewati jalan provinsi serta sebagian jalan lintas negara dengan sepeda motor. Berdua saja.

Di beberapa bagian jalan, saya berinisiatif untuk mengendarai motor, sementara suami saya duduk di boncengan. Nice. Tidak semua perempuan seberuntung saya kan?

Ada yang tak beruntung, karena gengsi jika harus melintasi Pontianak - Sekadau dengan sepeda motor. Ada juga yang fisiknya tak mampu. Ada juga yang tak bisa kendarai sepeda motor. Dan ada juga yang tak berani. So, how lucky I was, having the chance to pass the long road!

Sati-satunya hal yang membuat saya agak kurang beruntung hari itu adalah kondisi jalan yang sangat WOW. Ya, jalan yang di foto itu. Jalanan di atas, iti adalah jalan Pontianak - Tayan yang baru saja rampung. Mulus. Wusss. Vice versa dengan jalanan di bawahnya. Jalan menuju Sekadau, tepatnya di area Kabupaten Sanggau menuju Sekadau. Awww. You can see it with your very own eyes, huh? Hancur leburrr.

Sepanjang saya melewati jalan rusak itu saya berfikir, mengapa orang-orang yang berwenang mengurusi jalanan ini sedemikian tega membiarkannya serusak itu? Apakah saya hidup di negara tanpa pemerintahan? Apa saya punya Gubernur? Apa bapak Presiden pernah, atau minimal, sekedar tau tentang kondisi jalan tersebut?

Oh. Kepada siapa saya harus mengadu tentang jalanan rusak itu. Kepada Gubernur, atau pada Presiden?

Tuesday, 28 August 2012

Rantai yang Belum Putus

Horeee. Selamat, saya beruntung mendapatkan tugas award berantai dari mbak Dyah Hapsari Fajarini. Hafffuhh. Kirain Tugas Berantai di bulan Mei lalu akan menjadi rantai penghabisan. Ternyata, rantainya belum putus hehehe.


Here we come, the Liebster Award. Ada aturannya sih sebenernya. Tapi kali ini saya pengen gak ngikutin beberapa aturan yang dibuat ah *pissss... Mbak Hapsari ^^v*

Well then. Let's get started with the first rule: TULIS 11 Hal tentang diri sendiri.

And here I go, starting to break this rule. 

I have even moreee than eleven things about me you can read on your own in my "Kenalan dengan dhz" page which you can browse on the top tab of this blog :D

Okesip? Silakan dipilih 11 poin yang paling teman-teman sukai di situ :p

The second rule: MENJAWAB Pertanyaan dari yang ngasih award. Baeklah. I'll try to answer.

1)   Sejujurnya, kamu anggap dunia ini adil gak?

>> Ya, adil. Karena Allah Maha Adil, maka dunia ini jelas sangat adil :)

2)   Hal apa yang bikin kamu yakin akan Tuhan? :)

>> All of stuffs of this great great universe.

3)   Kalau disuruh milih, kamu pengen jadi hewan apa? Alasannya?

>> No other choice than butterfly. And no need other reason, coz I loooveeee butterfly a lot :D

4)   Kriteria cewek/cowok idaman kamu kayak gimana?

>> The one whom I adore a lot: Abang Priana Ashri, who is now my husband :)

5)   Impian kamu apa? Banyak juga gapapa :)

>> Naik haji sama suami, dalam kondisi sehat dan segar bugar. Senantiasa bermanfaat untuk umat hingga akhir hayat.

6)   Apa tujuan kamu nge-blog?

>> Sharing idea, sharing things, archiving good knowledge, making friends.

7)   Siapa yang paling menginspirasi kamu?

>> A lotta. Sampai bingung saking banyaknya :p

8)   Sudah tahu bakat dan minat kamu belum? Tahunya lewat cara apa?

>> Yep. Lewat hal-hal yang saya lakukan :)

9)   Apa motto hidup kamu?

>> Sudah saya tuliskan di sini sih, tapi diulangi boleh lah :) "Semua potensi diri untuk dakwah, Insya Allah". That's my motto.

10) Menurut kamu blog http://dehapsari.blogsot.com/ gimana? Bisa berkembang dengan cara apa? :)

>> Good blog. Bisa berkembang dengan cara apa? Dengan kreativitas dan ketelatenan :)

11) Bagusan alamat http://dehapsari.blogspot.com/ ; http://dyahfajarini.blogspot.com/ ; atau http://antarkemin.blogspot.com/ ?

>> http://dyahfajarini.blogspot.com/


Well done.

Rules berikutnya diskip boleh yaaa hehehe. Thank youuu to send me this nice awards :)

Wednesday, 22 August 2012

Yang Tersimpan dan Tercecer

Huwahh, kangen sekali ngeblog lagi.



Selama Ramadhan kemarin, terutama di 10 hari terakhir, saya hampir sama sekali tidak pernah buka blogspot. Jangankan blogwalking ke blog teman-teman, 'ngasih makan' blog sendiri aja kagak hehehe.

Sebetulnya, sayang sekali momen-momen membahagiakan dan menyenangkan yang terjadi selama Ramadhan kemarin tak saya kunci rapat-rapat lewat tulisan, tak dibagikan ke teman-teman pula. Tapi ya gitu, saya ingin fokus memaksimalkan sisa Ramadhan yang entahlah akan menjadi Ramadhan terakhir atau bukan. Semoga bukan.

Terhitung sejak tanggal 11 Agustus 2012 lalu, bertepatan dengan 23 Ramadhan 1433 H, saya dan suami berangkat ke Pontianak. Setelah itu, saya fokus i'tikaf *kalau boleh disebut i'tikaf karena saya berada di Masjid Mujahidin hanya selepas tarawih hingga shalat subuh*, dari hari Senin sampai dengan Kamis. 2 hari terakhir Ramadhan saya putuskan untuk di rumah saja, dengan pertimbangan: besok paginya saya siaran, dan ingin makan sahur bersama suami dan keluarga. Belum tentu dijumpakan Allah di momen sahur Ramadhan berikutnya kan :')

Well. Selama blog saya kosong kemarin, dan selama saya absen blogwalking ke blognya teman-teman, entah sudah berapa banyak ilmu baru yang tercecer. Sebagian tersimpan di otak dan masih bisa dipungut lagi untuk disimpan, sebagiannya lagi benar-benar hilang.

Jadi, terima kasih untuk teman-teman yang masih berkenan menyimpan pengalaman-pengalaman di halaman blognya, untuk kemudian hari saya baca. Happy blogging lagi :)

Monday, 20 August 2012

Happy Eid Mubarak


“The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong.“(Mahatma Gandhi)



We have been 2 days in Syawal month. Some people consider making the mean of Syawal as the month of having such happiness. In this month, especially those who celebrate Idul Fitri are happy to be able in sharing forgiveness. How do you see forgiveness?

Forgiveness is a healing journey for both body and soul. Yet, even if you know in your heart that you want or need to forgive someone, the path toward peace can be difficult. The practice of forgiveness is not simply a one-time action or an isolated feeling or thought. Forgiveness involves us in a whole way of life that is shaped by an ever-deepening friendship with God and with other people. The central goal of this practice is to reconcile, to restore communion with God, with one another, and with the whole creation.

L. Gregory Jones writes, "Forgiveness works through our ongoing willingness to give up certain claims against one another, to give the truth when we access our relationships with one another, and to give gifts of ourselves by making innovative gestures that offer a future not bound by the past."

Almost all of us yearn for resolution to unresolved conflicts. Incidences of horrifying evil make us wonder how forgiveness can make a difference. Forgiveness leads us to be better human being. It gives power to us to show that we completely are not weak, yet we are strong as Mahatma Gandhi said! Only when you own power inside your soul, then you can really give forgiveness!

Idul Fitri, the truly right moment to beg and share for forgiveness. So, come on have forgiveness from our relatives whom we have been done inappropriate, from our parents whom we have hurt the feelings, from our teachers whom we didn’t want to listen to, and from everybody whom we need to say sorry. 



In this Ied Mubarok, I also would love to beg for your forgiveness, for all the mistakes I've made intentionally or not, in this blog or directly, mistakes from my words, action, and thought :)

Saturday, 11 August 2012

Sohib's Award


Alhamdulillaah, untuk pertama kalinya saya menang GiveAway :D

Tulisan Gelas Kosong ternyata cukup berkesan buat mbak NF hehehehe. Selamat yaa mbak, karena sudah menjadi bagian dalam sejarah hidup saya dengan menjadi orang yang beruntung ngasih GA pertama buat saya *padahal yang beruntung kan saya :p*

Melalui GA dari mbak NF juga saya dapatkan award berjudul Sohib's Award. Alhamdulillah, bahagianyaa.. Ketika dunia maya memberi banyak sahabat baru, duh itu sungguh sesuatuk deh. Seneng kan ya saat apa yang kita tulis di blog bisa menjembatani kedekatan kita dengan orang baru, lintas pulau, lintas propinsi, bahkan lintas negerim yang walaupun belum pernah berjumpa, tapi rasanya udah dekat aja :)

Well, that's what friends are for. Saling support dan saling memberi masukan berharga.

Terima kasih mbak Nurul Fadilah. Sering-sering aja yes :p

Friday, 10 August 2012

Ingin Pindah

Belakangan, saya semakin merasa nyaman ngeblog pake wordpress lho ^^v


Pernah saya bahas waktu itu tentang betapa mudah dan menyenangkannya ngeblog dari ponsel, salah satunya adalah dengan menggunakan platform wordpress. Dibandingkan blogger, ada beberapa kemudahan dan kenyamanan yang saya rasakan dari layanan wordpress, terutama untuk aplikasi mobilenya:

Tampilan Wordpress for Android

1. Bisa liat blog statistics, mulai dari top post, search term, referrers, dan click.
2. Bisa reply komen langsung dari aplikasinya.
3. Mudah untuk publish dan schedule post.
4. Orisinil dari wordpress, bukan aplikasi yang dibuat oleh pihak ketiga gitu :D

Itu dia beberapa di antaranya. Sisanya biarlah saya simpan sendiri di dalam hati :p *halah*

Jadi ceritanya, untuk yang kesekian kalinya, saya pengen banget menjadikan blog wordpress saya sebagai primary blog instead of this blog hehehehe.

Sementara ini sih blog wordpress saya itu masih dijadikan sebagai tempat mengarsip dan membagikan ilmu hasil baca-baca *bahasa halus dari copy-paste :p*

Bagaimana menurut teman-teman? Berapa orang yaa yang kira-kira mendukung saya untuk menjadikan wordpress sebagai primary blog? :)

Wednesday, 8 August 2012

Tips Mudik Agar Berkah



Sudah ada rencana akan mudik? Saya sudah ^^v

Supaya mudik kita semakin berkah, yuk kita simak tips berikut, untuk kemudian kita amalkan :)

Membaca Do’a Ketika Naik Kendaraan
Ketika menaikkan kaki di atas kendaraan hendaklah seorang musafir membaca, “Bismillah, bismillah, bismillah”. Ketika sudah berada di atas kendaraan, hendaknya mengucapkan, “Alhamdulillah”. Lalu membaca,
سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
“Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna  lahu muqriniin. Wa inna ilaa robbina lamun-qolibuun (Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami)[1].

Kemudian mengucapkan, “Alhamdulillahalhamdulillah, alhamdulillah”. Lalu mengucapkan, “Allahu akbarAllahu akbar, Allahu akbar.” Setelah itu membaca,
سُبْحَانَكَ إِنِّى قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
Subhaanaka inni qod zholamtu nafsii, faghfirlii fa-innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta” (Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku sendiri, maka ampunilah aku karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau).[2]

Membaca Do’a dan Dzikir Safar
Jika sudah berada di atas kendaraan untuk melakukan perjalanan, hendaklah mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.” Setelah itu membaca,
سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ
Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna  lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamun-qolibuun[3]. Allahumma innaa nas’aluka fii safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.” 
(Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga)[4]

Dalam perjalanan, hendaknya seorang musafir membaca dzikir “subhanallah” ketika melewati jalan menurun dan “Allahu akbar” ketika melewati jalan mendaki. Dalam sebuah riwayat disebutkan,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم و أصحابه إذا علوا الثنايا كبروا و إذا هبطوا سبحوا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya biasa jika melewati jalan mendaki, mereka bertakbir (mengucapkan “Allahu Akbar”). Sedangkan apabila melewati jalan menurun, mereka bertasbih (mengucapkan “Subhanallah”).”[5]
Hendaklah Memperbanyak Do’a Ketika Safar
Hendaklah seorang musafir memperbanyak do’a ketika dalam perjalanan karena do’a seorang musafir adalah salah satu do’a yang mustajab (terkabulkan).
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَالْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
Tiga do’a yang tidak diragukan lagi terkabulnya yaitu do’a seorang musafir, do’a orang yang terzholimi, dan do’a orang tua kepada anaknya.[6]

Membaca Do’a Ketika Mampir di Suatu Tempat
Hendaklah seorang musafir ketika mampir di suatu tempat membaca, “A’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk).”
Tujuannya agar terhindar dari berbagai macam bahaya dan gangguan. Dari Khowlah binti Hakim As Sulamiyah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ
Barangsiapa yang singgah di suatu tempat kemudian dia mengucapkan, ”A’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk)”, maka tidak ada satu pun yang akan membahayakannya sampai dia pergi dari tempat tersebut.”[7]

Ketika Kendaraan Tiba-tiba Mogok atau Rusak
Jika kendaraan mogok, janganlah menjelek-jelekkan syaithan karena syaithan akan semakin besar kepala. Namun ucapkanlah basmalah (bacaan “bismillah”).
Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, “Celakalah syaithan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammenyanggah ucapanku tadi,
لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ
Janganlah engkau ucapkan ‘celakalah syaithan’, karena jika engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, yang tepat ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.[8]

Musafir Ketika Bertemu Waktu Sahur (Menjelang Shubuh)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar dan bertemu dengan waktu sahur, beliau mengucapkan,
سَمَّعَ سَامِعٌ بِحَمْدِ اللَّهِ وَحُسْنِ بَلاَئِهِ عَلَيْنَا رَبَّنَا صَاحِبْنَا وَأَفْضِلْ عَلَيْنَا عَائِذًا بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ
Samma’a saami’un bi hamdillahi wa husni balaa-ihi ‘alainaa. Robbanaa shohibnaa wa afdhil ‘alainaa ‘aa-idzan billahi minan naar (Semoga ada yang memperdengarkan pujian kami kepada Allah atas nikmat dan cobaan-Nya yang baik bagi kami. Wahai Rabb kami, peliharalah kami dan berilah karunia kepada kami dengan berlindung kepada Allah dari api neraka).[9]

Sumber: Rumaysho

Tuesday, 7 August 2012

Mencari Orang yang Jujur itu Sulit



Mencari orang yang jujur di zaman ini amatlah sulit. Sampai pun ia rajin shalat, jidadnya terlihat rajin sujud (karena saking hitamnya), belum tentu bisa memegang amanat dengan baik. Ada cerita yang kami saksikan di desa kami.
Seorang takmir masjid yang kalau secara lahiriyah nampak alim, juga rajin menghidupkan masjid. Namun belangnya suatu saat ketahuan. Ketika warga miskin mendapat jatah zakat dan disalurkan lewat dirinya, memang betul amplop zakat sampai ke tangan si miskin. Tetapi di balik itu setelah penyerahan, ia berkata pada warga, "Amplopnya silakan buka di rumah (isinya 100.000 per amplop). Namun kembalikan untuk saya 20.000." Artinya, setiap amplop yang diserahkan asalnya 100.000, namun dipotong sehingga tiap orang hanya mendapatkan zakat 80.000. Padahal dari segi penampilan tidak ada yang menyangka dia adalah orang yang suka korupsi seperti itu. Tetapi syukurlah, Allah menampakkan belangnya sehingga kita jadi tahu tidak selamanya orang yang mengurus masjid itu termasuk orang-orang yang jujur.
Perintah untuk Berlaku Jujur
Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At Taubah: 119).
Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)
Dalam hadits dari sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta.  Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200, hasan shahih). Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.
Basyr Al Haafi berkata,
من عامل الله بالصدق، استوحش من الناس
"Barangsiapa yang berinteraksi dengan Allah dengan penuh kejujuran, maka manusia akan menjauhinya." (Mukhtashor Minhajil Qoshidin, 351). Karena memang jujur itu begitu asing saat ini, sehingga orang yang jujur dianggap aneh.
Perintah untuk Menjaga Amanat
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya" (QS. An Nisa': 58)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ
"Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu." (HR. Abu Daud no. 3535 dan At Tirmidzi no. 1624, hasan shahih)
Khianat ketika diberi amanat adalah di antara tanda munafik. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
"Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanat, ia khianat." (HR. Bukhari no. 33)
Jadi, jika dititipi amanat, jagalah amanat tersebut itu dengan baik. Jangan sampai dikorupsi, jangan sampai dikurangi dan masuk kantong sendiri. Ingatlah ancaman dalam dalil di atas sebagaimana dikata munafik.
Kunci Utama
Kunci utama agar kita menjaga amanat ketika dititipi uang misalnya, sehingga tidak dikorupsi atau dikurangi adalah dengan memahami takdir ilahi. Ingatlah bahwa setiap orang telah ditetapkan rizkinya. Allah tetapkan rizki tersebut dengan adil, ada yang kaya dan ada yang miskin. Allah tetapkan ada yang berkelebihan harta dari lainnya, itu semua dengan kehendak Allah karena Dia tahu manakah yang terbaik untuk hamba-Nya. Sehingga kita hendaklah mensyukuri apa yang Allah beri walaupun itu sedikit.
اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ القَوِيُّ العَزِيزُ
Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27) Ibnu Katsir rahimahullah lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/278)
Jika setiap orang memahami hal di atas, maka sungguh ia tidak akan korupsi, tidak akan menipu dan lari dari amanat. Realita yang kami saksikan sendiri menunjukkan bahwa mencari orang yang jujur itu amat sulit di zaman ini. Kita butuh menyeleksi dengan baik jika memberi amanat pada orang lain. Hanya dengan modal iman dan takwa-lah serta merasa takut pada Allah, kita bisa memiliki sifat jujur dan amanat.

Moga Allah Memberi Akhlak Mulia
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ 
[Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” 
(HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)
Wallahu waliyyut taufiq.

Disalin dari: Rumaysho.com

Monday, 6 August 2012

Perbedaan Taubat dan Istighfar




Kita selalu butuh akan ampunan Allah karena kita adalah hamba yang tidak bisa lepas dari dosa. Dosa ini bisa gugur dengan taubat dan ucapan istighfar. Terlihat kedua amalan ini sama. Namun ada sedikit perbedaan mendasar yang perlu dipahami. Taubat lebih sempurna dan di dalamnya terdapat istighfar. Namun istighfar yang sempurna adalah jika diiringi dengan taubat.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz –rahimahullah- menjelaskan,
Taubat berarti,
الندم على الماضي والإقلاع منه والعزيمة أن لا يعود فيه
“Menyesali (dosa) yang telah lalu, kembali melakukan ketaatan dan bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut lagi.” Inilah yang disebut taubat.
Sedangkan istighfar bisa jadi terdapat taubat di dalamnya dan bisa jadi hanya sekedar ucapan di lisan. Ucapan istighfar seperti “Allahummaghfirlii” (Ya Allah, ampunilah aku) atau “Astaghfirullah”  (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).
Adapun taubat itu sendiri dilakukan dengan menyesali dosa, berhenti dari maksiat dan bertekad tidak akan mengulanginya. Ini disebut taubat, kadang pula disebut istighfar. Istighfar yang bermanfaat adalah yang diiringi dengan penyesalan, berhenti dari dosa dan bertekad tidak akan  mengulangi dosa tersebut lagi. Inilah yang kadang disebut istighfar dan kadang pula disebut taubat. Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ , أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun (beristighfar) terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran: 135-136).
Yang dimaksud istighfar pada ayat di atas adalah menyesal dan tidak terus menerus berbuat dosa. Ia mengucapkan ‘Allahummaghfirlliastaghfirullah’ (Ya Allah, ampunilah aku. Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu), lalu disertai dengan menyesali dosa dan Allah mengetahui hal itu dari hatinya tanpa terus menerus berbuat dosa bahkan disertai tekad untuk meninggalkan dosa tersebut. Jadi, jika seseorang ‘astaghfir’ atau ‘Allahummaghfir lii’ dan dimaksudkan untuk taubat yaitu disertai penyesalan, kembali taat dan bertekad tidak akan mengulangi dosa lagi, inilah taubat yang benar. [Sumber Mawqi’ Syaikh Ibnu Baz]
Ya Allah, terimalah taubat kami dan tutupilah setiap dosa kami dengan istighfar.

Saturday, 4 August 2012

Untuk Suamiku


Apa perlu kusampaikan pada dunia maya tentang cinta ini padamu, suamiku? Seluruh dunia juga sudah tau, bahwa seorang istri layaknya mencintai suaminya. Just like I do in every minute of my every day.

Entah keuntungan apalagi yang tidak kumiliki dengan dicinta laki-laki seperti engkau. Lengkap sudah, meskipun tak ada yang sempurna. Kamu melengkapiku, suamiku. 



4 Agustus 1984, telah Allah tetapkan bagimu rezeki, jodoh, dan maut. Di usiamu yang ke 26 waktu itu, misteri mengenai siapa yang jadi jodohmu terungkap sudah. Ternyata saya-lah perempuan beruntung itu. Alhamdulillah :D

Oh, haruskah kuceritakan juga pada dunia apa saja doaku untukmu setiap harinya? Kita berdoa untuk hal yang sama, kurasa..


  • Agar istiqomah di jalan dakwah hingga menggapai husnul khotimah.
  • Agar segala urusan dipermudah Allah.
  • Agar rezeki senantiasa halal, berkah, dan melimpah.
  • Agar kami Allah karuniai keturunan yang shalih dan shalihat.
  • Agar bahagia dunia dan akhirat.

Pun hari ini, saat engkau menjadi lelaki 28 tahun, demikian doaku.

Uhibbuka fillah, suamiku. Teruslah mencintai Allah sampai ajal menjemput, sehingga tak kumiliki alasan untuk berhenti mencintaimu.

Friday, 3 August 2012

Better Late than Never

"It's better late than never..."

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Begitulah kalimat yang sering kita dengar. 

Untuk urusan apapun, terlambat adalah tentang waktu. Dan waktu itu laksana pedang. Maka, dari sebaris kalimat "It's better late than never", bisa kita simpulkan bahwa "Being punctual is the best". Setuju?

Sebagaimana perumpamaan di bawah ini:

Laron berpikir bisa hidup lama.
Buktinya sudah mengelilingi ruangan rumah.
Tapi jika cicak melihatnya, maka umur laron hanya semalam saja.
Cicak pikir umurnya juga telah lama. Tapi jika dilihat kucing maka umurnya sebentar saja.

Kucing pikir ia telah berumur panjang, namun apakah sama jika kuda yg melihatnya.
Begitu pula kuda jika dilihat oleh manusia maka umur kuda hanya singkat saja.

Bagaimana dengan manusia? Siapa yang melihat umur manusia?

QS. 22:47, 32:5, bahwa satu hari di akhirat rasanya spt 1.000 tahun di dunia.

1 hari akhirat = 1.000 tahun dunia
24 jam akhirat = 1.000 tahun dunia
3 jam akhirat = 125 tahun dunia
1,5 jam akhirat = 62,5 tahun dunia

Umur manusia rata2 60-70 th. Jadi manusia ini jika dilihat dari langit hanya-lah 1,5 jam saja

Pantas kita selalu diingatkan masalah waktu..

Mari kita renungkan..

Hanya 1,5 jam saja. Menentukan hidup abadi kelak, syurga/neraka (Qs. 35:15, 4:170)

Hanya 1,5 jam saja. Cobaan, maka bersabarlah (Qs. 74:7, 52:48, 39:10)

Hanya 1,5 jam saja. Cobaan dari Allahu swt dan godaan syaithan (Qs. 43:36)

Hanya 1,5 jm saja. Menahan nafsu dan ganti dengan Sunnahnya (Qs. 12:53, 33:38)

SATU SETENGAH JAM…

Sebuah perjuangan teramat singkat, dan Allahu swt ganti dengan syurga ridha Allahu (Qs. 9:72, 98:8, 4:114)

Mencari bekal perjalanan panjang nanti (Qs. 59:18, 42:20, 3:148, 28:77)

Qs. 23:114 —> Allahu swt berfirman:
“Kamu tidak tnggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui”.


Jadi, masihkah kita mau menjadi yang lebih baik daripada menjadi yang terbaik?


It’s always better late than never. It means, being punctual is the best. Then be the best to not only get the rest :)

Thursday, 2 August 2012

Dua Tanda Keikhlasan





Menurut para ulama, ikhlas adalah kesamaan perbuatan seseorang antara lahir dan batin. Diantara tanda-tanda ikhlas adalah pertama,tunduk pada kebenaran dan menerima nasihat sekalipun dari orang yang lebih rendah tingkat ilmunya. Orang yang ikhlas akan lapang dada ketika kebenaran itu nampak pada orang lain.

Al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani bercerita dalam kitabnya Tahdzibut Tahdzib ketika menulis biografi 'Ubaidillah bin Hasan al Anbary, salah seorang yang terkemuka ulama dan seorang qadhi di Kot Bashrah. Salah seorang muridnya bernama Abdurahman bin Mahdi menuturkan: "Pada waktu itu kami sedang mengurus jenazah, ada yang bertanya kepada beliau lalu beliau salah menjawab. Maka aku berkata kepada beliau, 'Semoga Allah meluruskan engkau. Jawaban itu seharusnya demikian... dan demikian....' Setelah diam sejenak beliau berkata, 'kalau demikian aku tarik lagi pendapatku dan aku menundukkan diri. Sungguh menjadi ekor dalam kebenarn lebih aku sukai dari pada menjadi kepala dalam kebatilan."

Kedua, tanda ikhlas yang lain adalah tidak cepat memberi fatwa dan memutuskan suatu hukum. Oleh karena itu para ulama salaf menjaga untuk tidak gegabah memberi fatwa, bahkan berangan-angan dirinya tidak ditanya. 

Abdurrahman bin Abi Laila menuturkan: "Aku telah bertemu dengan 120 sahabat Rasulullah saw yang jika salah seorang diantara mereka ditanya satu persoalan, maka sahabat itu melemparkannyaa kepada yang lain dan sahabat yang lain itupun melemparkannya kepada yang lain lagi. Dan seterusnya sampai persolan itu akhirnya kembali kepada yang ditanyai pertama kali." Biasanya orang yang suka ditanya adalah orang yang sesungguhnya tidak layak menjawab. Demikian kata Bisyr bin Harits ra. 

Ulama-ulama besar terdahulu masing-masing tidak merasa malu untuk mengatakan 'tidak tahu'. Suata hari kepada Asy-Sya'bi ditanyakan suatu persoalan tetapi ia menjawab apa anda tidak malu menjawab tidak tahu padahal anda adalah ahli fikihnya orang-orang Irak. Beliau menjawab, 'Jangankan aku, Malaikat saja tidak malu ketika berkata, 'Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.' (Al-Baqarah: 32)

Dalam buku Thabaqat Asy-Syafi'iyah ada cuplikan sebagai berikut: Qadhi Izzudin al-Hikari bercerita dalam sebuah tulisannya yang diantaranya memuat biografi Syekh Izzudin Abdul Azis bin Abdus Salam bahwa syeikh itu suatu kali memfatwakan sesuatu yang kemudian terbukti keliru. Maka syeikh itu kemudian menyerukan sendiri di tengah-tengah kota Kairo. 'Siapa saja yang menerima dari si fulan demikian.... demikian....maka janganlah diamalkan karena fatwa itu ternyata keliru.'

Subhanallah
...itulah dua tanda keikhlasan. Semoga kita bisa mewujudkan dalam diri kita masing-masing. (msr)



Sumber: Suara Islam

Wednesday, 1 August 2012

Hati-hati Berkata-kata



Bulan Ramadhan adalah bulan pengendalian diri. Bulan mensucikan jiwa dari kerak dosa. Kita juga merasakan bagaimana lapar dan dahaga serta menahan semua hal-hal yang membatalkan puasa dari fajar hingga maghrib.
Perjuangan berat di bulan Ramadhan ternyata bisa menjadi amalan yang sia-sia jika kita melakukan hal-hal yang bisa merusak pahala puasa. Diantara hal-hal yang merusak pahala puasa adalah perkataan. Inilah perkatakan yang dapat merusak pahala puasa :
1. Perkataan Palsu
Dari Abi Hurairah : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, Allah tidak ada butuh perbuatannya meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhori (4/99)).

2. Berkata dan berbuat sia-sia
Dari Abu Hurairah : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Puasa bukanlah dari makan, minum (semata), tapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji, jika ada orang yang mencelamu, katakanlah : “Aku sedang puasa, Aku sedang puasa.” (HR Ibnu Khuzaimah (1996), Al-Hakim (1/430- 431). sanadnya SHAHIH)

Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengancam dengan ancaman yang keras orang-orang yang berbuat sifat-sifat tercela ini.
Beliau pernah bersabda (yang artinya): “Banyak orang yang puasa, bagiannya dari puasa hanyalah lapar dan haus.” (HR Ibnu Majah (1/539), Darimi (2/221), ). Ahmad (2/441, 373), Baihaqi (4/270) dari jalan Said Al-Maqbari dari Abu Hurairah, sanadnya SHAHIH).
Dan sebab terjadinya demikian adalah bahwa orang-orang yang melakukan hal tersebut tidak memahaminya, sehingga Allah memberikan keputusan atas perbuatan tersebut dengan tidak memberikan pahala kepadanya. (lihat Riyadhush Shalihin (1215)).
Sumber: Salimah