dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Sunday 30 December 2007

MEMILIH PERASAAN

Saya masih mencatat sebuah rasa senang yang terjadi pada saya, tepat pada tanggal ini, 30 Desember, 2 tahun yang lalu. Sebuah rasa senang terlintas sesaat, tak lagi bisa saya rasakan seperti saya masih bisa membaca catatannya pagi ini. Berbeda, senang saat itu dan perasaan yang sedang saya rasakan pagi (dini) hari ini. Barusan saja saya selesai nonton film Harry Potter and The Chamber of Secret. Saya tidak ingat, sudah berapa kali saya nonton sekuel Harry Potter yang kedua itu. Yang pasti, belum pernah saya merasa bosan menyaksikan wajah Daniel Radcliffe yang tampan *haha*. Dan, pelajaran yang bisa saya ambil dari film itu adalah penggalan kalimat bijaksana yang keluar dari mulutnya Albus Dumbledore:

Bukan di mana kita berada yang menentukan siapa diri kita,
tapi pilihan kitalah yang menentukan siapa diri kita.

Ya, mau tidak mau saya sedikit mengingat sebuah lagu yang sangat saya sukai, liriknya dan tempo lagunya yang pas: BIP, Ternyata Harus Memilih. Marilah kita menyetujui apa yang dikatakan oleh Albus Dumbledore di film Harry Potter yang barusan saya tonton. Tepat sekali dengan keadaan umat manusia saat ini. Ada begitu banyak pilihan, terkadang pun hanya 2, tak jarang, klaim tak ada pilihan meluncur pula. Yah, tanpa kita sadari, sesungguhnya kita hidup dalam beragam pilihan. Pilihan kitalah yang pada akhirnya menentukan, jati diri kita yang sesungguhnya. Lantas, apa hubungannya pilihan-pilihan dengan rasa senang saya 2 tahun atau 1 tahun yang lalu? Yeah, walaupun saya tidak bisa rasakan lagi betapa senangnya saya pada 30 Desember 2005, paling tidak hari ini saya kembali tersentak, sedikit dibuat sadar oleh film yang saya tonton bahwa 2 tahun lalu, hari ini, dan mungkin 2 tahun yang akan datang, sayalah yang memilih sendiri perasaan apa yang ingin saya bawa dalam hati.

Nah, atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan yang luhur *serasa UUD ga sih?*, 2 tahun yang lalu saya telah memilih untuk merasa bahagia dengan kejadian yang telah saya alami. Pun begitu pagi ini. Saya memutuskan untuk memilih merasa bahagia dengan apa yang sudah saya miliki, segala yang telah saya alami di hari-hari lalu, all the things do make me happy. Saya ingin bahagia setiap hari.

Yes, I choose to be happy everyday. Even it will be OK if I have to be happy after being sad. Because being sad means I am in my nice step to be happy everyday.


(Q.S 94:6) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Friday 21 December 2007

LAMPU MERAH TOTAL


Karena nila setikit, rusak susu sebelanga……

Begitu mudahnya bagi manusia,

yang tak lebih dari sekedar hamba,
yang tak kaya daripada Nabi Sulaiman,
yang tak takwa daripada Nabi Ibrahim SAW,
yang tak menawan daripada Nabi Yusuf,
yang tak setia daripada Siti Hajar,
yang tak bertakwa daripada Siti Khadijah,
yang sama sekali jauh dari sempurna,

untuk segera jatuh ke dalam emosi yang setitik...

Pemikiran dunia, emosi... lagi-lagi emosi...

Sebuah judgement menitik pada satu agreement.

Lampu Merah Total!


Saat sabda Nabi SAW yang begitu mahsyur terdengar, tak lagi diraih dengan hati.
Saat sebuah hati sama sekali tak bisa menyampaikan perasaan pecahnya.
Saat semua akar busuk masa lampau tercium lagi aromanya, lupa akan manfaat busuknya yang menanti menjadi kompos, menumbuhkan dahan lain yang belum diketahui faedahnya.

Yah, saat sebuah petak segi empat dilihat dari kiri saja.

Semuanya menjadi sebuah Lampu Merah Total tak tertawarkan.

Sunday 16 December 2007

Resolusi 2008

Desember sudah setengah jalan. Rasanya, resolusi sejak tahun lalu masih berbunyi seperti resolusi untuk tahun 2008 nanti:


What would and should do in 2008? (Tahun lalu, tertulis 2007 :) )

Come on Dinie, hilangkan sifat-sifat buruk yang pada akhirnya merugikan diri kamu sendiri!

Egois. Ayo din, mikir dong! Di dunia ini, kamu hidup bersama jutaan manusia yang tak semuanya meletakkan diri kamu sespesial kamu ingin dianggap. Egois = mematikan diri, mematahkan sayap, hilang terbang.

Emosi berlebihan. Please din, lebih cerdas control emosi. Ada saatnya ketika kamu boleh keluarkan emosi kamu. Cerdaslah memilih tempat untuk keluarkan emosi. Kurangi rasa terlalu ingin memiliki yang berlebihan, posesif. Please, do remember Dinie. Manusia, wahai manusia. Kamu tidak bisa MEMILIKI manusia. Emosi terlalu meluap = Menyayat hati sendiri.

Tidak mendengarkan. Iya, kamu penyiar yang (mungkin) punya banyak pendengar. Tapi sungguh, itu tidak berarti lantas kamu tidak gunakan hakmu untuk mendengar. Mendengar itu hak berharga, Dinie. Please, do listen! Dengarkan dan laksanakan apa yang memang pantas untuk kamu kerjakan.

Arogan. Masya Allah, Din! You are really nothing. Apa sih yang kamu sombongkan? Cerdas, tegas, ide? Dih, ga ada apa-apanya itu! Kamu itu kecil, Dinie. Kamu bukan siapa-siapa. Kamu hanya Dinie, Dinie Saja. Rendah hati ya Din. Please be humble. Humble for really being humble, not to show your arrogant side.

Nah, Dinie. Tahun-tahun sebelumnya, sifat-sifat tersebutlah yang membuat kamu merasakan sebuah sakit yang luar biasa. Sepanjang hari, sifat-sifat itu membuat kamu sendiri menggerogoti sisi God Spot yang ingin bekerja maksimal dalam dirimu, untuk dirimu, untuk dikembalikan padaNya yang telah menyeimbangkan segala sesuatu dengan begitu sempurna.

Akankah terulang lagi di 2008?


Please, Din. Jangan terus tulis resolusi kalau isinya tidak pernah berganti. Maka, berfikirlah wahai hamba Allah. Berfikirlah dengan jernih.



Berfikirlah, bahwa ada kalanya,
kita butuh lebih dari sekedar 2 buah telinga untuk mendengar.
Berfikirlah, bahwa ada masanya,

kita butuh lebih dari 2 mata untuk melihat.
Berfikirlah, bahwa ada saatnya,

bahkan hati pun tak cukup untuk merasa.


I’d like to say: Yes, I WILL CHANGE, and am always changing better. Saat ini, saya memang belum pantas untuk dapatkan seorang yang baik, dan belum ingin mendapatkan siapa-siapa. Karena Allah menjanjikan bahwa wanita baik mendapat pria baik, wanita pezina (tidak baik) mendapat yang tidak baik juga.

I do want to say, someday:

I was a bad one, but in my meaningful step to the beauty trace of changing, to have a real better me, then get the best for me for going on this life.

Saturday 15 December 2007

Again, silly emotion


Betapa naifnya saya, lagi dan lagi.

Ternyata...
Saya belum cukup dewasa untuk mencintai.
Saya belum cukup pengertian untuk memahami.
Saya belum cukup profesional untuk tidak cemburu.
Saya belum cukup mampu untuk menahan hati.



Padahal...
Saya pernah berkata bahwa ketakutan manusia terhadap sesuatu di dunia, justru akan membawa manusia pada ketakutannya itu.
Sekali saja saya berkata saya takut mencintai orang yang tak berani saya cintai, maka sebenarnya saya sedang dalam proses mencintai orang tersebut.
Maka, sedikit saja saya merasa takut kehilangan orang yang sudah berhasil saya cintai dan mencintai saya itu, maka jejak awal ketakutan itu akan tampak pula.

Bersiaplah kehilangan manusia, wahai manusia.
Karena, tidak akan ada seorang manusia pun yang tak kehilangan, sesuatu dan seseorang yang sangat dicintai sekalipun.


Terima kasih, telah terbuka mata hati ini kembali, bahwa manusia bukan untuk diharapkan, tidak untuk dinantikan. Bukan manusia tujuan saya kembali. Bukan manusia yang selamatkan hidup saya. Bukan manusia yang membawa saya menjadi tetangga Rasulullah. Seluruh manusia di dunia ini tau, hanya Allah SWT saja yang paling pantas dinanti, paling berkuasa menyatukan saya dengan manusia-manusia yang sudah sadar bahwa tidak ada seorang manusia pun untuk dijadikan tempat bergantung dalam hidup ini.

Friday 14 December 2007

Silly Emotional, Hurt

Hurt, I am standing for myself... Hidden this tears inside... Hurt myself deeply, so much deep inside... Just wonder, whether it's normal or not. I am hurt, and breaking myself away.

Wednesday 12 December 2007

Orang dan 1 orang

Memiliki beragam jaringan kerja, memiliki variasi karakter sahabat-sahabat tercinta, menghadapi begitu banyak sifat manusia yang berbeda-beda membuat saya luar biasa bahagia.

Tersebutlah, malam ini, seorang murid saya bercerita tentang problem yang saya anggap begitu sederhana, tapi bisa bikin dia pening kepala. Tawa spontan begitu saja lepas setelah dia akhiri obrolan di telepon. Hehe lucu aja mengingat murid saya itu dulunya pernah di cocok-cocokin sama saya, lalu malam ini dia bercerita bahwa dia sebenarnya ga mau jadian sama pacarnya yang juga murid saya. Waduh waduh... saya mau ngelamar jadi guru bimbingan dan konseling merangkap instruktur speaking English deh kalo gitu .

Iya, sejujur-jujurnya bicara, saya lebih senang meletakkan posisi saya sebagai teman bicara untuk murid saya daripada harus berdiri di depan kelas dan menjelaskan pelajaran yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Makanya, setiap kali saya berkesempatan mengajar, rasanya belum pernah sekalipun saya benar-benar mengajar yang sekedar menjelaskan materi. Kelas saya malah jadi garing kalau hanya berisi materi. Yeah, jelas ada materi lain yang lebih menarik dan lebih reachable ketika diterapkan langsung di medan perang, bukan di kertas putih bertinta hitam rapi penuh huruf.

Lagipula, sesungguhnya mereka bukanlah murid saya, melainkan teman sebaya yang memang layak dibagikan dan membagikan cerita. Selayaknya sahabat-sahabat saya yang luar biasa, mengingatkan dan diingatkan.

Saturday 1 December 2007

Oh... my xtacy...





Gosh, it is 1st again!



Tidak ada tulisan-tulisan lagi di blog ini ya sepertinya. Anyway, saya ingin kembali bermain dengan kata-kata. Pusing juga lama-lama berdiam diri dan tidak gerak jari. Hari ini, khusus saya curahkan waktu ini untuk bercinta dengan suasana.

Well, belakangan, berita beredar *di infotainment* adalah sibuk bahas tentang artis yang tertangkap gunakan narkoba. Beberapa waktu lalu, Roy Marten resmi dinyatakan tersangka untuk yang kedua kalinya. Tak lama, muncul nama Fariz RM. Ada juga pelawak Gogon, pemain film Gary Iskak dan akhir-akhir ini, Ahmad Albar dan anaknya, Fachri Albar juga ikutan meramaikan warna infotainment dengan berita keterlibatan mereka di narkoba.

Hal menyenangkan yang saya serap dari berita-berita tersebut adalah bahwa pamor mereka sebagai selebritis tidak benar-benar buruk di mata masyarakat. Sebagai bukti, Roy Marten ketika pertama kali dinyatakan bersalah dan terlibat narkoba, tetap diterima kembali dengan senyuman hangat di dunia entertainment. Dia main sinetron lagi. Tidak ada sanksi sosial signifikan yang terasa. Betapa luar biasa masyarakat Indonesia. Saya pun salut dengan kejujuran Roy Marten dan keluarganya yang mau mengakui bahwa dia benar-benar terlibat barang haram itu. Sayang sekali, Roy harus jatuh dua kali. Dan luar biasa lagi, fansnya tak bergeming untuk hilangkan rasa simpati buat Roy Marten. Sebuah kharisma yang luar biasa!

Pagi ini, saya simak berita lagi tentang Ahmad Albar. Teman-teman dekatnya menyatakan kalo Ahmad Albar adalah orang baik yang berjiwa sosial, rela membantu sesama tanpa pandang harta. Ahmad Albar adalah orang yang jauh dari hal-hal negatif. Orang baik-baik deh intinya. Walaupun mengakui bahwa mereka pernah terlibat barang haram narkoba beberapa puluh tahun lalu, tetap saja rasanya menjadi aneh dan mustahil begitu tau Ahmad Albar jatuh lagi ke lubang yang sama. Duh duh, narkoba.

Kadang saya tidak begitu mengerti dan sangat susah untuk memahami bagaimana bisa orang-orang jatuh ke dalam sebuah lubang yang mereka sendiri sudah tau bahwa di dalam lubang itu ada duri. Apakah duri-duri dalam lubang itu rasanya manis ya jadinya pengen masuk lagi?

Yea, saya memang belum pernah rasakan nikmatnya narkoba, atau bahayanya narkoba. Tapi paling tidak, cukuplah saya menjadi ekstasi kehidupan untuk diri saya sendiri. Kalau saya gunakan diri saya terlalu banyak, artinya saya sedang berusaha membunuh diri saya sendiri. Setuju?