dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Saturday, 7 April 2012

Sarasehan Bahasa bagian 3

Tulisan ini bukan cerpen, bukan pula trilogi. Hanya tulisan sederhana yang saya bagi menjadi 3 seri. Ada baiknya teman-teman yang baru mampir di tulisan ketiga ini, membaca tulisan bagian 1 dan bagian 2 juga :D

Pada sarasehan bahasa hasil kerja sama antara Radio Volare dengan Balai Bahasa Kalimantan Barat ini, yang bersemangat bukan hanya moderator *uhuk* dan pembicaranya. Para pesertanya juga sangat bersemangat loh. Apalagi ketika tau yang mengikuti sesi diskusi dan tanya jawab akan mendapatkan hadiah dari LA Light Community sebagai salah satu sponsor. Hihhihi.

Walaupun begitu, saya yakin para peserta yang kemarin ajukan pertanyaan dan pendapat mereka ikut aktif karena memang ingin bertanya. Bisa dilihat dari pertanyaannya yang menarik dan menambah ilmu para peserta lainnya.

Peserta Sarasehan

Seperti yang ditanyakan oleh Dony 'Jerry' Prayudi dari Khatulistiwa TV Pontianak: "Mengapa ketika mengajukan lamaran beasiswa, persyaratan dalam kualifikasi Bahasa Inggris justru lebih tinggi daripada Bahasa Indonesia, lebih menekankan pada nilai TOEFL yang tinggi?". Kurang lebih begitu pertanyaannya. 

Pertanyaan ini dijawab oleh Kak Lubna. Persyaratan tersebut diberlakukan karena tempat pelamar mengajukan beasiswa adalah negara yang membutuhkan kemahiran berbahasa Inggris, sehingga perlu mendapatkan hasil TOEFL yang sesuai standar internasional. Di Indonesia juga ada tes setara TOEFL, namanya UKBI, singkatan dari Uji Kemahiran Bahasa Indonesia.

Dalam sesi tanya jawab dan diskusi, Dony Prayudi alias Koko Jerry juga sempat menyampaikan bahwa istilah asing yang biasa dipakai di media lebih 'ear-catching' *haduh ini aja saya udah campur kode ._.* daripada jika menggunakan istilah dalam Bahasa Indonesia. Seperti penggunaan kata 'hacker' yang lebih dikenal banyak orang daripada kata 'peretas'. 

Memang, menurut para peneliti dari Balai Bahasa yang menjadi pembicara, membiasakan penggunaan istilah Bahasa Indonesia inilah yang menjadi tugas berbagai elemen: mulai dari para guru di sekolah, para pekerja media, serta pemerintah tentunya. 

Bahkan di beberapa negara seperti Jepang, Australia, Portugis, dan Belanda, Bahasa Indonesia juga diajarkan kepada para penutur asing. Kalau dalam Bahasa Inggris kita mengenal TESOL atau Teaching English for Speakers of Other Languages, maka dalam pengajaran Bahasa Indonesia, disebut BIPA: Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing.

Selain Koko Jerry, pertanyaan dan pendapat juga diajukan oleh Taria dari Radio Volare, Rendra dari Kantor Berita Antara, Lisa Saragih yang mewakili blogger dari Ketapang, Ayu dari Radio Mujahidin Pontianak, Poltak Nainggolan dari Radio Volare, Caca dari Radio Primadona, Hendri Kusnandar yang katanya mewakili diri sendiri, tidak dari media manapun. 

Para peserta yang antusias

Sebetulnya hampir seluruh peserta ingin mengajukan pertanyaan. Namun karena keterbatasan waktu, maka saya minta para peserta untuk menyimpan pertanyaan-pertanyaan mereka. Bukan disimpan begitu saja tanpa dikasi jawaban. Disimpan untuk dipertanyakan lagi pada program AKSARA (AKu SukA meRangkai kAta) yang disiarkan tiap Kamis pukul 4 sore di Radio Volare. Bisa langsung ditanyakan pada penyiarnya, kak Hani honeylizious dan narasumber dari Balai Bahasa Kalimantan Barat.

Dari sarasehan bahasa yang berlangsung selama 3 jam itu, ini dia beberapa padanan kata yang saya catat:

Kosakata
Padanan dalam Bahasa Indonesia
Convention Center
Laundry
Online
Offline
Mouse
Listing
Entry
Microphone
Upload
Download
Berterima
Lotion
Snack
Balai Sidang
Binatu
Daring (Dalam Jaringan)
Luring (Luar Jaringan)
Tetikus (bukan mouse yang binatang J)
Pencatatan
Lema
Pelantang
Unggah
Unduh
Bisa diterima
Calir
Kudapan


Masih banyak lagi padanan kata yang belum saya ketahui, tapi bisa dipelajari. Alhamdulillah, semua peserta mendapat buku pedoman dari Balai Bahasa. Dalam buku ini, ada lebih banyak padanan kata dalam Bahasa Indonesia yang tak rugi kalau kita tau :D

Hadiah Ikhlas dari Balai Bahasa

Baiklah, semoga yang sedikit ini memberikan manfaat, membuat kita mampu berbahasa Indonesia dengan baik, dan semakin cinta dengan Bahasa Indonesia, bahasa negara kita. 

Mampu berbahasa Indonesia dan mencintai Bahasa Indonesia tidak = Anti bahasa asing kan? :)


*Beberapa foto dari ponselnya Mbak Temi :D

18 comments:

  1. Ngetes: Kalo e-mail apa ayoooooo???!?!?!? hehehe

    ReplyDelete
  2. Menarik sekali. Sebenere sudah mau saya komen pada artikel yang pertama dan kedua. Saya bangga menjadi orang Indonesia, and saya senang menjadi orang Indonesia. Menulis artikel dalam bahasa asing bukan berarti saya tidak cinta Indonesia.

    Artikel salah satu menu kesukaan saya, Rujak, adalah penganan (kudapan) khas Indonesia, dan saya sangat senang dengan rujak.

    Bukankah itu salah satu bentuk kecintaan terhadap bangsa Indonesia dari sisi Kulinernya. Sama halnya dengan Pasokan listrik dari Malaysia yang dibeli Kalbar. Tidak semua persoalan dan masalah diliat dari kacamata nasionalisme. Ada banyak instrumen di sana yang harus juga mendapatkan pertimbangan

    Mampu berbahasa Indonesia dan mencintai Bahasa Indonesia tidak = Anti bahasa asing kan? Ya tentu saja. Absolutely true and correct

    Happy Blogging

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tepat sekali kang asep :)

      Walaupun tulisan saya ttg sarasehan bahasa ini sama sekali tidak menyinggung tentang nasionalisme secara umum, tapi setuju deh sama pernyataan kang asep bahwasanya nulis tentang rujak dan suka rujak berarti cinta Indonesia hihihihi.

      As I said in my previous comment in the previous article, writing things about Indonesian stuffs in English of course is a good way to promote our culture, just like what you do in your blog :D

      Delete
  3. Cieee... Bagi bukunya napa. satu ajah :) kan dibagiinnya banyak pasti hehehe

    ReplyDelete
  4. faizal: yang ga ikutan sarasehan ga kebagian :p

    ReplyDelete
  5. test dulu ah, >>> hmmm "saat ini saya sedang daring lho", eh "tapi kalo sampe luring, berarti pulsa saya habis lho", hihihi masih janggal ya, harus sering dibiasain nih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantap d(ˆ⌣ˆ)b. Betuuul, harus dibiasakan supaya tak terdengar 'lucu' yah hehe. Waktu pertama kali tau mic itu padanan katanya pelantang, seruangan di sarasehan pada ketawa xixixi

      Delete
  6. kata Convention Center.. sepertinya gedung2 dikota Indonesia menggunakan nama Convention Center deh... Kalau mau diganti jadi Balai Sidang, harus keluarkan dana lagi..hihihihi

    ReplyDelete
  7. @eel, ho oh udah populer dimana2 convention center.. Mungkin jangan diganti, tapi ditambahkan di atas tulisan convention center tu: BALAI SIDANG besar2. Tapi pakai dana juga yeh *duhh *tepokjidat

    ReplyDelete
  8. karena udah kebiasaan pake bahasa campuran jadi aneh kakkaa kalau cuma pake bahasa Ind.. dan lagi kosakata bahasa Ind itu sedikit, makanya suka dicampur dengan bahasa inggris atau bahasa daerah untuk mencari kata-kata yang pas dalam pengucapan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah salah 1 faktor yg disebutkan salah 1 pemateri: sudah terbiasa :D saya juga suka campur kode, apalagi di ragam santai begini hehe..

      Sebetulnya bukan sedikit, hanya saja kitanya yg belum tau *atau belum terbiasa?* dgn kata2 dlm Bhs Indonesia..

      Instead of using 'pelantang', lebih enakan pake mic kan? *campur kode :p*

      Delete
  9. Bukunya dijual bebas untuk umum?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tampaknya ndak kk. Kalau ke balai bahasa trus minta dioleh2i buku itu, mungkin dikasi. Ada stempel "hadiah ikhlas dari Balai Bahasa" soalnye di halaman pertama buku itu.

      Delete
  10. Jadi gimana ya biar masyarakat awam mulai kenal dengan padanan Bahasa Indonesia yang tepat kalau gak punya pegangan apa-apa, misalnya buku acuan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pertanyaan kk = pertanyaan salah 1 peserta hehe.

      *mengutip jawaban Ibu Evi*

      Di sinilah salah 1 peran media utk masyarakat, memberikan 'pengajaran' pelan-pelan lewat berita yg mereka berikan. Karena salah kaprah istilah di media memang salah satu yang cenderung mempengaruhi masyarakat dlm berbahasa.

      Begitu kk :D

      Delete