
Sudahkah saya paparkan, kawan? Sudah? Ah masa iya? Yakin, sudah? Coba kasi liat di mana? Memang tidak ada, kawan. Baru sedikit saja. Baru sebaris, berbunyi: diary365metamorphoself. Hadiah untuk saya sendiri, pada tanggal 8 Oktober 2007.
Sudah lama ya, kawan... As the title, bukunya berjudul: diary. Yah, ia adalah sebuah diary. But as the additional title: 365metamorphoself. Isinya adalah serangkaian penuh kalimat motivasi, agar saya tak lupa tujuan hidup yang takkan pernah saya temui penghujungnya di dunia ini: Berubah, Menjadi Lebih Baik, dan Sesuai Jati Diri.
Ah, kenapa tiada penghujungnya, kawan? Baiklah, akan saya paparkan, dari kacamata seorang wanita yang beraniberaninya menyatakan dirinya sebagai wanita, padahal ia masih embrio kecil yang selalu inginkan cahaya semangat itu terus mengalir dalam tiap denyut nadinya.
Tiada penghujung, kecuali setelah saya tak lagi hirup udara segara dari kebun kenikmatan di dunia ini. Taman Bunga. Mari sesekali datang ke sana. Lihatlah, sepasang sayap indah, lembut, berwarna-warni. Ah, cantik sekali bunga-bunganya. Makhluk kecil lucu yang punya sayap itu, juga lucu sekali. Cantik. Mulut mungilnya menghisap madu, pelan-pelan, lembut, tidak tergesa-gesa. Wanita embrio ini masih mengaguminya, sampai di penghujung hidupnya. Bentuknya indah, ya kawan. Ah, tapi apa itu yang ada di daun? Menjijikkan.
Wanita embrio terus memperhatikan. Kecil, menjijikkan. Minutes to minutes, hours to hours, days to days, wanita embrio terus memperhatikan sampai terkadang tertidur kelelahan. Untung saja hanya tertidur. Allah Maha Penyayang, memberi kesempatan kepada wanita embrio untuk menyaksikan dengan matanya sendiri *walaupun makin hari minusnya sepertinya semakin menjadi*, sebuah keajaiban dunia tingkat tinggi: ulat itu hilang lenyap pergi, berpuasa sekian hari, menjelma menjadi kupukupu cantik!
Ah, rupanya kupukupu cantik itu dulunya menjijikkan! Wanita embrio semakin terpana. Subhanallah. Sabar sekali ulat kecil menjijikkan itu. Larva, kepompong, imago. Proses nimfanya juga, membuatnya cantik luar biasa, meskipun wanita embrio itu mengerti, pembesaran dan pergantian kulit di proses nimfa, luar biasa sakitnya. Tapi imagonya sungguh indah! Cantik, mempesona.
Wah, ulat kecil menjijikkan itu barangkali sudah belajar tentang tiga hal: Berubah, Lebih Baik, dan Jati Diri. Wanita embrio itu mulai berfikir. She is contemplating. "Harus sampai kapan menjadi embrio?". Ah, tapi sejenak ia teringat katakata Jalaluddin Rumi: Bergeraklah seperti embrio! Kembangkan pancaindra yang dapat melihat cahaya. Matangkan dalam dunia-rahim ini, dan persiapkan untuk kelahiran keduami dari dunia menuju ketakterhingaan.
Wanita embrio terdiam, menarik nafas perlahan, tersadar. Rupanya ia mendapat selintas cahaya! Ah, sayang sekali hanya selintas. "Tak bisakah ia melintas sekali lagi?" harap wanita embrio dalam hati. Wanita embrio terus menanti. Menanti dalam ketidaksadarannya, menanti dalam kelenaannya akan dunia, menanti dalam kasih sayang Allah Pembolak balik hati, terus menanti, tak pernah berhenti.
TO BE CONTINUED....
*biar seru, kayak sinetron ihihii...*
Para penggemar, harap bersabar ^_^.
.
ReplyDeleteMenyimak....