dhz tweets fb dhz dhz on pinterest dhz g+ dhz socmed dhz blogs dhz is ... Home Home Image Map

Monday, 11 June 2007

Rokokku, Uangku, dan Kangen Band – Sudah Usai Sudaaaah... =D

Ah, kemarin hari yang indah...

Semoga hari ini juga. Tapi sekarang rasanya masih seperti kemarin dee. Iya, soalnya saya belom tidur juga niiy. Jadi, hari baru terasa sama saja seperti hari lama.

Kemarin, saya begitu ceroboh deh. Banyak hal-hal di luar dugaan terjadi. Sebagian menyebalkan, tapi lebih banyak yang menyenangkan.

Mari mulai dari pagi hari (aah tidaaak, ga jadi... Pagi kemarin tidak terlalu indah)

Agak siang dikit, waaah saya senang. Kehadiran saya dinantikan teman-teman saya. Pas masuk ke rumah elisa –yang sangat saya sayangi, banged— saya disapa begitu hangat. Sumpaaah, hangat sekali rasanya sapaan pagi kemarin. Ah, mungkin hanya karena saya sudah lama tidak ketemu mereka ya, jadinya yang biasa-biasa saya anggap hangat ahahaha. Yah, seperti itulah. Mungkin sebagian orang yang berkata: ”sesuatu akan terasa berarti saat dia hilang” pernah merasakan perasaan semacam itu. Saya juga pernah rasakan, baru saja pagi kemarin. Meskipun saya belum kehilangan mereka, dan semoga saja mereka tidak sengaja menghilangkan diri dari peredaran dan lingkaran kehidupan saya. (Ah ahaahaha mau sok mendramatisir keadaan niiy).

Kemarin juga, teman saya yang baik hati, bernama Arif, mengingatkan saya dengan seorang yang tlah tidak pernah saya sentuh maupun menyentuh saya, gayanya yang seperti bicara dengan komputer sambil merokok, dan asapnya yang ngga sengaja kena wajah saya, pengen marah sebenarnya. Tapi dia itu arif, sungguh arif dan bijaksana. Asap rokoknya bisa membuat saya memelihara ketidaksehatan dalam tubuh yang mentalnya belum tentu sehat betul. Rokok, oh rokok. Padahal asapnya saja bahaya yaaa...




Mungkin, Arif belum tau betul kalo rokok bisa jadi media ampuh memasukkan beragam penyakit ke dalam tubuh.

Ah, Arif. Padahal saya sayang kamu, rif. Saya sayang semua teman-teman saya yang merokok.

Bagaimana ya cara kasi tau mereka supaya berhenti merokok? Mimpi aja deh din... Tapi, kenyataan bisa berawal dari sebuah mimpi. Nah, siapa tau lewat tulisan ini teman-teman perokok yang saya sayangi sedikit menyadari bahwa apa yang saya bilang ada benarnya. Setuju ya? Iya, setuju saja...

Alhamdulillah, saya belum merokok, tidak merokok juga. Lupakan rokok. Rokoknya sudah selesai.

Uangku, aaah uang begitu cepat habisnya. Nyarinya susah, cape, kadang bosen juga. Tapi abisnya begitu cepat. Uang bisa dicari. Cara mencari uang pun butuh uang juga. Ah, jadinya muter di situ-situ aja.

Uang, oh uang. Uangku kemarin habis banyak sekali (untuk ukuran saya, segitu itu banyak sekali loh). Ah, kalo uang saya itu dituker pake logaman seratus rupiah yang jaman dulu itu, jadinya berapa kilo ya? Untunglah sekarang uang pake kertas saja. Ide siapa sih ya uang dikertasin? Oke banget ya jadinya. Eh tapi...tapi...tapi... jadi ngga sinkron sama kalimat ini: keinginan seseorang itu seperti koin-koin kecil yang dibawa dalam sebuah kantung. Makin banyak yang dimiliki, akan semakin memberatkan.

Sekarang kan udah jarang orang yang mau bawa-bawa koin dalam kantung. Sekarang orang lebih suka bawa uang kertas kan ya? Jujur aja, saya kalo koin-koin kecil biasanya sih buwad bayar parkir, atau untuk beli permen sapi yang bungkusnya ijo itu, atau untuk dikasi ke orang-orang yang membutuhkan... (eitz, angel principle-nya gagal ahahaha). Malahan, sekarang sebagian orang yang banyak duit, bukan koin-koin kecil aja, lebih senang bawa uang dalam bentuk kartu. Gesek sana sini, udah deh, lunas. Ah, itu artinya saya boleh ya punya keinginan sebanyak-banyaknya. Kan saya juga termasuk orang yang males bawa-bawa koin kecil maupun besar dalam kantung.

Uang, oh uang. Kisah uang juga sudah ah. Cerita uang selesai.

Yang terakhir, kangen band. Hah? Kangen band? Ngapain saya ngomongin kangen band?

Oiya, tadi saya dan teman-teman, setelah selesai sama tugas yang menyenangkan, masih ada gitar di ruang tamu, ada buku lagu, dan di dalamnya ada lagu kangen band, dan elisa –lagi-lagi elisa— dengan bangga berkata, ”Aku sekarang suke lagu kangen band, woy” (tapi sepertinya dalam nada bercanda, seperti yang kami lakukan setiap waktu). Saya pengen nangis dengerinnya. Soalnya, dia sendiri yang pertama kali tidak merekomendasikan kangen band ke saya. Jangan denger, katanya. ”Pertama kali dengerin lagu itu –Sudah, usai sudaaaah— kayak lagi denger orang karokean. Eh, ternyata mereka band indonesia juga, dan sudah rekaman!” Saya ketawa aja.

Sumpah, kalo ga hari ini saya dan teman-teman nyanyiin lagu itu, saya ga tau lagu itu totally. Secaranya, tiap kali siaran, ga pernah muterin lagu itu dan emang ga ada dan kalo ada pun, ga akan saya puter. Anyway, itu lagu fenomenal sekali yaa. Sampai-sampai Kangen Band jadi nominasi untuk ikon Musik Indonesia untuk dikirim ke Asia. Mewakili Indonesia yang kucintai ini? (Hela nafas yang panjaaang...)

Teman saya yang lagi hamil hampir 5 bulan, ketika saya paparkan fakta itu, langsung spontan jawab: ”Pindah ke Austalia aja ah” (sepertinya dalam nada iseng saja, seperti yang kami lakukan seringkali). Saya pengen nangis lagi dengernya. Australia kan benci banget sama Indonesia sejak tragedi bom bali. Nanti kalo pindah ke sana, malah ga bisa hidup tenang aman damai sentosa dan sejahtera seperti di sini. Nanti jilbabnya di suruh buka. Kalo anaknya lahir di Australia, dan ketahuan statusnya? Sudah ah. Udah mulai ga nyambung.

Oke, Kangen Band selesai. Kasus di tutup. Matikan laptop, stop playlist lagunya. Eject flash disknya, dan tidur segera! Pagi ini saya siaran, jam 7. dan sekarang pukul 1:13. Tidurlah, dan tidurlah...

No comments:

Post a Comment