dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Wednesday, 19 September 2007

HURT ME


Ketikan saya tanggal 1 april 2006:


Ada beberapa hal yang kadang terlalu berat untuk kita tinggalkan, tapi harus segera kita tinggalkan. Harus menunggu sampai kapan kalau bukan sekarang? Itu adalah kalimat yang sangat memotivasi. Namun, perlu kesiapan mental yang matang untuk membuat tekad yang kuat itu menjadi kenyataan. Mental yang belum matang akan rapuh di tengah jalan. Mental yang benar-benar bisa menerima, bahwa segala yang ingin kita perbaiki tak akan bisa langsung utuh. Diperlukan kesabaran, tak hanya ketika syiar untuk orang lain, namun juga untuk diri sendiri. Hanya dengan niat yang kuat, kesadaran yang tangguh dan tindakan yang meyakinkan yang membuat semua keinginan itu akan terwujud, tanpa rapuh di tengah jalan.

Saya masih ingat asbabun ketikun *hehe, maksudnya penyebab saya mengetik tulisan di atas* waktu itu. Saya ternyata termasuk salah satu korban ketidaksiapan mental saya sendiri untuk menyatakan bahwa “saya akan berubah, menunggu kapan kalau bukan sekarang?”, saat itu ujar saya. Saya berubah, iya sedikit. Apakah lebih baik? I do not really think so. Barangkali iya, ada beberapa perubahan berarti yang bisa saya rasakan sampai sekarang. Namun, secara tak kasat mata *bahkan oleh mata minus saya sendiri*, masih ada beberapa bagian yang terasa begitu kering dan mulai rapuh.

Sudah berkali-kali kejadian seperti ini. Ngomongnya mau berubah, tapi faktanya rapuh juga di tengah jalan. Bahkan di bulan penuh keajaiban ini, semangat yang berkobar-kobar tak kunjung muncul kembali. Saya bingung juga kadang-kadang. Mau diapakan sih saya ini? Fluktuatif sih fluktuatif perasaan ini. Tapi masa tiap kali feeling dan kadar iman lagi naik turun, yang drastis selalu degradasinya? Cape dan bosan. Padahal, kalau dirunut secara lebih mendalam, bukan siapa-siapa yang bermain dengan perasaan ini melainkan diri saya sendiri. Jadi, harus diapakan ya saya ini biar tidak rapuh di tengah jalan?

Cukupkah saya menjawab dengan: ”Waktu kan menjawab?” Itu jawaban basi, yang tentu saja akan memperlama proses. Atau, puaskah diri saya dengan berjanji: ”Saya bersumpah, saya akan berubah, segera berubah menjadi lebih baik”. Lebih baik yang bagaimana? Lebih baik menurut kaca mata siapa? Kalau dari kaca mata saya, mesti akan banyak rapuhnya. Mata saya minus, dan sepertinya minus ini semakin meningkat drastis seiring drastisnya penurunan perasaan tidak nyaman yang sedang saya rasakan.

Rasanya, proses akan semakin lama. Belum ada tanda-tanda ke arah perubahan yang lebih baik. Saya perlu disakiti lagi, sepertinya.

No comments:

Post a Comment