dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Thursday 30 August 2007

Wanita HARUS bisa masak!

I think Buble – Everything was created for cheering my life up. Everytime, whatever I feel about, every single word that I wanna choose to express my feeling (especially about Je t’aime or something like that), every step that I move on, Everything is always the best and the most appropriate representative song of my feeling!

And yesterday, I served this song *I am listening Buble everything, and I think I NEED TO listen it at least once in a day!* to my students as listening practice. I tried to influence them to love Everything, and it worked. They were trying to love Everything, sang it together, and translated every single lyric of the most played song when broadcasting of mine. I am satisfied, not only yesterday, but also TODAY!

It’s all about Buble, it’s all about my Everything, and it’s still all about me. Now, let me talk about the most important thing *is it the most?* that a woman should be able to do:



COOKING.

Haruskah wanita bisa memasak? Atau pentingkah wanita pandai memasak? Apakah benar wanita tidak akan dapat suami kalau tidak bisa memasak? Kenapa wanita harus bisa memasak? Memangnya kenapa kalau wanita tidak bisa memasak? Apa efek buruknya kalau wanita tidak bisa memasak? Bagaimana kalau wanita itu ga punya bakat di bidang memasak? Aaaargh… saya ga pandai masak niiiih.

Baiklah. Mari kita lihat (baca: baca) opini dari seorang wanita yang tidak *belum* pandai memasak.

Menjawab pertanyaan di atas, menurut saya, wanita harus bisa memasak, tapi tidak penting bagi wanita untuk pandai memasak. Kenapa tidak penting? Karena sekarang sudah ada begitu banyak rumah makan padang dan rumah makan siap saji yang murah meriah menyediakan lauk pauk komplit sama sayur. Lah, jadi kenapa saya jawab kalau wanita harus bisa memasak?

Oke, mari kita lihat konteks kata dan kalimatnya. BISA dan PANDAI, beda kan? Nah, saya sih sekarang kalau dibilang ga bisa masak, saya ga terima. Saya bisa kok masak mie instan, bikin nasi goreng, sama masak air! Tapi saya tidak cukup pandai memasak makanan yang sedikit agak berat *menurut saya loh* seperti pepes ikan, tumis kangkung, tempe bacem, dan jenis-jenis masakan lainnya yang saya hanya bisa makan mereka tanpa tau namanya. Belum waktunya, kalau menurut saya. Jadi, saya yakin, akan ada waktunya nanti untuk saya jika tiba saatnya untuk benar-benar BISA meracik dan mengolah sendiri jenis-jenis makanan yang selama ini hanya bisa saya makan saja.

Kenapa wanita harus bisa memasak? Apakah benar wanita yang tidak bisa memasak tidak akan dapat suami? Oke, dari berbagai pengalaman dan tanya sana sini pada kaum pria, ternyata SEBAGIAN BESAR pria mendamba istri yang PANDAI masak. Yakin, para pria yang sedang baca tulisan ini juga SAYA PASTIKAN, ingin punya istri yang bisa masak enak kan? Hmmm, jadi apakah mereka *saya dan para wanita yang belum bisa memasak enak ini* bakalan ga dapat suami? Nah, dari berbagai pengalaman bertanya dan survey tanpa rencana yang berhasil saya himpun, wanita yang tidak bisa memasak ternyata masih berkesempatan untuk bersuami. Malah, para wanita yang awalnya tidak bisa memasak ini, setelah menikah, mau tidak mau jadi bisa masak juga. Malah, terbukti *tante saya* masakannya lebih enak dari masakan orang lain. Seiring berjalannya waktu, learning by doing alias otodidak dan ngerumpi kanan kiri sama tetangga toh akhirnya jadi proses pembelajaran paling baik. Memasak yang otodidak, why not? Masa sekali masak harus langsung enak... jadi koki aja kalo gitu hehe.

Apa efek buruknya kalau wanita tidak bisa memasak? Hmmm, saya tidak tau betul mengenai masalah ini. Tapi, kemungkinan buruk yang bisa diperkirakan adalah wanita yang ga bisa masak akan dapat pandangan minus di mata ibu mertua. Pernah, saya punya teman (baca: gebetan), yang mengklaim pada saya bahwa jika ingin menjadi salah satu anggota keluarganya (baca: istri), keluarganya akan mengadakan tes kecil-kecilan yaitu dengan peragaan proses dapur, termasuk bagaimana cara menyiang ikan yang benar, mencuci udang, cuci piring, dst *saya lantas mundur teratur, walaupun sebenarnya bukan itu alasan utama saya mundur dan meminta perubahan status dari gebetan menjadi teman biasa*. Ibu saya juga mengklaim begitu.

”Din, nanti liat deh kalau kamu ga bisa masak, ibu mertua pasti menjeling sinis ke kamu”, kata Ibu saya.

Berhubung saya belum punya ibu mertua, dan berharap semoga ibu mertua saya nanti sama seperti saya *tidak bisa masak juga dan tidak masalah calon menantu ga bisa masak*, jadi saya ga begitu ambil pusing sama apa yang dikatakan ibu saya. Bukannya mau jadi anak durhaka atau gimana. Ya abis mau digimanain lagi. Sepertinya tangan ini diciptakan belum untuk benar-benar memasak. Daripada keracunan dan masakan keasinan, kan lebih baik tangan ini terampil di bidang lain saja, toh?

Oke, terampil di bidang lain, artinya bakat? Nah, bagaimana jika wanita memang tidak bakat masak? Hmmm, barusan saja saya ngobrol kecil dengan seorang teman laki-laki saya. Menurutnya, masak itu bukan bakat yang bisa atau tidak bisa dimiliki seorang wanita, tapi suatu keharusan yang dimiliki oleh seorang wanita. Bagaimana akan berumah tangga kalau masak aja ga bisa? Itu dia alasan utama yang dijadikan sebagai semacam primary reason. Alasan utama wanita harus bisa memasak adalah untuk suaminya. Hmmm saya belum punya suami, jadi gapapa dong ga bisa masak ehehehe.

Baiklah, masalah bakat atau engga, saya sepakat dengan teman saya, bahwa tidaklah perlu suatu bakat khusus ketika bicara tentang masak memasak. Sudah selayaknyalah seorang wanita bisa memasak. Di Indonesia, Wanita = Sumur Kasur Dapur, masih berlaku bagi sebagian besar keluarga. Memang saat ini tak bisa kita pungkiri, ada beribu-ribu wanita karir di berbagai jenis kantor. Namun, melihat fenomena di sekitar saya, mau tidak mau pada akhirnya, wanita akan kembali ke kodratnya: MEMASAK.

Kesimpulannya adalah: Saya masih belum bisa memasak, dan entah kapan akan benar-benar belajar masak. Waktu kosong benar-benar untuk tidur, dan ketika tidur badan saya benar-benar jadi melar lagi. Hmmm, benar-benar persiapan serius sebelum bulan Ramadhan yah. Benar-benar EDAN!

Monday 27 August 2007

simple, but complicated


Yang simple jadi begitu rumit.
Yang sederhana malah jadi sangat complicated.
Seperti saya saja. Saya seharusnya simpel, tapi begitu rumit pula.


Mendengar kanan kiri

Melihat depan belakang.

Merasakan atas bawah.

Perasaan saya kadang menembus kotak kaca, mengabaikan suara-suara yang tak pernah tau betapa galau dan ingin segera keluar dari emosi bodoh ini. Sangat tidak beretika. Emosi bodoh yang semakin dibiarkan bergelayutan tak menentu.


Sebenarnya ini simple. Sayang sekali, yang simple seringkali mendapat perlakuan begitu rumit. Yah, in conclusion, it’s all just like me.

Sunday 26 August 2007

What a bad Saturday tonite!

Gara-gara pergi jalan ke luar, mood saya jadi turun lagi. Padahal tadi sore saya merasa sudah cukup senang, mengembalikan energi dan kekuatan saya untuk mencintai hari-hari saya lagi. Tapi malam ini, gara-gara kata REFRESHING, saya jadi BAD MOOD! Bukan siapa-siapa yang keluarkan kata itu. Tidak dengan cara yang menyenangkan, sayangnya.

Lately, saya BENAR-BENAR merasa kesepian. Saya merasa tidak punya teman. Saya ingin apa? Tidak tau, apa yang saya inginkan ya? Maksud saya, apa yang bisa membuat gundah dalam hati ini lenyap? Apakah hati saya gundah, saya juga tidak yakin. Saya hanya merasa sepi. Sepi dan sendiri aku benci.

Benciiii, malem ini semuanya terasa begitu rumit. Yang simple kenapa jadi rumit sih? Tulisan ini pun jadi begitu sulit dan rumit untuk dipahami, kan? Mungkin saya kurang istirahat. Sudahlah. Selamat malam, tidurlah.

Friday 24 August 2007

QUIT FROM TEACHING

Well, I feel that I am motivated lately, just now exactly. Is teaching my real world? That was the question about my boredom of having such continuity teaching. I don’t know how many times I have thought about this kind of things even before I went on my very nice vacation. Yeah, moreover after having vacation, I set myself to be much bored ever than before.

Then suddenly *is it suddenly?*, I think that teaching IS NOT the world that I am gonna exist on. I am not the type of one who likes to bring the rest of job home. I am sure, none of us wanna have it. No one is willing to bring their job that should have finished at office to home. No one wanna be too busy till having no time for taking a sweet rest. Then tonight, after teaching one of my career-woman-students, I am motivated *yes, I AM STILL motivated!* to quit teaching. But maybe not very soon I will do that. I still need to teach, even maybe now I am in the peak of boredom.

I have thought about out from teaching world, but have not considered it yet. So, maybe it’s not the final decision for now *since I still need to teach for some unspoken reasons*. But however, now what’s in my mind is finishing my study soon. After graduating, I have to make an application letter *a serious application letter for finding fun job that I don’t have to bring home*, and keep thinking that teaching will be bored activity to do, too complicated for me today.

I also have talked about it to my mom, and she thinks than I am too much in teaching. She thinks that teaching in 3 different places at the same time makes me have that boredom in my mind. Yeah, I just don’t know how to tell about what I felt now. Anyway, my mother also admitted that she herself sometimes has that way as me! That’s why, I think it’s just fair for me to have different kinds of job as now. Teaching is enough. Teaching is not my REAL future.

Then, what about ambition being a lecturer? How will I be a lecturer while I do not want to deal with teaching *in the formal classroom regularly*? Yeah, absolutely I am gonna save my dream since tonight and forever. The thing that I am thinking about is ME sitting down behind the back, in front of the computer completed with internet connection, finding some information for the office, making some drafts, finishing some deadline *I hate deadline, tough*. I am thinking me in white collar, match to my jilbab, long appropriate trousers. I am thinking of a career woman who is having breakfast at 8 A.M, driving to work, and then going home at 4 P.M happily.

No more jobs to bring home. Is there any? Well, broadcasting is one of the jobs. Although sometimes I still need to prepare something for giving to listeners at home, but I NEVER feel REALLY BURDEN about my job as broadcaster. I am happy much to be broadcaster. Hoooosh my goodness, what’s going on to me? I am dizzy now. Problem about feeling appears just now. I can’t think and go on writing more. Good night.

urgently needed HELP

Sedikit bicara tentang rasa, malam ini *barusan saja* saya membuka lagi tulisan kemarin, tentang tulisan yang bisa membuat saya meninggikan logika di atas emosi sesaat. Barusan saja, logika saya turun dengan sangat bodohnya. Emosi saya menang sejenak, dan menulis lagi, bicara dan berpikir lagi, membuat logika saya ikut naik kembali. Saya harus lebih realistis. Hmmm, Allah sungguh Maha Pembolak balik hati. Luar biasa.

Mau sampai kapan yaaa saya punya kebiasaan membolak balikkan hati saya sendiri? Memang benar, bahwa perasaan tak boleh dimanjakan. Saya masih manjakan perasaan dan emosi sesaat saya sampai dengan hari ini, dan sampai dengan beberapa waktu lalu tadi. Bego. Gara-gara manjain perasaan jadinya manjakan rasa sakit juga. Coz finally, willy nilly everything that I did will make me hurt myself. Jadi, ngapain ya saya selama ini begitu memanjakan perasaan ini? Ya ampuuun. Ini akibat dari begitu lama tidak hadiri majelis apa emang saya yang kayak giniiii yaah? Hosh hosh hosh... setan setan, silahkan pergi sekarang! Setan setan, sekali lagi, silahkan pergi sekarang! Mau saya suruh pergi dengan hormat atau mau saya usir dengan paksa nih? Ayo buruan pergi sana!

Hmmm, sepertinya kesombongan mulai menghampiri diri saya perlahan. Jangan sampai berakar. Teman-teman, tolong taujih saya segera. Tolong buat saya menangis lagi. Hati saya perih, tidak bisa menangis untuk kesombongan saya yang sudah siap akan meledak jika tidak segera dilepas dan dipecahkan dari tempatnya. Cepatlaaah. Tolong saya! *help*

Thursday 23 August 2007

Bored, NO TEACHING

Is teaching a real world for me? Saya sudah bosan dengan kegiatan ini. Ga tau juga apakah ini hanya perasaan sesaat saja *bertemu titik jenuh* atau benar-benar perasaan bosan terhadap suatu profesi. Saya pernah bahas tentang ini *tentang bosan terhadap pekerjaan* di salah satu program Volare bernama Kepak Karir. Detail bahasannya, saya tidak terlalu ingat. Yang pasti, suatu rasa yang wajar ketika seseorang mulai menemukan titik jenuh terhadap profesinya.

Tapi, yang saat ini saya rasakan adalah: Saya tidak mau mengajar lagi. Wah, gawat ya? Padahal belum juga genap 2 tahun saya terjun ke dunia mengajar. Kenapa ya? Apa gara-gara liburan kemarin? Apa gara-gara memanjakan perasaan juga ya ini? Saya sempat berfikir untuk alih profesi. Tidak mengajar, tapi mengerjakan pekerjaan lain yang tidak membebani pikiran, batin, dan perasaan. *akhir-akhir ini, saya selalu merasa terbebani tiap kali akan mengajar, walaupun SUNGGUH, semua murid saya sangat menyenangkan*. Nah, masalahnya, selain bersiaran, pekerjaan apalagi yang pas untuk saya?

Sekarang saya sudah ngantuk. Sudah pukul setengah 2 pagi. Lain waktu, entah malam ini atau besok, akan saya lanjutkan lagi. Terima kasih untuk memperhatikan.

Wednesday 22 August 2007

TV or NO TV?

Buble is really great in his Everything. Yes, I am listening Buble, now. Just dunno how could he arrange this song so amazing? He sings it every single nite of mine, amazingly! I never mind repeating this song as many as possible. Everything is really everything.

But I just got back from watching Television. Peterpan and Letto performed very well. Hoooh, Noe sang Sebelum Cahaya so nice, beautifully. But however, they still can’t beat my Everything! I am listening it again now.

Talking about watching Television, yesterday I didn’t write any LIFE here because I was just too tired and sad after crying stupidly in front of that magic box when I was watching some sinetrons. Oh sinetron, my country’s identity. Indonesian sinetrons always tell about love affair, sacrifice, imagination, arranged married, competition, hmmm well. Hmm, is there any good side that we can get from it?

Nonton sinetron. Itu yang saya lakukan kemarin malam setelah balik ngajar. Sebenarnya sama sekali ga niat, hanya kepencet salah satu saluran TV swasta, kebuka sinetron berjudul RATU, diperankan oleh Christian Sugiono sebagai Rama, Nabilla Syakieb sebagai Ratu, dan Aditya Rahman sebagai Edgar. Ada salah satu aktor Indonesia favorit saya juga di sinetron itu, yang membuat saya memilih untuk bertahan nonton tu sinetron, Mateus Mucus sebagai ayahnya Ratu. *weitz, jadi inget betul yak sampe ke pemeran-pemerannya hwahah*.

Ada apa sama film itu? Nah, jadi gini. Pas pertama saya nonton tu film, pas kena bagian waktu Edgar sama Ratu lagi di dalam mobil, engga tau bagaimana bisa nyampe ke obrolan Edgar nyuruh Ratu balik ke Rama karena Ratu sebenarnya ga cinta sama dia, dan membatalkan pernikahan mereka. Waaah, saya kan orangnya ga bisa niy liat pria menangis *sumpah, baik itu pria menangis di depan mata maupun dengan pembatas kotak kaca*. Nah, walhasillah saya dramatisir sinetron itu dengan ikut merasakan apa yang saat itu dirasakan sama Edgar, rela membiarkan wanita yang sangat dicintainya untuk kembali ke Rama, pria yang dicintai Ratu. Hmmm, saya pun larut dalam sedih. Tes tes tes, air mata ngalir *cengeng banget yak?*. Saya membayangkan dan mengingat lagi, betapa seringnya saya berada dalam posisi Edgar. Walaupun kasusnya tidaklah sama persis *karena saya belum pernah akan menikah dan ngga mau batalin pernikahan*, tapi masalah rasa tentang merelakan orang yang dicintai untuk pergi dan akhirnya benar-benar ditinggal pergi, sama persis.

Sisa ceritanya, yaaa sebagaimana sinetron Indonesia lah yeah. Banyak mengkhayal dan tiba-tiba terjadi hal-hal yang diluar akal sehat, jadi saya males ah ceritain. Intinya, yea saya suka sama Mateus Mucus. Hehe. Engga engga, intinya saya sedih sekali berada dalam posisi Rama selama beberapa waktu, dan bahkan belakangan ini pula teralami lagi *secara saya TERLALU memanjakan perasaan, cepat jatuh, cepat sakit, tapi Alhamdulillah cepat juga sembuhnya*.

Lalu, saya pindah-pindah channel. Iklan-iklan yang lewat, berlalulah. Saya pindah ke sinetron yang saya ga tau judulnya apa. Saya juga ga tau siapa-siapa aja yang memerankan sinetron itu. Yang saya inget, nama sinetronnya antara lain Moza, Kayla, dan entah siapa lagi saya lupa. Tapi ada satu kesan yang saya dapatkan dari sinetron itu. Cerita yang saya tangkap adalah, tentang seorang pria yang disukai oleh teman kantornya, Moza. Tapi pria itu ngga cinta sama Moza. Moza dicintai dengan sangat oleh pria lain, temennya pria yang dicintai Moza. Hebat. *hmm, untuk mempermudah, izinkan saya menamai tokoh-tokohnya ya? Dan jika ada kesamaan nama, ini bukanlah hal yang disengaja, suwer*.

Oke, jadi nama pria yang disukai Moza adalah Aldo. Lalu, nama pria yang mencintai Moza dengan sungguh-sungguh dan juga merupakan temannya Aldo adalah Agung. Nah, cerita yang saya tonton yaitu ketika Aldo ketemu dengan Agung di kafe. Agung looked so sad, karena abis berantem sama Moza. Kurang lebih, mungkin seperti ini script skenario obrolan antara Aldo dan Agung.

Aldo: Hei, gung. Kok keliatan sedih? Ada apa?

Agung: Hmm, iya do. Saya berantem lagi sama Moza.

Aldo: Loh, memang ada apa lagi kamu sama Moza?

Agung: Ini ada hubungannya sama kamu, Do. Tapi jangan tersinggung dulu. Jadi gini. Dia selalu nuntut saya untuk berubah, Do. Berubaha supaya saya bisa seperti kamu. Saya ngerti banget do, Moza memang pernah suka sama kamu, dan masih susah buat ngelupain kamu. Tapi, saya kan orang yang beda. Karakter saya ya saya, bukan Aldo. Pribadi saya, ya saya. Dia ga bisa kayak gitu dong nuntut saya untuk berubah jadi orang lain. Ya akhirnya kita berantem terus deh.

Aldo: Wah, dia ga boleh gitu dong. Boleh ga saya ikut ngomongin masalah ini ke Moza?

Agung: (mengangguk). Silahkan, do.

nah, saya ga tau persis bagaimana perkenalan antara Aldo dan Agung. Tapi yang pasti, Moza dan Aldo adalah teman satu kantor. Lantas, pada suatu pagi, mereka berdua tak sengaja ketemu di kantor, sebelum mulai kerja. Terjadi dialog.

Moza: Hai, do. Pagi! Mau kemana? Buru-buru amat kayaknya.

Aldo: Hai, za. Mau ketemu papa nih (nah, ini saya juga ga ngerti. Bagaimana caranya ketemu papa di kantor? Mungkin papanya Aldo atau papanya Moza direktur di perusahaan itu –yea, biasalah ya sinetron Indonesia).

Moza: Gimana hubungan kamu sama Fitri do?(Saya ga tau juga fitri itu siapa. Tapi kayaknya itu pacarnya Aldo)

Aldo: Kita baik-baik aja. Oiya, za. Saya mau ngomong sedikit tentang Agung.

Moza: (ekspresi kaget).

Aldo: Kamu ga boleh kayak gitu dong sama Agung. Dia itu sayang banget sama kamu. Kamu ga bisa menuntut Agung untuk berubaha menjadi seperti aku.

Moza: Ya, kamu kan tau do. Sampai sekarang, jujur, aku ga bisa melupakan kamu. Aku ingin dia bisa seperti kamu.

Aldo: Za, manusia itu beda-beda. Kamu itu beruntung karena Agung sayang banget sama kamu, tulus. Kamu beruntung karena dicintai oleh pria seperti Agung. Hubungan cinta kalian mulus, tidak ada begitu banyak rintangan. Saya yakin, kalau Agung mengalami masalah yang sama seperti saya (nah, masalahnya apa juga saya ga tau), dia juga pasti akan sangat berjuang keras untuk tetap mempertahankan hubungannya sama kamu.

Moza: Ya, do. Melihat perjuangan cinta kamu ke Fitri, aku jadi makin ga bisa ngelupain kamu. Aku jadi makin salut do sama kamu. Dan tentang masalah aku sama Agung, yaaa mungkin karena memang pada dasarnya kita udah ga cocok aja do, jadi bawaannya berantem terus.

Aldo: Ya, ......................... (udah lupa dialognya apa)

Moza: Oke, mulai sekarang saya janji ga akan nuntut yang macem-macem lagi sama Agung. Makasih ya do.

---------------------------------------

Nah, apa yang menarik dari penggalan cerita sinetron itu?

Walaupun, sekali lagi, cerita sinetron itu sangat tidak masuk akal (bayangin aja, awalnya buru-buru, tapi sempat ngobrol sambil berdiri pas mau ketemu sama papa, gimana coba?), tapi penggalan cerita tentang ketegaran Agung menghadapi Moza mau tidak mau mengingatkan saya sama kasus yang mirip. Menuntut seseorang untuk menjadi seseorang. Kapan bisa jadi nyata? Ya jelas susah.

Selain itu, kebesaran hati Agung menerima kenyataan bahwa Moza masih belum bisa melupakan Aldo, pria yang juga temannya dan kemungkinan masih disukai Moza, benar-benar membuat saya mengingat kembali kasus serupa tapi tak sama. Bedanya dengan sinetron Ratu, saya tidak mengeluarkan air mata sedikitpun waktu nonton cerita ini. Ga ada bagian pria menangis soalnya.

Anyway, sejelek apapun sinetron Indonesia, sebenarnya selalu ada pesan yang berusaha disampaikan oleh si pembuat cerita *dan sayangnya, pembuat cerita tuh kadang-kadang bisa dibilang NGGAK ADA karena cerita sinetron itu sebagian besar nyaplok cerita-cerita Korea, India, dan negara-negara lainnya—Wikipedia.net*. Jadi, seharusnya ketika nonton sinetron, isi pesanlah yang berusaha kita ambil, bukan cela mencela akting si ini jelek si itu kaku si anu seharusnya ga lulus casting dan lain sebagainya.

Yeah, kalo bicara tentang kualitas siiih, sinetron Indonesia bisa dibilang tidak punya daya saing tinggi. Mau dibandingkan sama siapa dulu nih? Sama telenovela spanyol? Saya juga tidak begitu paham Telenovela itu ceritanya bagaimana. *tapi jangan-jangan kurang lebih sama kayak sinetron yak? Cuman pemainnya, gilaaa maaan cakep-cakep semua. Mulai dari Armando sampai Alberto*.

Setelah nonton sinetron-sinetron tadi, saya pindah channel lagi. Program ketawa-ketawa. Yaaa, palagi kalo bukan Empaaaaaaat.... Mataaa. Bintang tamu kemarin Shanaz Haque sama Gilang Ramadhan, Sophan Sopian sama Widyawati dan Dominique Sandra. Lucu, lumayan deh. Saya ingin bisa punya rumah tangga yang awet dan menyenangkan seperti para bintang tamu itu. *hmmph, rumah tangga? Yak, saya sekarang berada dalam posisi anak perempuan satu-satunya dalam bahtera rumah tangga ayah dan ibu saya*.

Apalagi? Ya udah gitu aja. Sisanya saya tidur, cape. Dan malam ini (sudah pagi, jadi pagi ini), saya melepas penat dengan nonton TV juga. Namun sebelumnya, aktivitas saya ya seperti biasanya. Hari ini, ngajar dan ngajar. Kemarin di tengahi sama siaran. Hari ini ga ada jadwal siaran. Jadi hanya mengajar dan mengajar. Sama ke kampus pagi-pagi, foto untuk bikin KTM baru.
Oke, ayo ngobrol tentang mengajar. Mari pindah hari dulu.

Sunday 19 August 2007

I'm gonna be LEFT (again)?

Hati saya berdebar, bertanya-tanya apakah ini pertanda bahwa saya akan ditinggalkan (lagi) oleh seseorang yang saya tidak ingin dia tinggalkan saya, seseorang yang saya inginkan dalam porsi apapun *dengan sayang yang terasa maupun tidak*? Jika iya, maka ini adalah untuk yang keentah berapa kalinya saya ditinggal pergi *walaupun tidak benar-benar pergi* oleh seseorang yang kehadirannya saya harapkan.

Why should always be like this yaa? Berkali-kali, dan terulang lagi. Apakah saya ingin bermain melulu dalam kasus semacam ini? Apakah saya yang begitu memanjakan diri dengan emosional sesaat ini *sehingga muncullah apa yang disebut sebagai cinta lokasi itu*? Apakah itu cinta lokasi sungguhan? Apakah saya sebegitu bodohnya untuk tidak berpikir bahwa sebenarnya masih ada banyak hal untuk dipikirkan dan dipertimbangkan berulang kali ketika saya akan bertindak ‘memasang’ perasaan yang serius dalam hati dan pikiran saya?

Nah, dan mengapa pula belakangan ini saya jadi sangat bodoh menyibukkan diri dengan satu hal yang dulu berulang kali dan seringkali saya kumandangkan sebagai hal yang sama sekali tidak penting untuk dibahas? Jawabannya adalah: saya terlalu banyak bersantai-santai dan meliburkan diri dari aktivitas sehari-hari yang biasa saya jalani! *walaupun sesungguhnya dengan aktivitas yang banyak itu, tetap masih ada sedikit pikiran semacam ini*. Tapi, apakah benar hal itu sekarang tidak penting untuk dibahas? Bukankah penting tidak pentingnya suatu hal untuk dibahas tergantung situasi di mana kita sedang berada?

Situasi tempat saya berada saat ini adalah ketika saya benar-benar membutuhkan satu orang saja *selain sahabat-sahabat yang baik dan berharga serta keluarga yang selalu siap sedia* untuk temani saya berbagi rasa. Apakah berarti pacar? Apakah harus pacar? Apakah harus ada kata dan proklamasi bernama ‘pacaran’ untuk ‘memiliki’ satu orang yang bisa saya ajak berbagi rasa kapan saja? Saya yakin, teman-teman yang membaca tulisan saya ini dengan pemikiran dewasa bisa bedakan bagaimana rasanya berbagi dengan keluarga, bagaimana rasanya berbagi dengan sahabat terbaik dan berharga, dan bagaimana rasanya berbagi dengan satu orang saja yang sedang saya butuhkan itu. Memang, terasa dan terbaca *barangkali* bahwa situasi saya saat ini seperti orang yang tidak pandai bersyukur dan tidak bisa bersabar. Yeah, itulah kenyataannya.

Ternyata saya tidak cukup bersyukur dengan banyak hal yang sudah Allah berikan kepada saya. Saya jadi mengingat lagi obrolan saya dengan salah satu sahabat saya yang sangat berharga, bahwa dia tidak begitu mengharapkan seseorang yang saat ini dekat dengannya untuk selalu ada di sampingnya. Dan saya bisa melihat kenyataan tentang teori yang tidak semudah praktek. Terbukti, dan begitu terasa sampai ke hati.

Yah, marilah biarkan saya menyimpulkan mengenai masalah saya ini. Masalah ini sesungguhnya selalu muncul tiap waktu kapanpun ia mau. Hanya perkara hati saja *lagi-lagi hati*, untuk mengokohkan semangat diri bahwa saya sebetulnya mampu kok hidup tanpa harus ada seseorang lagi untuk diajak berbagi. Nanti, pasti bisa datang sendiri, jadi jangan dicari. Kuncinya: bersabarlah, dan berusahalah untuk jadi yang terbaik.

Friday 17 August 2007

Coz I AM NOT donkey

Am I a woman who shouldn’t have a real love feeling from a man whom I wanna be with? Am I a woman who doesn’t deserve to have it one? Why should always be like this? Am I cursed? So sad August, against July…

But I still remember well that August is the month that I had (also) so many nice and unforgettable memories. In this month also, I got priceless lesson from experience. One experience seems to be so simple to think as the most important thing to think. But this experience is not as simple as what I thought. I am not a donkey.

A donkey! Am I a donkey? From new today, I should and must make my list of priority of what I am gonna do next. Just imagine I were in that position, then I noticed something wrong happened to someone whom I do love much! That will be hurt. And I think I am the only woman *around thousands of my friends* who deserves to have it. So, dinie, forget to do something stupid that possibly hurt, because willy nilly finally all the small and big things you do will hurt you!

Well, let me free again. As today, freedom of beloved Indonesia!

Thursday 16 August 2007

I want my PEARL

No writing almost a week, make me feel like I am NONE of career woman anymore!

Yogyakarta. So beautiful on this august, leaving many stories to talk about, leaving many headaches to think about, leaving many memories to stay in heart, always and always… 2 days was not enough, even I think a week will never be enough if I grow that stupidity *as I was, the OLD, ancient style of stupidity… Me!* That was such a shame.

I will not write anything about that *new* everything. Just let me write it right on this mind, to be kept as eternal eternity-memory. Now, the other he came, and he was (or is?) one of forbidden one to ‘touch’. So, I have no problem anymore about telling him in this open forum, skip it, and close the case soon. Well, the case is closed. *finished*

Then, Prambanan touched my eyes very well, together with my very gokil bestfriend WALKING around that temple! Great, setelah sekian lama ga JALAN kaki, dan setelah sekian tahun *apa sekian bulan ya?* ga ngebis lebih dari sejam, I felt that with my very best gokilnya Mba’e PUSPA, PADI = Puspa Hanandhita whehehehehe… (Lah, ternyata Padi itu bukan lagi salah satu jenis tumbuhan, tapi bisa juga jadi singkatan nama orang yah… dan di Pontianak jadi salah satu nama jalan :D).

Then, UGM yang indah itu, ampir aja huruf-hurufnya miring gara-gara salah satu temen terbaik saya, Herlianti Annisa *ooh Icha I just dunno why recently saya jadi sayang banget sama dia* ngedudukin huruf-huruf UNIVERSITAS GADJAH MADA buat foto sama saya, plekh eeeeh tulisannya jatoh, miring. Waaaaaeeeh, mampus dah. Saya langsung aja bayangin kalo aja tuh tulisan ga bisa ditegakkan lagi, saya ga akan bisa mampir lagi ke Jogja berhubung kasusnya terjadi ketika saya mau foto berdua sama ica. Pyuuuuwh, what a nice memory to forget, tough.

Then, when finally I stepped my foot step by step into the plane, I was gonna leave on the Jet Plane, without knowing when I’ll be back again, and although without those who accompanied me with so full cream nice memories, I cried on the window and swapped it out when my mother asked me something. I remembered all, all the things inside, things that I myself didn’t know how to tell.

Then, now I am home. I am in front of this nice diary. I am sad. I am gonna cry, and I leave this notebook, with crying out loud in heart.

Dan besok adalah hari kemerdekaan Indonesia, tapi saya merasa masih belum bisa memerdekakan diri saya sendiri, untuk suatu hal yang saya inginkan menjadi merdeka.

Saturday 11 August 2007

How dare ME!


I do wanna cry, NOW! I talked with him, really asked him to talk with me! He talked with me, even just for not more than a couple minutes! How dare I was! Who do I think I am? Astaghfirullah… And one thing that I can’t forget is: he asnwered me just like he *another he* replied my question.

“Would you please to share with me about………? *different case, but in one point is same purpose – yea to ask him share longer*.

“Pleasure, anytime” *directly, EQUAL, no difference, that was also the answer when I asked him to share with*.

Then, ladies and gentlemen, it happened again! A few hours ago, it happened, just now, just few hours ago!

I promise myself, to not let myself hurt just in a second. The last time is enough, about someone whom I hope to say no, but I cried when he EVEN didn’t say NO and didn’t say YES! That was when I hoped him to reject, to decline, to give me no response at all, and even at the same time, I also hoped him to share with, someone like him. (and now I am listening Buble, ooh makes me wanna cry, but what for?).

Today, I forget him without pretending that I am STILL a woman who NEEDS someone like him to be with me. Succesfully, step by step I unleash that feeling from my stupid thought and mind. Until today, I am forced myself to admit that I find one, someone like him whom I hope *also, and again – same wish* to reject, no giving response at all.

Maybe, I do not need to hope so about his *both response and declines*, as long as I do not make any request like I did to another him.

Enough about them, I think. I have promised myself not to be sad in every month, with or without lovely July. Just let the time acts, and I am still loyal to Buble, about his Everything. I am waiting to be Everything, of him or him, or the other him.

No Application Letter, but CONFUSE!

I do not need to make any application letter, and I am not STUCK or LOOK or FEEL or STAY or PLAY any GAMES, but I get confused about so many places to put myself in!

The first and the only place that I WILL NEVER leave it till the time comes is beloved Radio Station where I grew my hobby *is it hobby, to broadcast?* and I could share my idea and sometimes blank opinion without any preparation but still had some listeners, even LOYAL listeners!

The second place, *that recently made me a bit disappointed and consists of ‘that creature’ who now has implemented my priceless idea into HER family COMPANY* is, yeaaa that place. I will not mention the name. Hmm, I am considering leaving it, step by step. Absolutely I also WILL NOT soon leave it, because the memory of being ‘attacked’ still exists in heart. I need time to do. Besides also my students still need me to be loved *oh yeas, they love me, as I love them*.

The third place that I CAN’T leave is my beloved SCHOOL *the place where I had, and have so many memories, almost in every room!*. Now, I am not the student anymore, but I am the friend of the students. I can’t say that I am the teacher, because I do not deserve to be called as a teacher there. I am still blue about teaching them *who sometimes still call me ‘kakak’, but some call me ‘ibu’ (hooowh, I have told them not to call me ‘ibu’ because I am not an ‘ibu-ibu’ yet!*. Absolutely, I can’t leave my school eventhough there’s no black white document to be signed. I think, I do not need that, because I know exactly what should I do and how should I treat my students, by supervising from my beloved teachers there. They love me much, as I do love them much.

The forth place that I NEVER have any stupid though to leave it is MUCELL. It’s the most prestigious place for me, because I find ‘UNIVERSITY’ titled inside the name. Imagine, a university student *who has not finished her study yet*, dares to be the tutor *is it tutor? Not instructor yet, I think* for UNIVERSITY students, even for some lecturers of the UNIVERSITY! Blebh… I am sinking, sinking in my confusing and my confidence. Haha, am I too much having this confidence? Or am I too *a bit narciss, no problem yes? It’s my own pages, OK!*, recommended and energetic and urgently required? Heheh, too narciss sometimes can make me snobbish. STOP THAT. In conclusion, I will not do silly thing like leaving the beloved Learning Centre will be. It’s one of my ambitions to be one of the staffs in Learning Centre.

The fifth place, which recently I join, is also my dream place to join with. How come I leave the place where I want to be there? This place is also a bit prestigious, and the most important is BETTER than the second place. It will be so much impolite if I leave the place where I just come into it, while I am still in training process. And how much I will repent myself if I leave it? It’s my next pace to have better carrer than before; Allah gives me the way, to be better. Hopefully it will be for dunniya wal akhirat.

So, what would happen next? Will I come along for five? Will I have them all? One thing for sure, it’s so impossible for me to work in five different places, while I just only have ONE BODY. But, if every night Everything of Buble always accompanies me, I think it can be possible for me to re-schedule and check, then make sure that I am not gonna ‘die’ and ‘sink’ into my confusedness.

and again


Believe it or not, I AM LISTENING Buble, again!

But I will not talk about Buble, I will talk about feeling of hatred that’s been disappeared step by step, as I am also gonna DO IT step by step*you, who know me well, know IT well!*. Yeah, this anger a bit disappears since I don’t need to meet them-who-are-potential-making-that-feeling-EXISTS!

Today, I do really hope and pray to Allah, in order to make my dreams come true *so many dreams of mine that HE has granted, but seems that I were not thankful about that, yea?*. Hopefully, my ambition *because it is not only a dream* will come true. I wish to teach in one of the best institution in Pontianak, and I think, today I see that I have a bit chance to get it. Well, it’s actually not about leaving my older place of growing ability *that place, if you know that I had problem about POLITENESS, they thought so*, but it is much more because I think I need a bit changing in my career.

So, will I make an application? Or will I wait for any calling? Or will I just stuck and look and see and feel and stay there, and play? Let’s see, just based on GOD’S DECISION… Time is going on.

Saturday 4 August 2007

Deny that STUPIDITY!

I don’t know how to express my feeling when I listen to this VERY NICE SONG! It’s been about (how long?) a bit long time since at first my friend-only-and-nothing-special introduced me to this song. Frankly speaking, I do really not have any abilities to deny that I love this song –Buble’s- is because of him first. As the time went on, I myself love Buble much, as I can really feel the beauty and calmness of JULY *it’s REAL*. Many times played the song, and make it as the most played song when broadcasting, doesn’t make me bored to check it out and out and out and out till in my heart. I think I am too much for this..

Eventhough today July has gone away, but when I was listened to his Everything, I felt that I am in JULY. July means I am Special, but not in other months.

Yes, after July, I feel all of ‘stuffs’ leave me slowly but sure. I can’t really put myself as special one anymore, even in front of my face. I, once again, tonight have a flash move at glance stupidity, because missing a word:

JE T’AIME.

Well, in one point, is just one: missing it means stupid, and do not wanna be more.

Wednesday 1 August 2007

I will KILL

Demi menjaga atmosfir dingin dalam perusahaan, dan atas permintaan orang yang lebih tua dan yang saya tuakan serta saya hormati dan sayangi pula, maka saya telah ajukan surat permintaan maaf kepada mereka. Hmmm, kata teman-teman, itu keputusan mengalah untuk menang. Anyway, mereka pintar banget menempatkan saya dalam posisi seperti sekarang. Kalo saya ga keluar, seakan saya mengemis ke situ *hmm, well you know the fact well actually*. Sedangkan kalau saya mengundurkan diri, maka saya punya musuh baru *walaupun that bitch is a hundred percent my enemy today!*.

Honestly, I can understand why he became so disappoint to me. Yea, I was a bit losing control last night when we talked seriously with the #suck her#, three of us. Well, now I just want to close the case, trash her away from my face, trash her away from my list, add her down to my list as one of people that I must kill when people are allowed to kill!

Ok, I don't think I feel as the most and the most and the most now. I just promise deeply inside this heart to respect my REAL boss *of course she -the suck- is NOT*, from today till the time I will RESIGN step by step by falling down HER by this brain! Just one sentence:

THAT I WILL KILL HER, sooner or later!

SHE IS STUPID!

Well, it’s nite now. Today actually should be very nice because of my students. But, just right at this evening a-person-inside the place where I teach for more than a year *exactly a year 3 months* made me want to kick her out and trash her face as she is a real B^^^H in this world! Yes, she is. I hate her so much, more than I hate everyone before tonight. *Hmm, thanks God I’m a bit relax now by listening to my Buble, my Everything*.

Just imagine, a pride and happiness that I have built with my students today *this afternoon is my first time teaching in my school, the place where I was the student* must go away and change to be so BAD just because of VERY BAD WOMEN named A*N*A, the suck ANA!

Why is she so stupid?

Because she said that I was wrong to compare about payment in HER institution to the other institution.

Who stupid then?

Proudly present, of course she is! She can’t manage HER institution well. She didn’t think for what reasons I compared HER institution to the others.

Why did I compare the procedure of payment?

Yes, because since at first I joined to HER institution *not belongs to HER actually, because she is too stupid to handle an institution till she could have problem with me*, there’s no clear rules and clear procedure about this. I still believe that SHE is STUPID.

Howh, I am really sorry to say that SHE *the SUCK ana* is stupid. Of course, she is not stupid, but she is VERY STUPID and IDIOT! I am totally get mad and fed up about THIS. But I WILL NOT RESIGN from the institution. That just makes her satisfied of my decision. And I a hundred percent will not make her feel as a winner, because an idiot woman like her doesn’t deserve to WIN.

Oh ywesh, once again I would like to say sorry to say that she *the SUCK ana* is very stupid and idiot. She is just a GOLD DIGGER actually. She maybe thinks that I want to get HER money by working in the institution! Hoooowh, if she thinks so, means that now she got TRIPLE STUPIDITY. Even she can’t read what I write here. Ooowh, means that now she got TRIPLE + 1 stupidity *what is the fourth call? I dunno*.


Beberapa poin yang harus diperhatikan mengenai permasalahan ini adalah:

1. Bahwa #the suck ana# berkata, ”Sayangnya Dini membandingkan masalah fair tidak fair ini dengan lembaga lain”. Nah, dia jelas sangat bodoh ya?

Mengapa dia bodoh?

Pertama, karena dia ternyata tidak mengerti masalah persaingan dan kompetisi antar perusahaan.

Kedua, karena dia ternyata dengan rasa tidak bersalah menzalimi saya dengan mengambil bagian lebih banyak sedangkan yang bekerja langsung ke lapangan bukanlah dia tetapi saya. Itu menunjukkan bahwa tingkat kecerdasannya sangat dipertanyakan, hmmm mungkin setara dengan manusia-manusia bodoh yang suka menzalimi rakyat kecil.

Ketiga, karena dia punya memori yang sangat buruk dan menjadikan apa yang dia lupa dan dia tidak bisa tangkap sebagai kambing hitam kejadian kali ini.

Keempat, karena dia berkata bahwa hal tidak fair yang saya alami adalah bagian yang sudah ditetapkan dari lembaga, sedangkan sejak awal saya masuk ke lembaga yang TIDAK DIA PIMPIN, saya sama sekali tidak menandatangani kontrak.

Mengapa saya tidak tanda tangan kontrak?

Apanya yang mau ditanda tangani, kontraknya aja baru mau dibuat sekarang, dan itupun saya dengan teman saya yang susun.

Sekali lagi, mengapa dia bodoh?

Karena dia malam ini terlihat marah sekali, dan seperti ingin mencekik saya hahaha sedangkan saya teleng-teleng kepala aja, then I said, ”Sudah selesai masalahnya? Hmm, yang sudah berlalu biarkan saja berlalu, just let it GO OUT!” Sambil sedikit menambahkan, “Mudah-mudahan kedepannya tidak terjadi seperti ini (karena sudah ada pembagian yang jelas yang BARU DISEPAKATI dengan rekan-rekan yang lain-dalam hati)”.

Nah, sekarang makin terlihat jelaslah kebodohan #the suck, owh I dunwanna mention her name in my nice blog, ngotorin aja#.


Hmmm, writing makes me feel so satisfy.

10:33

Oh yeah, the latest info from my NICE BOSS *at first I think that he is nice, but not more I guess*. Hmm, learning about being polite? Hahah. One more issue inside my company. They ARE not IMPORTANT for me anymore. I’m ready to quit, just let the #suck woman# satisfied, but let’s see later. Who laugh at first, they are the loser.