
Gosh, it is 1st again!
Tidak ada tulisan-tulisan lagi di blog ini ya sepertinya. Anyway, saya ingin kembali bermain dengan kata-kata. Pusing juga lama-lama berdiam diri dan tidak gerak jari. Hari ini, khusus saya curahkan waktu ini untuk bercinta dengan suasana.
Well, belakangan, berita beredar *di infotainment* adalah sibuk bahas tentang artis yang tertangkap gunakan narkoba. Beberapa waktu lalu, Roy Marten resmi dinyatakan tersangka untuk yang kedua kalinya. Tak lama, muncul nama Fariz RM. Ada juga pelawak Gogon, pemain film Gary Iskak dan akhir-akhir ini, Ahmad Albar dan anaknya, Fachri Albar juga ikutan meramaikan warna infotainment dengan berita keterlibatan mereka di narkoba.
Hal menyenangkan yang saya serap dari berita-berita tersebut adalah bahwa pamor mereka sebagai selebritis tidak benar-benar buruk di mata masyarakat. Sebagai bukti, Roy Marten ketika pertama kali dinyatakan bersalah dan terlibat narkoba, tetap diterima kembali dengan senyuman hangat di dunia entertainment. Dia main sinetron lagi. Tidak ada sanksi sosial signifikan yang terasa. Betapa luar biasa masyarakat Indonesia. Saya pun salut dengan kejujuran Roy Marten dan keluarganya yang mau mengakui bahwa dia benar-benar terlibat barang haram itu. Sayang sekali, Roy harus jatuh dua kali. Dan luar biasa lagi, fansnya tak bergeming untuk hilangkan rasa simpati buat Roy Marten. Sebuah kharisma yang luar biasa!

Pagi ini, saya simak berita lagi tentang Ahmad Albar. Teman-teman dekatnya menyatakan kalo Ahmad Albar adalah orang baik yang berjiwa sosial, rela membantu sesama tanpa pandang harta. Ahmad Albar adalah orang yang jauh dari hal-hal negatif. Orang baik-baik deh intinya. Walaupun mengakui bahwa mereka pernah terlibat barang haram narkoba beberapa puluh tahun lalu, tetap saja rasanya menjadi aneh dan mustahil begitu tau Ahmad Albar jatuh lagi ke lubang yang sama. Duh duh, narkoba.
Kadang saya tidak begitu mengerti dan sangat susah untuk memahami bagaimana bisa orang-orang jatuh ke dalam sebuah lubang yang mereka sendiri sudah tau bahwa di dalam lubang itu ada duri. Apakah duri-duri dalam lubang itu rasanya manis ya jadinya pengen masuk lagi?
Yea, saya memang belum pernah rasakan nikmatnya narkoba, atau bahayanya narkoba. Tapi paling tidak, cukuplah saya menjadi ekstasi kehidupan untuk diri saya sendiri. Kalau saya gunakan diri saya terlalu banyak, artinya saya sedang berusaha membunuh diri saya sendiri. Setuju?
Well, belakangan, berita beredar *di infotainment* adalah sibuk bahas tentang artis yang tertangkap gunakan narkoba. Beberapa waktu lalu, Roy Marten resmi dinyatakan tersangka untuk yang kedua kalinya. Tak lama, muncul nama Fariz RM. Ada juga pelawak Gogon, pemain film Gary Iskak dan akhir-akhir ini, Ahmad Albar dan anaknya, Fachri Albar juga ikutan meramaikan warna infotainment dengan berita keterlibatan mereka di narkoba.
Hal menyenangkan yang saya serap dari berita-berita tersebut adalah bahwa pamor mereka sebagai selebritis tidak benar-benar buruk di mata masyarakat. Sebagai bukti, Roy Marten ketika pertama kali dinyatakan bersalah dan terlibat narkoba, tetap diterima kembali dengan senyuman hangat di dunia entertainment. Dia main sinetron lagi. Tidak ada sanksi sosial signifikan yang terasa. Betapa luar biasa masyarakat Indonesia. Saya pun salut dengan kejujuran Roy Marten dan keluarganya yang mau mengakui bahwa dia benar-benar terlibat barang haram itu. Sayang sekali, Roy harus jatuh dua kali. Dan luar biasa lagi, fansnya tak bergeming untuk hilangkan rasa simpati buat Roy Marten. Sebuah kharisma yang luar biasa!

Pagi ini, saya simak berita lagi tentang Ahmad Albar. Teman-teman dekatnya menyatakan kalo Ahmad Albar adalah orang baik yang berjiwa sosial, rela membantu sesama tanpa pandang harta. Ahmad Albar adalah orang yang jauh dari hal-hal negatif. Orang baik-baik deh intinya. Walaupun mengakui bahwa mereka pernah terlibat barang haram narkoba beberapa puluh tahun lalu, tetap saja rasanya menjadi aneh dan mustahil begitu tau Ahmad Albar jatuh lagi ke lubang yang sama. Duh duh, narkoba.
Kadang saya tidak begitu mengerti dan sangat susah untuk memahami bagaimana bisa orang-orang jatuh ke dalam sebuah lubang yang mereka sendiri sudah tau bahwa di dalam lubang itu ada duri. Apakah duri-duri dalam lubang itu rasanya manis ya jadinya pengen masuk lagi?
Yea, saya memang belum pernah rasakan nikmatnya narkoba, atau bahayanya narkoba. Tapi paling tidak, cukuplah saya menjadi ekstasi kehidupan untuk diri saya sendiri. Kalau saya gunakan diri saya terlalu banyak, artinya saya sedang berusaha membunuh diri saya sendiri. Setuju?
sempat liat juga tuch waktu teman-teman Ahmad Albar kasih komentar tentang ahmad albar.........satu yang saya dapat, walaupun teman lagi susah tapi mereka tetap membela dan mengsupport...hebat...
ReplyDeletesetidaknya ini ada hikmah yang bisa dipetik AHmad Albar...
ReplyDelete: setelah sekian lama, akhirnya Ahmad ALbar kembali diliput media :P
Semoga saya gak akan pernah tertular ketertarikan untuk make narkoba dkk., karena dari kecil saya paling susah minum obat. Sampe umur udah dibilang gede juga saya harus ngancurin obat tablet dulu biar jadi bubuk/puyer. Itu pun minumnya harus dipaksa terlebih dahulu sama bokap.
ReplyDelete-edisamsuri--
ReplyDeleteyeah great... a friend in need is a friend indeed
--mitora in life--
ho oh, sekali masuk berita langsung hebohnya banget-bangetan yak.
--the cocoa addict--
sama, saya juga kalo sakit ga pernah ngobat. makin ngobat malah tambah sakit toh. mending nyoklat aja nyehehehe
xccc
ReplyDeleteSalam kenal yah. dan makasih sudah berkunjung ke blog saya. salam kenal dari sesama bloger pontianak
ReplyDelete