dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Sunday, 26 October 2008

Life Review: pilih rasa (lagi)


Saya, sepertinya, cukup senang menulis dan memisah-misahkan tulisan-tulisan saya, khususnya curhatan-curhatan saya, ke dalam beberapa tempat yang berbeda. Seperti tulisan yang akan saya bagi lagi kali ini, yang saya pilih untuk saya tuliskan dengan tangan di diary curhat implisit saya *weleh, skarang diarynya jadi ada nama hehe* daripada saya ketikkan di halaman blog saya.

Tulisan ini saya tulis dengan tangan, di diary curhat implisit, dengan perasaan cukup bahagia. Kalo ga salah inget, setelah diguyur hujan, setelah air mata menetes beberapa tetesan, setelah rasa hati lapang. Saya, juga sepertinya, senang sekali mengulas tulisan ini. Walaupun beberapa lamanya, ada perubahan juga, saya sempat pilih lagi dia di sini. Dan tulisan ini, lagi-lagi, topik yang sama.

Hari itu, Oktober 15, 2008



Hai... Assalamu'alaykum Wr Wb
Apa kabar hati? Masih pilih sedih atau sudah merasa jauh lebih baik?
Well, thanks so much Allah... Thanks so much to give me such wonderful power inside so I can stand in the earth, then choose a feeling namely:


HAPPY,

at least starting (again) from today.
Entah mengapa, rasa tak kuasa dan malas saya berhasil terbunuh dengan gerak langkah kaki-kaki yang Allah anugerahkan secara ikhlas pada saya. Kaki-kaki yang malah lebih bersemangad menuju tempat kejadian perkara, tempat-tempat habiskan waktu berharga, tempat mood saya sebenarnya tak terbangun dengan sempurna, sungguh logika sangat sombong terhadap rasa! Beberapa kali otak saya dibuat tak bekerja maksimal gara-gara hati. Pada saat otak saya sedang tidak berputar pada porosnya, tepat di saat itulah ruang hati tempat saya menyimpan emosi masuk menyeruak mengendalikan dini yang tak kendali dan kenali diri.

Syukurlah...
Suasana hati saya yang saat ini sedang jauh lebih baik datang berkunjung di hati dan pikiran saya. Mudah-mudahan dia betah berlama-lama, lalu memilih untuk tetap tinggal di sana, selamanya. Ya, aktivitas rupanya cukup berpengaruh dengan apa yang akan saya rasakan. Susunan kalimat-kalimat yang keluar dari hati paling dalam juga amat berpengaruh. Maka, saat apa yang saya rasakan sudah setara dengan apa yang saya dengar, ditambah aktivitas yang lancar dan menyenangkan, sungguh, suntikan energi untuk menjadi lebih ikhlas juga smakin meningkat.

Perasaan yang nyaman, yang sudah saya pilih hari ini dan berhasil masuk ke dalam lapisan hati, otak, dan perasaan saya yang paling dalam.
Yes, again, after being sad and having a feeling of being ignored, rejected, and far from willing-human being, I choose to be much HAPPY...

FAINNAMA'ALUSRIYUSRAA...

Life Review: metamorphoself


Masih di hari yang sama, 26 Oktober 2008, dan saya masih ingin berbagi tentang tulisan-tulisan saya dalam diary saya yang saya simpan sejak saya masih SMA, penuh tulisan-tulisan implisit, yang kadang harus saya pikirkan ada kejadian apa dibalik tulisan saya.

Yang kali ini akan saya bagikan adalah rekaman kejadian setahun belakangan, dalam susunan kalimat sangat singkat yang sepertinya akan terkesan pesimis, namun itulah awal keberanian saya berteriak: SAYA BISA, SAYA OPTIMIS. Hari itu, Final September 2008, ketika hati sedang menangis menjadi dengan balutan takbir Idul Fitri.

Final September 2008




Bayangkan betapa malas tulang saya bekerja! Bahkan begitu banyak peristiwa berharga saya lewati tanpa satupun saya sediakan wadah kasat mata untuk menjadikannya sebagai tempat bahan refleksi.
Desember 2007. Wacana untuk ubah penampilan, niat setengah kosong. Januari 2008. Change! Performance. Sifat-sifat jahiliyah tetap melekat di badan, belum mau lepas. Februari 2008. Usaha sekuat tenaga. Selembar, sehelai kain panjang di kepala itu untuk kontrol sikap, ujar saya. Hanya ujaran, belum berhasil saya buktikan. Maret 2008. Usaha makin keras. Ghirah mulai tampak. Sedikit terefleksi, dengan hati masih penuh kilau tanya. April 2008. Seakan saya aktivis paling peduli nasib umat. Drastis, kecewa pada pilihan hidup yang tak bisa dipilih, sebetulnya. Mei 2008. Fluktuatif. Ntah apa saja yang terjadi sepanjang bulan ini, tak lagi saya ingat dengan baik. Juni 2008. Masa bosan, jenuh, lelah. Mana orang-orang yang mau mengerti saya? Juli 2008. Kontroversi. Saya menjadi ulat lagi. Walaupun belum sempat terbang tinggi, rupanya jiwa ini sedang lelah dengan aktivitas yang tak sanggup dicapai ruhani. Agustus 2008. Refleksi diri. Penampilan berubah kembali. Sudah lupa dengan istiqamah, karena tak dijamu dengan layak di dalam hati. Tak ada sofa lembut di dalamnya. Mulai lenyap pergi. Kain lebar di kepala juga sudah mengaku kalah. Hari ini, ujung September, akhir Ramadhan, penuh suara takbir, bahkan seakan terdengar terlalu banyak untuk telinga saya malam ini. Tak cukup kuat terima fakta bahwa saya sudah kurang tepat tempatkan hati. Sebuah pesan:

Simpanlah hati pada tempatnya!


Mengena, tapi belum cukup kuat untuk saya refleksikan di hari-hari saya. Kenapa terus menerus begini? Sejak 18, dan sekarang saya 21 tahun! Masih juga ada rasa bodoh tentang diri yang tak diingini? Ya, karena rupanya apa yang disebut-sebut sebagai "cuma perasaan dini saja" itu membalut lembut pelan tapi pasti. Saya hanya mau sampai tahun depan, atau kurang. Saya diinginkan dan ikut menginginkan, dan mereka sudah tidak ada lagi. Ya, paling tidak tahun depan! Bahkan kurang dari angka itu! Saya cukup yakin. Ini juga masalah masa depan saya!

Life Review: don't let it empty



Malem ini, tepatnya dini hari ini, 26 Oktober 2008, ketika mata saya tak lagi bisa berkompromi dengan keinginan untuk tidur, pada saat tak ada lagi kuapan dari keinginan untuk melewati sepertiga malam yang belum bisa saya lewati dengan tahajud, saya buka-buka lagi diary saya yang berisi curhat-curhat implisit saya. Izinkan saya berbagi, teman...

Hari itu, December 12, 2007...



Bulan begitu jauh saya lewati, apalagi hari. Saya seakan hilang asa, kosong jiwa, tak tau akan bagaimana. Saya bahagia dengan kehidupan sekarang, tapi masih merasa selalu ada bagian kecil penting dan berharga yang begitu kosong dan rapuh. Kosong...

Betapa akan jadi begitu bahaya kalau terus menerus saya tinggalkan kosong.
Akan kosong sampai kapan?

Dan sekarang ini, hidup sudah seakan-akan dikejar oleh waktu, deadline, tenggat kerja. Sedangkan tulang ini terus dan masih saja malas. Seakan-akan, semua beban sedang menari-nari gemulai di pundak saya.

Saya benci

Thursday, 23 October 2008

Perlu dan Ingin


Entah gimana caranya menjelaskan, mengungkapkan, melukiskan, menuliskan, mengabarkan, memberitahu, atau menggambarkan perasaan berkecamuk hebat dalam hati saya sekarang. Antara perlu dan ingin: datang ke acara halal bi halal keluarga besar PKS di Gedung Kartini hari ini, Kamis 23 Oktober 2008 pukul 08.00 sekarang!

Hujan di luar lebat. Tapi, bukan itu yang membuat saya ga bisa pergi ke acara itu. Hujan segitu sama sekali bukan halangan untuk datang. Jas ujan bisa dipake. Dikit-dikit basah ga papa kok. Nah, masalahnya, ya ampun. Betapa sakit dan hancurnya perasaan saya harus mengetikkan kenyataan bahwa saya ga bisa pergi ke acara halal bi halal PKS karena jadwal siaran yang satu orang pun ga ada juga yang bisa gantikan. Kak Tya mau urus kartu kuning. Mas Jerry dah siaran lepas landas. Mba Temi ngajar. Mba Tiara anterin suami ke bandara. Zahra, ga angkat-angkat telpon dan ga bales sms. Ya ampun. Padahal pengeeeeen banget, dan rasanya perluuuu banget saya dateng ke acara itu. Siapa tau, bisa dapet 'klik'nya di sana. Tentu saja, bisa memperkuat ukhuwah sama teman-teman di ruangan itu nanti.



Namun, pasti berhikmah deh ini. Entah apa yang akan terjadi kalo saya datang ke sana. Think positive aja. Yang pasti saya sudah ikhtiar sedemikian rupa sehingga, walopun pada akhirnya hasil ikhtiar saya adalah: saya tetep harus siaran jam 9.30 nanti, lalu siangnya ketemu pejabat kampus, trus rapat ESA, dan pulang ke rumah dengan damai sambil memikirkan kerangka research design yang sampai sekarang belum dibikin sedikit pun.

Well, barangkali mulai hari ini saya harus pilih pilah lagi mana keperluan dan mana keinginan saya. Kadang-kadang, memang susah untuk bedakan mana yang sebenernya saya inginkan tapi tidak saya perlukan, dan mana yang saya perlukan walaupun tidak begitu saya inginkan.

Belakangan ini, saya merasa bahwa saya terlalu memanjakan perasaan dan diri saya dengan keinginan-keinginan yang tidak barangkali saya perlukan. Namun, rasanya saya juga cukup banyak membela diri ketika memenuhi keinginan-keinginan saya itu. Saya sering mengatakan bahwa keinginan yang saya turuti itu adalah pilihan saya, bukan kesempatan.

Eh, Zahra barusan bales sms, trus bilang kalo dia bisa gantiin saya siaran pagi ini. Postingan akan dilanjutkan nanti malem ato tunggu saya mood ngelanjutin posting hihi. Horeeee, bisa dateng ke acara PKS :) *Alhamdulillah, Dinie...*

Wednesday, 22 October 2008

Vote or just stay silent…


This Saturday, 25th October 2008 will be the very historical moment for Pontianak citizen. That’s the time when we will vote to one choice: for the next major of Pontianak.

7 candidates of major and vice-major are now waiting for facing two different possibilities: win or lose. They are to be ready for those possibilities. The couples who will be the next major to be of our beloved city are Haitami Salim - Hardiansyah, Oscar Primadi - Hartono Asaz L, Muhammad Abduh Muhammad Taha, Sutarmidji – Paryadi, Harso Utomo Suwito – Awalluddin Rahmad (H Kalut), Hersan Aslirosa -Setiawan Lim, and Sri Astuty Buchary – Eka Kurniawan.



Many questions then appear. Are they, the candidates, able to make significant changes to Pontianak for many kinds of aspect? We may often or once heard the comment “He or she is a born leader”. We need to make ourselves sure about the statement since there are certain characteristics found in some people that seem to naturally put them in a position where they're looked up to as a leader.

Whether in fact a person is born a leader or develops skills and abilities to become a leader is open for debate. There are some clear characteristics that are found in good leaders. These qualities can be developed or may be naturally part of their personality. The leadership qualities that are required to make a good leader can vary in different companies, teams and situations. Still, for today’s case when Pontianak citizen will choose for the next leader, the requirements are still important things for the candidates to posses.

However, although many people may be busy talking about characteristics to be a good leader, it is still a bit poor fact to see that there are some citizens who do not want to use their right to vote. Some even don’t care to any kinds of election which deals with politic. “My choice will not give any impact directly to my life. So, I think it will be no use for me to vote”, said one woman who lives Perumnas 3 citizen who doesn’t want her name to print. She said that she didn’t vote in previous Governors Election, and will not vote for Major Election next week.

This phenomenon doesn’t only happen to the women. There are still some who claim themselves to not use their right in voting. As Hajibah, Tanjung Hulu citizen said that the phenomenon happen since some people doesn’t believe anymore to the previous leader of what they have done. “All they can do is just promising and keep promising. For today, when they do the campaign, they say this and that. But let’s see what will happen next? We may be forgotten, as they’ll forget about their promises”, she said.

This is actually one of very classic problems that have happened so long to this country. It can be good input and motivation for everybody, not only for the major-candidates but more for everybody who will be, or now is the leader! However, whatever that may happen for the near future, all that we can do is trying to be good Pontianak citizen, giving significant contribution for our beloved city, as well as we want to be done that way. That’s why, don’t let your right to vote fly away. If we think we can’t do anything significant to our city today, at least we have tried our best to get involve in the process of better improvement by using our right to vote. (dhz)

Sunday, 19 October 2008

Kena Virus


Weit, virus apa niy yang saya maksud? Hmmm, coba baca tulisannya Pak Syamsul Arifin ini:

Dari 1 juta blogger yang aktif di Indonesia (kata tayangan E Life Style yang baru saya saksikan), ada 3 macam blogger.

Begitu menurut pengamat TI -mbak Ventura- ditayangan tersebut.

Pertama, blogger yang punya spesifikasi content karena expertisenya.

Kedua, blogger yang terkena sifat narcism

Ketiga, blogger yang cari duit (macem Adsense kali ye) dari memblogging.



Hmmm, virus ngeblog ya maksut saya? Sebenernya siy bukan. Tapi, saya sudah mengklaim diri bahwa saya kena virus blogging yang kedua kayaknya, yaitu terkena sifat narcism hihihi...

*helanafaspanjaaaaaangbanget*

Saya ga tau virus apa ini namanya. Sampai-sampai tulang-tulang saya sepertinya males banget mau bergerak. *brarti namanya virus males din hehe*

Tanggal 3 november nanti, saya dengan pedenya mengajukan diri untuk maju buat mata kuliah Seminar on ELT, maju sebagai proposer. Gara-garanya, ya apalagi kalo bukan karena temen-temen laen ga ada yang mau maju. Maka, daripada dosen saya nanti beranggapan bahwa kelas D tempat saya bercokol sekarang untuk mata kuliah itu sebagai kelas yang tidak berani menjadi yang terdepan, maka saya keluarkanlah kebiasan saya yang emang suka tampil awal tapi akhirnya sekarang kalang kabut sendiri karena belon-beloooon juga nemuin topik yang pas untuk di propose tanggal 3 november nanti.

Sebenernya siy dah ada. Tapi, ya itu tadi, gara-gara lagi kena virus ini, hikz... males banget dah...

Monday, 13 October 2008

Social Network, buanyag

Belakangan ini, saya bingung mau login kemana... skarang, social network saya nambah satu, eh malah 2, lagi!

Pertama, plurk... nyenengin juga rupanya maen2 di situ... trus yang kedua, maen2 di forum.

Awal mula bisa mpe maen ke forum ntu gara2nya, dikasi kiriman salam kangen dari adminnya... hehe... abisnya dah lama banged gak ke sana, jadinya disindir2 deh nyehehe... jadinya, saya mampir, trus isi2 shoutbox, eeeh malah keasikan chatting di situ sama bales2 response dari orang2 di plurk walopun GA KENAL!


Hoooargh... outline saya belom sama sekali, sedangkan hari RABU ini dah harus dikumpulin, Dan mama saya besok ulang tahun, sedangkan kado juga BELON beli heeelp...

Friday, 10 October 2008

Mencari Sahabat Lama

The rules:
1. Tulisan harus berjudul Mencari Sahabat Lama
2. Tuliskan 7 sahabat yang sedang kita cari.
3. Sertakan identitas sahabat yang sedang dicari itu (Seperti asal Daerah, Sekolah, dll.
4. Tuliskan 7 MP-ers yang harus membuat postingan seperti ini.
5. Selain itu, untuk 7 MP-ers pengintip pertama juga berkewajiban untuk membuat postingan serupa.
6. Tuliskan aturan ini di awal tulisan.
7. Harus dikerjakan dalam waktu maksimal 7x24 jam sejak dibaca postingan ini.

Yaaah, kena juga deh saya. Gara-gara ga sengaja ngebaca tulisan mba kuma , dan ternyata saya didaulat tag ini, yeah akhirnya saya kerjain lah niy pe-er. T___T *pedahal banyak kerjaan laen dan kayaknya saya juga ada pe-er laen dari MP-ers yang belon saya kerjain*. Lanjud dah…



Siapa aja ya 7 orang sahabat yang sedang saya cari? Sebenernya sih saya ga nyari-nyari sahabat lama, karena yaa emang saya ga nyariin aja hehe. Anyway, setelah diinget-inget, ternyata ada juga deh kayaknya. Let’s check out…

1. Sy. Azwar Hidayat alias Van de Bock
Dia salah seorang dari 7 sekawan semasa saya SMA dulu. Dah hilang, ga tau kemana rimbanya. Lebaran 2 tahun lalu sempet maen ke rumahnya, dan dia masih kuliah di teknik sipil Universitas Tanjungpura Pontianak. Kita dulu pernah punya kisah-kisah cantik nan indah yang tak sanggup saya paparkan di sini. Hmmm, saya jadi pengen ketemu tu orang kalo inget kisah cantik waktu saya dan 7 sekawan ke Pantai Pasir Panjang Indah di Singkawang.

2. Budi Hermawan
Sama seperti Van de Bock, Budi juga salah satu dari 7 sekawan semasa SMA dulu. Tempat saya meminta jawaban untuk soal-soal matematika, mulai dari pe-er, soal latihan di kelas, sampai dengan ulangan harian *waduuuwh, ketawan deh saya pernah nyontek juga hikz* semasa kelas 3 dulu, ya Budi ini orangnya. Sayang, saya ga provide foto mereka (Budi dan Van de Bock) dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.

3. Rully Ramanda alias Onyeng
Nah, ini malah pilihan pertama saya buat dapet jawaban soal-soal matematika nyehehe. Yeap, salah seorang dari 7 sekawan juga *perasaan dari tadi temen yang saya cari laki-laki semua yah? hoho*. Baiklah. Saatnya saya ceritakan perihal 7 sekawan itu. Karena kayaknya sampe dengan nomor kesekian nanti, akan ada banyak 7 sekawan muncul dalam postingan kali ini.

7 sekawan itu, ya 7 orang. Salah satunya adalah saya. 5 cowok, 2 cewek. Cewek yang satunya lagi adalah Itsna, dan saya sedang tidak mencari dia, karena tiap lebaran kita harus ketemuan, kalo ga ketemuan saya ngomel-ngomel sama Itsna sampe cape'!Bagaimana dengan yang lainnya? Nanti aja sekalian di nomer berikutnya hehe

4. Dedi Juliansyah
Ehm, dulu saya sempat 'memiliki' laki-laki ini lebih dari sekedar sahabat. Yeah, jaman SMA rupanya saya masih belum mau buka mata untuk ditunjuki jalan yang lurus, alias masih jahil. Masih kenal kata 'pacaran' cieeeh. Dih, males ah. Anyway, Dedi termasuk salah seorang, kalo boleh saya anggap dia sahabat, sahabat yang saya cari-cari. Kalau 3 orang di atas saya masih punya contact personnya, yang satu ini saya benar-benar kehilangan kontak. Ga tau juga gimana ya sekarang kabar orang ini?

5. Chepry Perahera
Sahabat paling unik. Saya beneran nyari-nyari dia. SMSan sih sering, tapi entah kenapa kok ga bisa dapet-dapet ya? Belum, bukan ngga dapet. Lebaran tahun ini tiada berjumpa dengannya. Yeah, saya di mana dia di mana soalnya. Yang pasti, saya cukup bangga dengan sahabat saya yang satu ini. Perubahan yang cukup signifikan saya rasakan dari dia. Mantep banget kamu, cep!

Eh, dah abis ya stok 7 sekawannya? Hehe. Pas kan. Yang 5 itu ya mereka yang saya sebutin. 2 orangnya, saya sama Itsna. Dan Itsna sedang tidak saya cari-cari, meskipun dia sahabat lama. Saya selalu menemukan Itsna, setiap tahun, bahkan setiap hari, terpatri dalam hati. I luv yu so much dah na...

6. Najwa
Sahabat semasa SMP. Kalo inget beberapa ceritanya yang cukup mengenaskan, saya jadi makin pengen ketemu sama dia. Saya bisa merasakan betapa Najwa dulu sangat menyayangi saya, dan selalu merindukan masa-masa untuk ketemuan sama saya. Entah di mana sekarang ya sahabat saya yang satu ini? Hmmm, trakhir ketemu beberapa tahun lalu, Najwa menjadi seorang penjaga toko pakaian muslimah milik keluarganya.

7. Sri Eka Maretin
Sahabat waktu SMP juga. Saat orang-orang panggil dia eka, saya sendiri yang panggil dia Maretin, sampailah akhirnya semua orang di sekolah panggil dia Maretin juga. Ya abis gimana. Dalem kelas waktu itu ada 3 orang yang namanya Eka. Maka, daripada boros sama para eka, lebih baik panggil nama belakangnya aja hehe. Hmmm, saya cukup kehilangan kontak sama dia, walopun sebenernya bisa aja sih saya samperin rumahnya. Cuman, lumayan jauh, jadinya agak-agak takkuasa tuk gulirkan ban sepeda motor ke sana hehe. Niat nyari ga sih din? nyehehe

Yeah, itulah mereka, teman...

Sekarang, karena aturannya harus dilemparin ke MPers yang lain, maka pe-er ini saya lemparin kepada Yang Terhormat:
1. Kak Adit (junkie81)
2. Mba Nana (nrizyana)
3. Kak Riza (neoriz)
4. Kak Lisa Arnis (arniesha)
5. Mba Meme (didjerama)
6. Mba eNPe (enpe)
7. Pak Syamsul (thetrueideas) *sori pak, brani ngasih pe-er ke bapak, maap*

Yeah, silahkan kerjakan.

*pyuuuwh, helanafaslega*

DS mantap

Beberapa waktu lalu saya sempat cerita tentang serunya DS yang saya lakukan, yang menurut saya, melalui dunia maya. Lantas, saya juga sempat suka-suka ikutan sebar amunisi untuk partai bernomor paling simetris di dunia. Nah, 2 hari yang lalu, saya suka-suka lagi ikutan melakukan closing Direct Selling dalam rangka pemilihan walikota Pontianak yang tak lama lagi akan berlangsung.

Barangkali saya terhitung kader bandel, yang fluktuasi metomorphoselfnya tak pernah diduga-duga, dan sangat jauh dari yang diharapkan para kader sejati seperti sahabat-sahabat saya. Counting on truly tarbiyah on me sepertinya seakan jauh panggang dari api, bagai pungguk merindukan bulan, seperti mendirikan benang basah, bagai anak ayam ingin memeluk gunung *eh, ada ga sih perumpamaan kayak gitu? hehe*, yeah intinya mungkin untuk saat ini, definisi tarbiyah yang sesungguhnya sedang cukup jauh dari dalam diri saya. Sedang mencari 'klik'nya, teman...



Namun, walaupun begitu, seperti yang pernah saya paparkan, hati saya selalu berusaha mencintai tarbiyah, sekuat tenaga. Maka, karena barangkali saya masih dianggap kader oleh 'kakak' dan beberapa orang sahabat, saya pun memanfaatkan kemampuan saya untuk bergerak, beristijabah harqiyah dengan cara muterin komplek rumah di wilayah Pontianak Timur yang letaknya di tepi sungai. Ini dia tempatnya...



Dan ini dia calon walikota yang diusung, pasangan Ir. H. M. Abduh dan M. Thaha, SH, beserta salah satu relawannya, ehm... saya sendiri nyehehe



Betapa senengnya DS di daerah sini. Masuk ke rumah-rumah langsung, skaligus lebaran, begitu... Orang-orangnya ramah, menyambut baik kedatangan kami, masih menanamkan budaya Timur, memuliakan tamu. Beberapa dari penghuni rumah yang saya closing sebenernya sudah punya pilihan sendiri, namun mereka tetap menyambut baik sosialisasi yang kami lakukan. Subhanallah, mantep banged... Kalo semua warga Pontianak kayak gitu, saya mau DS sepanjang hari, kenyang euy hehe...

DS memang nyenengin ya, teman...

Tuesday, 7 October 2008

Nama

Di kolom Welcoming blog saya, saya menyatakan bahwa: in my own point of view, Haiti represents the word "Hayati" of which the meaning is: My Life. As a whole, interpreting my name is this way: Dini, means my Religion, ISLAM. Haiti, means my life, yeah here it is my life. Zulfany, means my position, in this world and hereafter... So, defining it completely, Dini Haiti Zulfany would be My Religion, My Life, My Position. I myself really love to say that the philosophy of my name finally will be "My Bright Religion". How come? Please see the meanings once more. Yeah, that way. Islam is the religion in my life which can bring me to the better *even the BEST* position in this world, moreover in hereafter. Do you agree?

Nah, sementara itu, blogthings menyatakan berbeda. Arti nama saya, secara alfabetik, bukan itu katanya. Katanya sih, nama lengkap saya, Dini Haiti Zulfany, artinya itu begini:






What Dini Haiti Zulfany Means



D is for Devilish



I is for Intelligent



N is for Neat



I is for Intense



H is for Hip



A is for Animated



I is for Intense



T is for Tame



I is for Intelligent



Z is for Zingy



U is for Unique



L is for Liberal



F is for Fresh



A is for Adventurous



N is for Neat



Y is for Yummy



Monday, 6 October 2008

You're Still Caterpillar

Having no more mood and power to publish what I want to post, in order to make my blog free from new things, I'd like to share you this story. Wish it would be good inspiration for you, for me, and the entire of human being who read my blog.

A story about
Butterfly and the Tree
by Guy Finley

Once there was a little creature resting on the branch of a mighty Oak that was Father of the forest. The little creature was sitting there sighing, and from time to time crying a little bit - its tiny body almost buckling under some unseen weight. Finally the great old Oak could listen no longer. In a voice belonging to a giant, but that was also as gentle as a breeze, the mighty Oak spoke out:



"Little creature, what is wrong with you?"
The little creature was surprised to feel such concern coming from anyone, let alone the tree in which it was perched. But sensing the overwhelming kindness that came along with the question, it answered as best it knew to do. The words came fairly spilling out its mouth, as if a pent-up stream of water waiting had been waiting to be released.

"Don't you see, that's just it... I mean... I'm not sure. Well, that's not entirely true."

"Whoa, slow down there little one," the Oak spoke in measured tones attempting to quiet the creature. "No need to be in a hurry telling me what you will. I've been standing here for centuries, so I'm not going anywhere. Can you be a little more specific about what' you're suffering over and maybe then we can get to the why?' part of it?"

Somewhat becalmed by these words, the creature started over. "Well, no matter how I look at it, nothing makes sense. I mean... I was sure it would be different than this."

The Oak considered this comment for a moment and asked the only question it could at that point: "What exactly was it that you thought would be so different?"

The little creature came out of its own thoughts for a moment as it realized the tree couldn't see what was so obvious to it.

"Why... being a butterfly, of course. When I used to think about becoming a butterfly, I thought to myself my problems would be left behind me - beneath me, if you will... but everything still irritates me. And," the little creature lowered its voice somewhat so as to be sure no one else would hear its next comment,

"I'm afraid a lot of the time. I figured that after I had become a butterfly, I just wouldn't have the fears that I used to have, but I still do! And that's not all... the past - it bothers me! I was sure that as a butterfly my former life wouldn't be a problem for me anymore."

The tall Oak tree looked at the little creature and knew instantly what was wrong.

"Yes, I see; what you've said makes a lot of sense now. But, let me ask you a couple more questions. We both need to get to the bottom of this problem if we're going to solve this mystery for you." And the little creature said, "Oh, thanks so much!"

The Oak continued, "Do you find yourself getting tripped up quite often?"

The little creature thought for a minute and said, "You know what? I do get tripped up. Yes! I trip quite often as a matter of fact!"
"And how about this?" the tree followed up. "Do you spend a lot of time chewing over things?"

"Yes. I spend a lot of time chewing over things."

"And are there times when it takes you a long time to get out of your own way?"

The little creature was amazed at the accuracy of the tree's questions. "You've tagged it for me! All these things you said about me are true."

"Well," the great Oak spoke again. "I think I've figured out the mystery here. Are you sure you want to know the answer?"

"Of course I do," said the creature, somewhat surprised at the question. "Please go ahead."

"All right then," said the tree, carefully measuring out the medicine it knew would be bitter to the little creature clinging to its branch. "Here's the reason for your continuing confusion about why life isn't to your liking:

You aren't a butterfly yet; you're still a caterpillar."

Thursday, 2 October 2008

Kapan nikah?

Pyuwh.. Skarang saya ngerti perasaan senior2 saya tiap kali mreka ditanyain tentang kisah keberlangsungan skripsi mereka. Begini rupanya rasanya.

Lebaran di tempat orang tua saya dibesarkan cukup repot juga rupanya. Gerendelan pertanyaan tentang beragam topik mampir. Mulai dari skripsi dah kelar ato jangan2 dah diwisuda, sampe kapan nikah. Weleh..



pusink.. pusink..

Tiap ketemu keluarga, yang pada sumringah ketemu saya *artis,maklum hahah*, pertanyaan yg muncul adalah: siapa niy pacarnya atau kapan niy nyusul bahkan kapan niy kamu ikut menambah populasi dunia? Toenk..


Yea, emang siy, pada saat para tante dan sepupu saya ikut meramaikan jumlah wanita yang meramaikan populasi dengan cara melahirkan bayi dan bermunculanlah para bayi yang lucu2, muncul pula keinginan saya buad punya 1 yang lucu begitu hohoho. Tapi kan, kalo ngebandingin saya yang secara status masih single dengan sepupu saya yang masih SMA dah punya pacar, rasanya agak keterlaluan.

Apalagi nenek saya yang dari pihak bapak. Nadanya siy emang kedengeran becanda. Tapi, teteup aja tiap ada tamu atw keluarga dateng, yang diomongin status saya yang belon nikah, masih single, n belon punya pacar.

Ya ampuwn. Plizde nek, tante, kakak sepupu, dan smw yang nodong saya tentang urusan pasangan, saya juga mah kepengen nyehehe. Cuman, ya itu. Kan saya masih ngerasa belum cukup baik untuk dapatkan pria baik. Slain itu, umur saya juga belum masuk target menikah. Kuliah dulu diselesaikan, kerja, menabung, baru nunggu dilamar hoho.

Gitu aja deh. Thanks ya ma for your so much nice understanding. Makasih juga pulsa + hp buad ngenet ini hehe luph u mom.

P.S pengen insert pic, tapi nanti aja tunggu balik ke rumah.

Wednesday, 1 October 2008

rasa untuk logika

Hari ini udah lebaran ya. Bunyi takbir dari tadi malam bergema di mana-mana. Setiap tahun, saya tak pernah tidak menangis seperti tadi malam. Setiap takbir berkumandang, saya selalu ingin menangis. Beragam alasan: membayangkan mereka yang tahun ini tak lagi rayakan Idul Fitri bersama keluarga dan orang-orang tersayang, mengingat bahwa tiap Ramadhan ibadah saya tidak pernah terasa maksimal, mengingat rasa dalam diri saya yang selalu menang dari logika. Menangis deras.



Pagi ini saya ga ikutan shalat Ied. Wanita. Saya hanya bisa berharap semoga tahun depan diberikan kesempatan untuk berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan, bisa tersenyum gembira dengan segala kondisi yang terjadi pada diri saya, tak lagi merasa seperti pagi ini. Saya sedang merasakan hawa kosong melompong yang sesungguhnya bisa saya jelaskan dengan kalimat, tapi tak sudi saya paparkan panjang lebar di hari ketika orang-orang menyambut gembira perayaan besar ini. Lain kali saja.

Well, anyway, life must go on. Walaupun air mata tadi malam deras, dan menurut saya, saya tidak cukup bijak karena sudah memilih untuk terus menerus memposisikan saya sebagai seorang yang bersedih, namun hari ini saya akan coba untuk sejenak kalahkan rasa, kedepankan logika. Ya, sepengetahuan saya, logika tidak pernah berjumpa rasa, tak ingin berkenalan bahkan sepertinya tak ingin sama sekali lewat sekejap saja di depan ruang tamu rasa. Perasaan pun sepertinya cuek cuek saja melihat logika yang sesungguhnya kadang coba terbang untuk singgah sejenak di pelataran sempit yang tak disediakan rasa. Cape ya...

Maka, hari ini, di 1 Syawal 1429 H, memulai hari di awal Oktober 2008 yang indah, saya mau ajak rasa untuk silaturahmi sebentar saja ke tempat logika. Mumpung lebaran ^_^