
Kenapa? Magrib kemarin, Ibu saya berkata bahwa ketika sedang kesulitan, keluarga akan membantu. Dalam situasi terjepit, seperti terkena musibah, keluarga akan jadi orang yang paling peduli. Tapi sayangnya, hal ini tidak begitu saya rasakan secara mendalam. Bukan berarti keluarga saya tidak membantu saat saya sedang sibuk atau terjepit, namun keluarga saya selalu kalah langkah mengulurkan bantuan. Sangat jarang sekali saya menemukan orang berkata, “Dia keluarga saya, sudah seperti teman sendiri.”. Namun seringkali saya mendengar orang-orang berkata, ”Oh, dia teman dekat saya, sudah seperti keluarga sendiri.” Dan tidak sekedar kalimat, namun dengan implementasi yang bisa dipertanggung jawabkan pula.
Nah, itulah yang saya jadikan alasan utama untuk tetap hang out dengan teman-teman saya akhir pekan nanti. Di kampus saja, tidak cukup untuk meluangkan waktu kami yang berharga demi sebuah kebersamaan. Beda rasanya. Waktu kosong saat menunggu kehadiran dosen di kampus, dengan waktu kosong yang sengaja kami luangkan untuk bersama-sama sungguh kentara sekali bedanya. Walaupun kegilaan yang dituangkan selalu saja hampir serupa di setiap acara, namun kekhususan waktu yang sengaja dicari akan menambah makna kebersamaan saya dan teman-teman. Merekalah teman saya, yang sudah seperti keluarga saya sendiri.
Untuk itu saya berdoa, semoga persahabatan ini tidak melenakan saya. Semoga kepercayaan yang mengalir tidak membuat kami menjadi lupa. Semoga tawa yang setiap hari tercipta benar-benar menjadi warna indah yang padu, menghilangkan semua yang abu-abu.
di orang sunda ada istilah..
ReplyDeleteteman seperti saudara tapi
saudara belum tentu kayak teman...
yayayaya... makanya saya sayang temen-temen saya. tapi keluarga juga sayang laah. apalagi bapak saya :)
ReplyDelete